Tindakan Pemerintah Militer Myanmar Menghadapi Gerakan

komunitas biksu. 64 Kerepresifan militer yang telah mengakibatkan korban jiwa bahkan terdapat korban warga asing telah membuat masalah Myanmar semakin rumit terlebih mengenai hubungannya dengan Jepang. Militer Myanmar yang sebagian besar hanya memiliki sedikit pendidikan atau pelatihan profesional menyebabkan mereka selalu menghadapi para demonstran dengan cara yang brutal. Militer yang berbasis di daerah perbatasan juga terbiasa melakukan kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia terhadap kelompok-kelompok etnis minoritas. Sebelum melaksanakan tugasnya memberantas aksi demonstrasi, komandan militer telah menyediakan dosis methamphetamine bagi tentaranya untuk meningkatkan agresivitas, dan taktik tersebut juga diadopsi ketika menghadapi aksi protes biksu di Yangoon. 65 Militer tidak hanya menangkap para biksu, politisi prodemokrasi bahkan masyarakat sipil lainnya yang mendukung protes biksu juga menjadi korban kerepresifan militer. Win Naing, seorang aktor komedi menjadi salah satu korban militer yang ditangkap di rumahnya karena memberikan makanan dan air kepada para biksu yang menggelar protes. Sebelumnya Naing juga pernah ditangkap pada 8 Maret 2007 karena mengadakan konfrensi pers aktivis menggugat kesulitan ekonomi yang dialami rakyat. Selain itu, aktor komedi Zaganar juga ditangkap karena menyerukan rakyat agar mendukung protes para biksu dalam wawancara di radio. 66 Kehidupan demokrasi sangat dibutuhkan masyarakat Myanmar, mengingat masyarakat Myanmar selalu hidup dalam bayang-bayang aksi kemanusiaan yang 64 Alexdra Retno Wulan, “Isu Myanmar, Semenanjung Korea dan Konflik Darfur”, Jurnal Analisis CSIS, Vol. 36. No. 4, 2007, h. 368. 65 Christopher B.Roberts, Op.Cit., h. 36. 66 ”Suu Kyi Dipindah ke Penjara Insein”, Kompas, 27 September 2007. diakhiri dengan cara kekerasan. Namun usaha untuk menuju kehidupan damai dan demokratis masih memiliki hambatan yang besar. Kekuatan militer yang didukung oleh faktor internal dan eksternal serta lemahnya oposisi menjadikan proses rekonsiliasi berjalan lambat.

BAB IV Peran dan Hambatan ASEAN dalam Menciptakan Demokrasi di Myanmar

4.1 Keanggotaan Myanmar dalam Organisasi Regional ASEAN

Myanmar resmi tergabung menjadi anggota ASEAN sejak tahun 1997 bersama dengan Laos. Secara geografis, Myanmar memang terletak di kawasan Asia Tenggara. Sehingga kedekatan geografis tersebut menjadi alasan bagi ASEAN untuk menerima Myanmar meskipun masalah penerimaan tersebut telah menjadi kontroversi dalam perpolitikan internasional. Menerima Myanmar sebagai anggota baru dengan permasalahan demokrasi dan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukan pemerintahan militer memang tidak mudah bagi ASEAN. Mengatasi hal tersebut, ASEAN mengembangkan kebijakan ”constructive engagement”. Kebijakan ini memiliki inti upaya membantu menyelesaikan persoalan internal Myanmar dengan cara- cara Asia Tenggara yaitu tanpa menggunakan kekerasan. 67 Melalui kebijakan ”constructive engagement”, ASEAN memberi kebebasan bagaimana masing-masing negara anggota agar dapat menyelesaikan apa yang diinginkannya sepanjang hal itu dianggap pantas dan ASEAN tidak memiliki posisi yang bersifat kolektif terhadap persoalan Myanmar. Tujuan utama kebijakan ini adalah menahan diri untuk tidak melawan pemerintah Junta militer dengan mempermalukan atau mengisolasi mereka. Selain itu, kebijakan ini juga bertujuan menolak campur tangan yang dilakukan oleh kekuatan luar, khususnya 67 Bambang Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007, h.71. 44 negara-negara Barat. 68 Dengan landasan tersebut, ASEAN berupaya membantu permasalahan internal Myanmar tanpa harus mendikte pemerintahan militer yang berkuasa. Selain karena faktor kedekatan geografis, bergabungnya Myanmar menjadi anggota ASEAN juga dilandasi oleh kepentingan nasional Thailand. Myanmar dan Thailand merupakan negara yang berbatasan. Wilayah perbatasan yang sulit dilintasi menjadi lokasi yang aman bagi rakyat Myanmar yang ingin melarikan diri dari kekerasan politik militer. Rakyat Myanmar yang tidak mendapatkan hak hidup bebas dari ketakutan menyebabkan mereka mencari suaka di negara-negara tetangga salah satunya adalah Thailand. Tidak terkendalinya jumlah pengungsi rakyat Myanmar yang melarikan diri ke daerah perbatasan Thailand menjadi penyebab utama keinginan Thailand menjadikan Myanmar sebagai salah satu anggota ASEAN dengan harapan jika terjadi masalah maka ia dapat dengan segera dibatasi, diperkecil, atau diselesaikan. 69 Berikut adalah tabel jumlah pengungsi rakyat Myanmar yang mencari suaka di negara lain. 68 Dwi Wahyuni, “Efektifitas Kebijakan Constructive Engagement ASEAN Terhadap Myanmar 1992-2000, Skripsi Departemen Hubungan Internasional, Universitas Indonesia, 2002, h. 19 69 CPF Luhulima, “Perimbangan Kekuatan di Myanmar, Faktor ASEAN dan Kepentingan Indonesia”, Jurnal Analisis CSIS, Vol. 35 No. 2, 2006, h. 164. Tabel 2 Refugee population, end of year--main countries of asylum main countries in 2005 Asylum Country 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Thailand 104,033 105,216 101,686 99,716 104,569 110,313 112,238 118,762 120,814 116,499 Bangladesh 30,578 21,497 22,174 22,131 21,556 22,106 21,967 19,743 20,402 21,053 Malaysia 5,114 5,104 5,113 5,136 5,134 5,151 5,247 4,152 9,601 14,208 United States 810 1,135 1,508 2,079 3,006 5,268 5,551 4,789 5,342 6,793 India 440 463 588 696 779 876 1,043 940 1,162 1,471 Other 2,042 2,357 2,338 1,905 2,084 2,142 2,455 2,998 3,692 4,840 Total 143,017 135,772 133,407 131,663 137,128 145,856 148,501 151,384 161,013 164,864 UNHCR estimates for most industrialized countries Sumber diolah dari http:www.unhcr.org4641be720.html diakses pada 1 Desember 2010. 46