2. Memperkaya wawasan mengenai demokrasi disuatu negara yang dipimpin
oleh rezim militer. 3.
Memenuhi syarat dalam mencapai gelar sarjana S1 pada jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.8 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan.
Dibahas aspek metodologis yang paling mendasar. Selain mendeskripsikan dengan teoritis, bab ini juga merumuskan hipotesis yang
relevan.
Bab II Latar Belakang Berdirinya Pemerintahan Militer. Dalam bab ini
membahas latar belakang intervensi militer dalam pemerintahan, dan dinamika peran militer dalam dunia politik untuk mempertahankan
kekuasaannya serta berbagai kebijakan yang diterapkan militer dibawah payung organisasi politiknya yang dapat menguatkan posisi mereka dalam
pemerintahan. Bab III Gerakan Perlawanan Prodemokrasi Terhadap Pemerintahan
Militer. Membahas mengenai sepak terjang aktor prodemokrasi dalam
memperjuangkan tatanan hidup demokrasi di Myanmar dan pelaksanaan
pemilu multipartai tahun 1990. Bab IV Peranan ASEAN dalam Menciptakan Demokrasi di Myanmar.
Dalam bab ini akan dimuat tentang ASEAN serta akan ditarik benang merah mengenai awal mula bergabungnya Myanmar dalam ASEAN
sehingga dapat memperjelas duduk masalah peranan ASEAN terhadap Myanmar.
Bab V Penutup. Dalam bab ini akan ditarik kesimpulan dari berbagai uraian
diatas. 20
BAB II Latar Belakang Berdirinya Pemerintahan Militer
2.1 Intervensi Militer Myanmar dalam Pemerintahan
Fenomena masuknya
militer dalam
pemerintahan merupakan
permasalahan yang umumnya dialami oleh negara-negara yang baru merdeka. Masalah politik, sosial dan ekonomi yang sedemikian kompleks dan rentannya
pemerintahan sipil mengakibatkan militer berinisiatif untuk terjun dalam panggung pemerintahan. Meluasnya peran militer dalam porsi pemerintahan
memiliki faktor-faktor tertentu. Beberapa pengamat politik militer pun memiliki analisis tersendiri yang tidak jauh berbeda antar satu dan lainnya.
Seperti yang dikemukakan oleh Ulf Sundhaussen
23
yang mengatakan
bahwa penyebab intervensi militer terbagi menjadi dua faktor. Faktor internal :
Pertama, perwira-perwira intervensionis didorong oleh motivasi untuk membela atau memajukan kepentingan militer yang berlawanan dengan norma
konstitusional. Kedua, intervensi militer didorong oleh kepentingan kelas untuk membela nilai-nilai dan aspirasi kelas menengah yang darinya mereka berasal.
Ketiga, kemahiran profesional di kalangan militer menyebabkan perwira-perwira percaya bahwa mereka lebih mampu dari segi kepemimpinan nasional
dibandingkan dengan kelompok sipil. Keempat, intervensi militer dalam politik sebagai sebab ambisi pribadi perwira yang haus wibawa dan kuasa.
23
Ulf Sundhaussen, ”Politik Militer Indonesia 1945-1967 Menuju Dwifungsi ABRI”, LP3ES, Jakarta, 1986, h. 440-473, dikutip dari Ikrar Nusa Bhakti, ”Tentara Mendamba Mitra”,
Tim Peneliti PPW-LIPI, Mizan, 1999, h. 40.
21