1. Pertumbuhan dan Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Performa kinerja industri perbankan syariah semakin baik. Dalam beberapa tahun terakhir industri ini mampu membukukan rata-rata pertumbuhan di atas 30
setiap tahun. Berdasarkan data Bank Indonesia BI, kinerja keuangan perbankan syariah bahkan mengalami pertumbuhan pada tahun 2010 di atas 40 sekitar 47
meningkat dibandingkan tahun lalu 2009 sebesar 33.
52
Dan patut dicatat bahwa pertumbuhan industri perbankan syariah Indonesia adalah yang tertinggi di dunia.
Rata-rata pertumbuhan industri perbankan syariah Indonesia dalam lima tahun terakhir mencapai 33 dan tahun 2010 lalu pertumbuhannya mencapai 47. Angka
ini jauh melampaui rata-rata pertumbuhan industri perbankan syariah dunia yang hanya berkisar 10-20 persen per tahun.
53
Aset perbankan syariah pada tahun 2010 tumbuh 47 dan mencapai Rp100,26 triliun.
54
Pertumbuhan itu menjadi tanda awal dari era pengembangan perbankan syariah di Tanah Air. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan perkembangan
jaringan bank syariah sebagai berikut:
Tabel 1. Perkembangan Jaringan Bank Syariah Keterangan
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Bank Umum Syariah 3
3 3
5 6
11
52
Bank Indonesia, Investment Guide to Islamic Banking in Indonesia Jakarta:Direktorat Perbankan Syariah, 2011, h.3.
53
Rifki Ismal, “Kelebihan Perbankan Syariah RI”, diakses pada 28 Juli 2011 dari http:ekonomiislami.wordpress.com20110706kelebihan-perbankan-syariah-ri
54
A ntara, “Alhamdulillah Perbankan Syariah Nasional Tumbuh 47 Persen”, di akses pada 15
Mei 2011 dari http:www.republika.co.idberitabisnis-syariahberita110211163706-alhamdulillah-
perbankan-syariah-nasional-tumbuh-47-persen
Unit Usaha Syariah 19
20 26
27 25
23 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
92 105
114 131
138 150
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia
Sepanjang tahun 2010 perbankan syariah tumbuh dengan volume usaha yang tinggi yaitu sebesar 43,99 meningkat dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yaitu sebesar 26,55 dengan pertumbuhan dana yang dihimpun maupun pembiayaan yang juga relatif tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2009.
Secara umum efektivitas fungsi intermediasi perbankan syariah tetap terjaga seiring pertumbuhan dana yang dihimpun maupun pembiayaan yang relatif tinggi
dibandingkan perbankan nasional, serta penyediaan akses jaringan yang meningkat dan menjangkau kebutuhan masyarakat secara lebih luas sehingga masih memiliki
fundamental yang cukup kuat untuk memanfaatkan potensi membaiknya perekonomian nasional.
Perbankan syariah nasional pada tahun 2011 diperkirakan masih akan berada dalam fase high-growth-nya. Seperti yang telah diprediksikan pada tahun lalu, arah
kebijakan pengembangan perbankan syariah yang tertuang dalam UU Perbankan Syariah dan membaiknya perekonomian makro secara perlahan mulai berpengaruh
positif bagi industri perbankan syariah nasional. Faktor tersebut merupakan faktor utama dalam mendorong tumbuhnya bank syariah baru berupa Bank Umum Syariah
BUS, baik yang berasal dari pendirian bank syariah baru maupun konversi Unit Usaha Syariah UUS yang sudah ada. Secara umum kondisi kondusif tadi telah
berhasil menarik minat investor baru untuk masuk ke industri perbankan syariah.
Pada tahun 2010 ini saja berdiri 5 BUS baru, sehingga total BUS kini menjadi 11 bank. Dari 5 BUS baru ini, 3 bank berasal dari pelaku atau investor baru sedangkan
sisanya merupakan konversi dari UUS yang telah ada. Pendirian BUS baru ini memang tidak serta merta akan mendorong volume
industri perbankan syariah secara signifikan. Bank-bank tersebut setidaknya membutuhkan waktu kurang lebih 2 tahun untuk menyiapkan infrastruktur,
operasional dan SDM untuk kemudian melakukan akselerasi usaha. Grafik 1
menunjukkan pertumbuhan asset BUS yang cukup signifikan, sementara asset UUS mengalami pertumbuhan negatif akibat beberapa UUS yang memiliki asset cukup
besar melakukan spin-off menjadi BUS. Namun secara keseluruhan pertumbuhan asset perbankan syariah mengalami pertumbuhan positif yang relatif tinggi.
Grafik 1. Pertumbuhan Aset Berdasarkan Jenis Kelembagaan Perbankan Syariah
Sumber : Bank Indonesia
Tetapi implikasi lain yang dapat saja terjadi adalah dengan masuknya pelaku baru diperkirakan akan pula mendorong bank-bank syariah yang lebih dulu ada untuk
menambah kapasitas usahanya melalui penambahan modal seiring dengan upaya perluasan jaringan kantor dalam rangka menjaga posisi share industri mereka.
Sehingga tahun 2011 diperkirakan pertumbuhan perbankan syariah akan tetap tinggi, minimal sama seperti pertumbuhan tahun 2010. Tetapi jika respon bank syariah
agresif melakukan ekspansi usaha karena memanfaatkan momentum perekonomian nasional yang cukup kondusif, serta penyesuaian dan akselerasi cepat yang dilakukan
oleh bank-bank syariah baru, maka sangat dimungkinkan pertumbuhan industri perbankan syariah nasional akan lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2010.
Dan kecenderungan ekspansif bank syariah berupa peningkatan modal diharapkan dapat mendorong perbankan syariah untuk menjaga kecukupan CAR-nya
mengingat perluasan jaringan kantor, yang diharapkan akan berkorelasi positif pada peningkatan DPK, akan membutuhkan tingkat permodalan yang memadai. Karena
memang peningkatan modal bank syariah mencerminkan pula batas ekspansif yang dapat dilakukan bank syariah. Jika dilihat data CAR yang meningkat, maka hal itu
merefleksikan kemampuan ekspansi bank syariah yang juga meningkat. Penambahan modal dan jaringan kantor tentu diharapkan pada akhirnya mampu meningkatkan
volume industri perbankan syariah nasional pada tingkat yang signifikan. Perlu diakui bahwa proyeksi peningkatan volume industri perbankan syariah sangat tergantung
pada asumsi-asumsi yang digunakan mengingat banyaknya faktor-faktor penentu yang terlibat. Namun demikian, secara umum pertumbuhan industri perbankan
syariah pada tahun 2011 diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dari tahun sebelumnya dan masih akan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan perbankan nasional.
55
Sedangkan dari sisi tantangan bisnis perbankan syariah ke depan sangatlah berat. Tidak hanya persoalan produk yang mesti kreatif dan inovatif, persaingan juga
akan semakin keras. Di tingkat lokal saja, berdasarkan data Bank Indonesia di atas, saat ini ada 184 bank yang melayani sistem syariah, yang terdiri atas 11 BUS, 23
UUS, dan 150 BPRS. Artinya, meskipun pasarnya cukup potensial, perebutan pangsa pasar market share akan sangat ketat.
Meski secara kuantitas perbankan yang menerapkan sistem syariah di Indonesia lumayan banyak, jumlah resources dan kualifikasi mereka masih kurang. Kondisi ini
memunculkan ketimpangan antara kebutuhan perbankan syariah dan ketersediaan sumber daya manusia, khususnya yang berkualitas. Jika tidak segera berbenah dan
siap-siap dari sekarang, kekosongan ini sangat mungkin akan diisi oleh tenaga-tenaga syariah dari negara tetangga, seperti Brunei Darussalam, Filipina, Singapura atau dari
Malaysia. Bahkan tak hanya resources asing, investor asing pun mulai melirik bisnis perbankan syariah di Indonesia. Bahkan mereka sudah membuka kantor di Jakarta,
seperti Asian Finance Bank dari Qatar dan Al Barakah dari Bahrain. Tak hanya dari Timur Tengah. Dua investor dari negeri jiran bahkan sudah mengincar dua Bank
55
Bank Indonesia, Outlook Perbankan Syariah 2011 Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah, 2010, h.50-52.
Konvensional skala kecil untuk diakuisisi kemudian dikonversi menjadi bank syariah.
56
Di sisi lain, perbankan syariah nasional harus tetap membuka diri terhadap investasi asing selama hal itu bertujuan untuk memperkuat dan meningkatkan peran
bank syariah dalam perekonomian nasional. Menurut Masyhudi Muqorobin seorang Direktur Center for Islamic Studies in Finance, Economic, and Development Cisfed
dalam beberapa hal, bank-bank syariah yang sudah ada masih mengalami kesulitan untuk memberikan pembiayaan dalam skala besar lantaran modal yang terbatas.
Sehingga masuknya modal atau investasi asing bisa meningkatkan daya saing bank- bank syariah untuk pembiayaan yang lebih besar.
57
Perlunya penguatan permodalan dari dunia internasional dikarenakan keterbatasan sumber permodalan investor dari
Indonesia sendiri. Oleh karena itu, bank syariah nasional perlu menarik investor asing melalui penawaran saham ataupun melalui penerbitan surat berharga syariah.
BNI Syariah membuka pintu bagi calon investor dari luar negeri. Salah satu investor yang berminat adalah anak perusahaan Islamic Development Bank, yaitu
Islamic Corporation for the Development of the Private Sector ICD, selain itu terdapat pula sejumlah investor asing yang tertarik. Ada beberapa investor dari Timur
Tengah dan negara lain termasuk dari negara jiran tertarik masuk ke BNI Syariah. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa memang investasi di bank syariah
56
Sudarto, “Asing Menghadang di Jalur Syariah”, Info Bank XXXIII, no. 383 Februari 2011, h.69.
57
Choir, “Investasi Asing di Bank Syariah”, di akses pada 28 Februari 2011 dari http:zonaekis.cominvestasi-asing-di-bank-syariah
cukup menarik. Dirut BNI Gatot Soewondo menjelaskan bahwa BNI menginginkan investor yang nantinya masuk dapat menyuntik dana, sehingga BNI Syariah dapat
melakukan ekspansi. Alasan BNI membidik investor asing karena pihaknya bersiap mengantisipasi pasar global. Kriteria BNI Syariah dalam memilih investor tidak
hanya dia itu punya uang, tapi juga punya jaringan global jadi ke depannya diharapkan dapat membuka cabang di luar negeri.
58
Di lain pihak Bank Muamalat telah berani mengambil peluang investasi asing tersebut. Di tahun 1998 terjadi krisis moneter, Bank Muamalat pun terimbas dampak
krisis tersebut dan bank mengalami rasio pembiayaan macet Non Performing Financing NPF mencapai lebih dari 60. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105
miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat
mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank IDB yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS
tanggal 21 Juni 1999 Right Issue I, IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Kemudian tahun 2005 Bank Muamalat menyelenggarakan
Right Issue III yang menghasilkan pemegang saham baru yaitu Boubyan Bank dari Kuwait, Atwill Holdings Ltd, IDF Foundation, dan BMF Holdings Ltd.
58
Arif Supriyono dan Yogie Respa ti, “BNI Syariah Undang Investor Asing”, di akses pada 15
Mei 2011 dari http:www.republika.co.idberitabisnis-syariahberita100619120607-bni-syariah-
undang-investor-asing
Tabel 2. Daftar Pemegang Saham Per Desember 2010
59
KOMPOSISI PEMEGANG SAHAM
No Nama
TOTAL LEMBAR SAHAM Presentasi
1 Islamic Development Bank 459.492.232
32.82 2 Boubyan Bank Kuwait
349.100.562 24.94
3 Atwill Holdings Limited 251.352.406
17.95 4 Abdul Rohim
55.000.000 3.93
5 IDF Foundation 48.874.078
3.49 6 BMF Holdings Limited
48.874.078 3.49
7 Rizal Ismael 45.000.000
3.21 8 KOPKAPINDO
26.627.296 1.90
9 Badan Pengelola Dana ONHI 19.990.000
1.43 10 Masyarakat Lain
95.693.900 6.84
Total 1.400.004.552
100.00
Sumber: Bank Muamalat Indonesia
2. Return Bank Syariah yang Tinggi