Aung San Suu Kyi Sebagai Aktor Demokrasi Myanmar

menerima Simon Bolivar Prize untuk kebebasan pada tahun 1992. 46 Dalam Thorolf Rafto Human Rights Prize, Komite Internasional mendeskripsikan Aung San Suu Kyi sebagai berikut : ”Daw Aug San Suu Kyi personified Burma’s movement for democracy. Through her courageous and devoted work for human rights and democracy, Daw Aung San Suu kyi has become the focal point of the Burmese opposition demanding an end to the iron-fisted military rule in the country, restoration of fundamental human rights and democracy. In this dark period of the history of Burma, Daw Aung San Suu Kyi has earned enormous respect both from her fellow-citizens and from the international human rights community’’. 47 Sejak keterlibatannya dalam NLD sebagai sekertaris jenderal, Suu Kyi mulai berjuang atas nama partai. National League for Democracy NLD berdiri dengan tujuan menciptakan pemerintahan yang demokratis dengan cara mengusahakan perubahan sosial dan politik yang terjamin perdamaian, HAM dan kesejahteraan. 48 Suu Kyi dan NLD mulai mendapat perhatian rakyat Myanmar akibat tujuannya untuk memberikan angin demokrasi yang selama ini tidak dipenuhi oleh pemerintahan militer. Perjuangan tokoh-tokoh demokrasi di dalam NLD menjadikan NLD sebagai partai paling populer di Myanmar. Namun kediktatoran militer menjadi tembok penghalang yang sangat kuat bagi NLD dalam usaha mencapai tujuannya. Menghadapi penyelenggaraan pemilu multipartai tahun 1990, tokoh-tokoh NLD menyusun strategi untuk mencapai sasarannya menciptakan Myanmar sebagai negara demokrasi. Namun berkaitan dengan pernyataan Aung San Suu 46 Nurani Chandrawati, “Perluasan ASEM dan Masalah Myanmar : Melanjutkan Strategi Kompromistis atau Membentuk Kriteria Baru”, Jurnal Kajian Wilayah Eropa, Vol. II No. 3, 2006, h.86. 47 Mya Maung, Op.Cit., h. 137-138. 48 Agus Budi Rahmanto, “Tantangan Demokrasi di Myanmar : Studi Kasus National League for Democracy NLD”, Tesis Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta, 2002, h. 35. Kyi dalam sebuah wawancara pada masa kampanye bahwa ia dan partainya akan menyerukan boikot nasional terhadap proses ekonomi, maka Suu Kyi, Kyi Maung dan Tin Oo selaku pemimpin NLD ditangkap dan dikenakan tahanan rumah oleh pemerintah militer pada 29 Juli 1989. 49 Dengan kenyataan Aung San Suu Kyi menjadi tahanan rumah, pemerintahan militer pernah menolak Suu Kyi dan Tin Oo mewakili distrik Yangoon. Terlebih Suu Kyi dianggap tidak layak menjadi wakil rakyat disebabkan latar belakang kehidupannya yang lama menetap di luar negeri dan menikah dengan warga negara asing. 50 Menanggapi hal tersebut Aung San Suu Kyi dalam pidatonya mengatakan : Saya percaya bahwa semua orang yang telah berkumpul di sini tanpa terkecuali datang dengan keinginan yang tak tergoyahkan untuk memperjuangkan dan memenangkan sistem multipartai yang demokratis. Dalam hubungan ini, saya ingin menjelaskan bagian yang telah saya lakukan dalam gerakan ini. Hal ini diperlukan karena cukup banyak orang yang tidak mengetahui sejarah kehidupan saya ... Memang benar bahwa saya telah tinggal di luar negeri. Benar juga bahwa saya menikah dengan orang asing. Fakta-fakta ini tidak pernah dan tidak akan mengganggu atau mengurangi cinta dan pengabdian saya untuk negara oleh ukuran atau derajat apa pun. 51 Tindakan SLORC menurunkan popularitas NLD agar tidak mendapatkan suara mayoritas dalam pemilu menjadi usaha yang sia-sia. Kenyataannya, hasil pemilu diluar prediksi pemerintahan militer dalam naungan SLORC. NLD menjadi pemenang, tetapi kemenangan tersebut tidak diakui SLORC dengan berbagai alasan. Tidak hanya itu, sejumlah besar anggota NLD pun menjadi tahanan politik. 49 ”The New ASEANs: Vietnam, Burma, Cambodia Laos”. Department of Foreign Affairs and Trade Commonwealth of Australia, 1997, h. 110. 50 Aung San Suu Kyi menikah dengan seorang ilmuwan ahli masalah Tibet berkebangsaan Inggris, Michael Aris. 51 Mya Maung, Totalitarian in Burma, Prospect for Economic Development, Paragon House, New York, 1992, h. 145-146. Keadaan negara sedikit berubah ketika Jenderal Saw Maung mengundurkan diri. Tahta pemerintahan berpindah pada Jenderal Than Shwe dan Jenderal Khin Nyunt. Watak Khin Nyunt yang lebih pragmatis membuat Khin Nyunt memiliki inisiatif untuk melakukan pertemuan dengan Suu Kyi dan tokoh NLD lainnya. Hasil pertemuan ini berdampak pada dibebaskannya para tahanan politik termasuk Suu Kyi pada 10 Juli 1995. Suu Kyi diperbolehkan melakukan aktifitas kembali namun tetap berada di bawah kepemimpinan Aung Shwe yang merupakan anggota militer yang ditunjuk SLORC. 52 Kebebasan yang dirasakan aktor-aktor demokrasi hanya sementara. Setelah Jenderal Khin Nyunt digantikan oleh Jenderal Than Shwe yang merupakan Jenderal bersifat konservatif telah menjadikan Suu Kyi dan tokoh- tokoh NLD lainnya sebagai tahanan rumah. NLD dan Suu Kyi yang dinilai sebagai ancaman bagi supremasi militer menjadikan mereka kembali berstatus sebagai tahanan rumah sejak 30 Mei 2003. Mengenai penahan kali ini seharusnya Suu Kyi dibebaskan pada bulan Mei 2009. Namun ternyata, intrusi yang dilakukan seorang warga negara Amerika Serikat bernama Yettaw ke rumah Suu Kyi, menjadi alasan bagi militer untuk mengadili hal tersebut. Pengadilan kemudian memutuskan hukuman penjara bagi Suu Kyi selama 18 bulan setelah adanya perintah keringanan dari Jenderal Than Shwe dengan alasan menjaga kestabilan dan perdamaian di Myanmar. 53 Pertentangan antara sipil dan militer serta keadaan negara yang semakin tak terkendali, menjadikan Suu kyi menawarkan penyelesaian secara damai 52 Nurani Chandrawati, “Perluasan ASEM dan Masalah Myanmar : Melanjutkan Strategi Kompromistis atau Membentuk Kriteria Baru”, Jurnal Kajian Wilayah Eropa, Vol. II No. 3, 2006, h.88. 53 Alexandra Retno Wulan, ”Terorisme, Perkembangan Politik di Myanmar dan Pemilu di tiga Negara”, Analisis CSIS, Vol. 38 No. 3 September 2009, h. 356. dengan pihak militer. Penyelesaian melalui jalan diskusi atau dialog telah diupayakan oleh Suu Kyi sejak lama, tetapi kenyataannya cara ini pun tak lantas diindahkan oleh pemerintah militer. Aung San Suu Kyi percaya bahwa penyelesaian atas semua masalah perbedaan yang terjadi di Myanmar dapat dicapai melalui diskusi atau dialog. ”Saya selalu meminta dialog.....Tetapi dialog tanpa perdebatan. Akan ada perbedaan pendapat dan cara berfikir. Dialog tidak melibatkan pemenang dan pecundang. Ini bukan sebuah pertanyaan tentang kehilangan muka. Ini mengenai penemuan solusi yang terbaik untuk negara”. 54 Sosok Aung San Suu Kyi telah menjadi kekuatan pokok dalam perjuangan demokrasi Myanmar. Berkat perjuangannya, kini NLD menjadi partai paling populer di Myanmar. Akan tetapi, kekuatan Suu Kyi dan NLD tidak mampu membendung otoritas militer. Kenyataan ini semakin membuat lambatnya proses demokrasi dan bukan tidak mungkin dapat membuat kekuasaan militer di Myanmar mendapatkan waktu yang lebih lama lagi.

3.2 Pemilihan Umum Multipartai Tahun 1990

Penyelenggaraan pemilu multipartai telah direncanakan sejak Myanmar dikuasai oleh Jenderal Saw Maung. Dalam pemilu untuk memilih anggota Parlemen Pyithu Hluttaw ini tetap memberlakukan Undang-Undang Darurat Martial Law dan dimaksudkan untuk mempertahankan eksistensi SLORC. Sebenarnya banyak tokoh oposisi yang meragukan pemilu ini dapat berjalan dengan jujur. Terlebih pemerintah militer telah menampakkan kecurangannya beberapa hari menjelang pemilu dengan menangkap beberapa tokoh oposisi di 54 Josef Silverstein, ”The Idea of Freedom in Burma and the Political Thought of Daw Aung San Suu Kyi”, Pacific Affairs, Vol. 69 No. 2 Summer 1996, h. 227. Yangoon. Sehingga banyak tokoh oposisi awalnya enggan untuk mengikuti pemilu. Menanggapi hal tersebut, Saw Maung mengeluarkan pernyataan bahwa Pemilu ini merupakan momentum penting yang merupakan perwujudan dari tuntutan rakyat untuk memperbaiki politik. Seperti yang dikatakannya dalam rapat koordinasi SLORC tanggal 10 Januari 1990: 55 ”The reason way of Rule of Law and Order, and the prevalence of peace and tranquility is being given so much emphasis is because the Pyithu Hluttaw People’s Assembly election to be held this year is not an Ordinary one. It is an election of historic significance, a veritable milestone in the annals of history marking the change from one system to another and turning point in our history it self”. Pemerintahan militer memberikan waktu bagi setiap partai untuk mendaftar menjadi peserta pemilu di mulai dari tanggal 17 September hingga 28 Februari 1989. Dalam pendaftaran ini terdapat 2.209 kandidat dari 93 partai dan 87 partai independen untuk memperebutkan 492 Pyithu Hluttaw. 56 Namun akhirnya hanya tujuh partai politik yang diakui oleh pemerintah memenuhi persyaratan dan memiliki pengikut yang banyak, partai-partai tersebut adalah : 57 1. National Unity Party. Merupakan nama baru untuk BSPP yang secara resmi dikukuhkan pemerintah tanggal 14 Oktober 1988 dengan ketua Than Kyaw dan didampingi oleh 14 komite sentral yang baru. 2. National League for Democracy. Partai oposisi yang terdaftar pada tanggal 30 September 1988 dipimpin oleh Aung Gyi, Tin Oo sebagai wakil ketua dan Aung San Suu Kyi sebagai sekertaris jenderal. 55 Agus Budi Rahmanto, “Tantangan Demokrasi di Myanmar : Studi Kasus National League for Democracy NLD”, Tesis Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta, 2002, h. 67-68. 56 Mya Maung, “Totalitarian in Burma, Prospect for Economic Development”, Paragon House, New York, 1992, h. 181. 57 Agus Budi Rahmanto, Op.Cit., h. 39-40. 3. The People’s Democracy Party. Partai in diketuai oleh Thakin Lwin yang pernah menjadi pendiri Burmese Workers and Peasant Party BWPP. Partai ini terdaftar pada tanggal 4 Oktober 1988. 4. The Democracy Party. Terbentuknya partai ini atas dukungan mantan Perdana Menteri U Nu. Dibentuk pada tanggal 14 Oktober 1988 dan dipimpin oleh Thu Wai dan Bohmu Aung. 5. The Democratic Front For National Reconstruction. Partai ini diisi oleh veteran BWPP dan dipimpin oleh Thakin Chit. 6. The Unity and Development Party. Partai ini dipimpin oleh Thakin Soe yang pernah ditangkap pemerintah pada tanggal 13 November 1970 dan dibebaskan melalui amnesti umum tahun 1980. 7. The Anti Facist People’s Freedom League AFPFL. Sebuah institusi politik pertama kali pada zaman kemerdekaan Myanmar dan di bentuk kembali oleh Bo Kyaw Nyunt. Penyelenggaraan pemilu multipartai ini berdasarkan konstitusi 1974. Pemerintah militer memang memberikan kesempatan bagi setiap kandidat untuk menyampaikan program-programnya melalui kampanye terhadap masyarakat Myanmar. Namun kesempatan ini tetap dibatasi oleh pemerintah militer bahkan masyarakat dilarang mengadakan pertemuan dengan kandidat. Beberapa peraturan lain dibuat oleh pemerintah militer demi mengontrol hasil perolehan suara dalam pemilu tersebut. Beberapa peraturan itu adalah : 58 1. Setiap mengadakan pawai atau pidato harus melapor kepada SLORC tingkat lokal. 58 Agus Budi Rahmanto, “Tantangan Demokrasi di Myanmar : Studi Kasus National League for Democracy NLD”, Tesis Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta, 2002, h. 70.