Kekuatan Hubungan Luar Negeri Myanmar dengan Cina dan India

menghidupkan kembali Perjanjian Kerjasama Ekonomi dan Teknikal Cina-Myanmar dan menandatangani perjanjian tidak akan menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah bersama. Selain itu, di tahun 1980 Cina mulai menghargai hubungannya dengan Myanmar yang terlihat pada keputusan Deng Xiaoping yang mengurangi dukungan moral dan materil kepada Partai Komunis Burma. 122 Hubungan luar negeri Myanmar dengan Cina yang terus membaik menjadikan Cina dianggap sebagai sekutu terdekat pemerintahan militer Myanmar. 123 Kekuatan hubungan kerjasama Myanmar dan Cina lebih didasarkan pada kepentingan ekonomi masing-masing. Cina berkepentingan memperluas pengaruh ekonomi, sedangkan Myanmar berkepentingan menciptakan perekonomian yang mapan dengan dukungan dana dari Cina. Namun tujuan Myanmar ini tanpa disadari telah menjadikan negara tersebut terlalu bergantung dengan Cina, bahkan hingga dalam hal diplomatik dan propaganda. Hubungan Myanmar dengan Cina memang lebih didasarkan pada pertimbangan ekonomi dibanding pertimbangan politik. Terbukti dengan peran Cina sebagai penyumbang utama peralatan ketentaraan kepada Myanmar dengan tujuan untuk memperkuat pertahanan negara dalam menjamin keberlangsungan perdagangan Cina. Meskipun Cina memberikan bantuan dalam bidang pertahanan tetapi tujuan bantuan tersebut semata untuk menjamin peningkatan perdagangan Cina. 122 Ibid, h. 195-196. 123 Bambang Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007, h.161. Ketergantungan Myanmar dengan Cina menjadikan Cina mempunyai andil besar untuk dapat mempengaruhi pemerintahan militer Myanmar agar dapat menjalankan proses demokrasi, akan tetapi hal tersebut belum juga tampak, dengan alasan bahwa prinsip kerjasama mereka adalah tidak akan campur tangan mengenai masalah internal masing-masing. Padahal jika permasalahan yang terjadi di Myanmar tidak dapat terselesaikan, maka yang merasakan dampak tersebut tidak hanya Myanmar tetapi berimbas pada kestabilan negara Cina. Hubungan luar negeri Myanmar dengan Cina yang sangat erat pada dasarnya telah menjadi masalah bagi ASEAN. Pengaruh besar Cina terhadap Myanmar telah menggangu kedudukan ASEAN sebagai kawasan yang bebas dari pengaruh negara-negara besar. Hal ini berkaitan dengan prinsip otonomi regional ASEAN yang menginginkan negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk dapat mengembangkan politik luar negeri mandiri dan tidak tergantung sepenuhnya pada dukungan negara-negara besar. Hubungan Myanmar dengan Cina menambah daftar hambatan bagi ASEAN. Kebertahanan pemerintahan militer dalam menghadapi sanksi- sanksi ekonomi yang diterapkan Barat disebabkan Myanmar mendapat dukungan penuh dari Cina. Sanksi-sanksi tersebut tidak akan berdampak apapun selama Cina menyokong perekonomian Myanmar. Sementara itu, upaya ASEAN bernegosiasi dengan Cina untuk memainkan pengaruhnya terhadap Myanmar tidak dapat dikatakan berhasil. 89 Besarnya pengaruh Cina menjadikan India berinisiatif untuk menjalin hubungan baik dengan Myanmar agar membatasi pengaruh Cina di Myanmar. Letak Myanmar yang strategis diantara Cina dan India membuat negara tersebut saling bersaing untuk dapat berperan dominan di wilayah lautan Hindia. India tidak ingin Cina berpengaruh besar terhadap Myanmar karena hal tersebut dapat membuat pengaruh India berkurang di wilayah lautan Hindia. Persaingan antara Cina dan India berawal sejak tahun 1947, ketika itu Cina dan India pernah berperang. Dalam peperangan tersebut India menjadi pihak yang kalah dan harus kehilangan wilayah yang dipertikaikan. India mengambil langkah untuk bekerjasama dengan Mynamar sebagai upaya menangani pengaruh Cina di Myanmar. Kerjasama yang dilakukan adalah dalam bidang perdagangan, perhubungan, sains dan teknologi. Bahkan di tahun 1997 Myanmar telah menjadi anggota kelima BIMST-EC Bangladesh, India, Myanmar, Sri Lanka, Thailand-Economic Cooperation yang merupakan usaha India untuk mengintegrasikan ekonomi Myanmar dengan negara di kawasan Asia Selatan. 124 Kerjasama India dengan Myanmar ini membuktikan bahwa selain India mempunyai kepentingan untuk menahan pengaruh Cina, India juga mempunyai tujuan untuk mempertahankan kemajuan ekonominya. Langkah India menjadikan Myanmar sebagai wilayah target perluasan ekonominya merupakan langkah cerdik mengingat Myanmar memiliki 124 Madya Obaidellah Mohamad ed, Op,Cit., h. 201. cadangan energi yang besar dan belum digali, dan merupakan akses strategis di bidang perdagangan. Kekuatan hubungan Myanmar dengan Cina dan India merupakan bentuk dari pemenuhan kepentingan nasional masing-masing. Adanya kedekatan hubungan ini dinilai sebagai salah satu kendala bagi ASEAN untuk dapat melunakkan sikap militer Myanmar. Pemberian sanksi yang telah dilakukan tidak berdampak besar bagi Myanmar karena Cina dan India masih menjadi penyokong perekonomian utama bagi Myanmar. Beberapa pendapat mengatakan bahwa Cina dan India mempunyai andil besar untuk dapat mempengaruhi pemerintah militer Myanmar. Akan tetapi, dengan berlindung di bawah payung perjanjian kerjasama yaitu tidak mencampuri urusan politik dalam negeri masing-masing, Cina dan India enggan menjalankan desakan-desakan tersebut. Pada dasarnya tindakan Cina dan India merupakan cermin politik negara-negara Barat. Seperti yang terdapat dalam argumentasi berikut : ”Apa yang dilakukan Cina dan India terhadap Myanmar merupakan cermin dari apa yang dilakukan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa yaitu bermain dengan retorika demokrasi dan HAM untuk kepentingan strategis dan ketahanan energinya. Dengan melancarkan sanksi terhadap Myanmar, Amerika dan negara-negara Eropa masih tetap menjalankan bisnis yang menguntungkan di Myanmar. Perusahaan minyak Prancis Total dan perusahaan minyak Amerika Chevron adalah dua diantara sekian banyak raksasa minyak di dunia yang masih menjalankan keuntungannya di Myanmar.” 125 Dukungan Cina dan India terhadap Myanmar membuat militer Myanmar tidak mempunyai alasan kuat untuk mundur dalam pemerintahan. Berdasarkan faktor eksternal terhadap negara, yaitu rezim militer yang secara ekonomi, militer dan logistik tergantung kepada negara 125 “Dilema Burma dan India”, Koran Tempo, Senin 29 Oktober 2007. lain dapat terancam bila donatur mereka menarik dukungannya. Contoh keberhasilan kebijakn tersebut adalah Kebijaksanaan hak-hak asasi manusia pemerintah Carter mempunyai dampak terhadap rezim-rezim di Amerika Latin. Samoza mungkin masih berkuasa bila pemerintahan AS tidak mengucilkannya. Berbeda dengan Myanmar, dukungan maupun tekanan dunia internasional semakin meningkat semenjak militer menolak kemenangan NLD. Sanksi-sanksi yang diberikan dunia internasional pun tidak mampu melemahkan posisi rezim militer disebabkan selain militer tidak memiliki ketergantungan dengan negara-negara tersebut, militer masih memiliki dukungan materi yang cukup kuat dari Cina dan India.

4.4 Pemilu 2010 Sebagai Implementasi

”Road Map to Democracy” Menghadapi gencarnya tekanan internasional, para anggota militer mencari cara demi memperbaiki citra Myanmar di mata internasional. Cara yang ditempuh militer adalah menampilkan Jenderal Khin Nyunt yang diangkat sebagai Perdana Menteri. Jenderal Khin Nyunt dikenal sebagai tokoh militer yang lebih moderat dan memiliki pemikiran perlunya rekonsiliasi nasional dan perlunya keterlibatan masyarakat internasional dalam proses demokratisasi di negaranya. 126 Pengangkatan Khin Nyunt sebagai Perdana Menteri dilaksanakan pada bulan Agustus 2003. Khin Nyunt bertanggung jawab untuk menangani proses 126 Humphrey Wangke, ”ASEAN dan Masalah Kepemimpinan Myanmar”, Jurnal Kajian, Vol. 10 No. 1, Juni 2005, h. 57. rekonsiliasi yang dimotori oleh PBB antara pemerintah dengan kelompok oposisi pimpinan Aung San Suu Kyi. 127 Pada bulan Agustus 2003, PM Khin Nyunt mengumumkan 7 langkah menuju demokrasi Road Map to Democracy. Pembentukan ”Road Map to Democracy” ini merupakan sebuah upaya pemerintah dalam melaksanakan reformasi politik dan konstitusi sekaligus menjadi jawaban atas tuntutan masyarakat internasional terhadap proses demokratisasi di Myanmar. Ketujuh tahapan itu adalah : 128 1. Reconvening of the National Convention that has been adjourned since 1996. 2. After the successful holding of the National Convention, step by step implementation of the process necessary for the emergence of a genuine and disciplined democratic system. 3. Drafting a new constitution in accordance with basic principles and detailed basic principles laid dawn by the National Convention. 4. Adoption of the draft constitution through national referendum. 5. Holding of free and fair elections for Pyithu Hluttaw People’s Assemblies according to the new Constitution. 6. Convening of Hluttaw attended by Hluttaw members in accordance with the new Constitution. 127 Ibid, h. 64. 128 Stephen Mc.Carthy, “Burma and ASEAN, Estranged Bedfellows”, Asian Survey, Vol. XLVIII No. 6, NovemberDecember 2008, h.921. 7. Building a modern, developed and democratic nation by the state leaders elected by the Hluttaw; and the government and other central organs formed by Hluttaw. Langkah awal dengan mengadakan Konvensi Nasional diharapkan dapat menghasilkan sebuah referendum tentang konstitusi baru dan pemilu baru. Konvensi yang awalnya akan dilangsungkan tahun 1993 akhirnya ditangguhkan pada Maret 1996 sebab banyak partai menarik diri sebagai aksi protes jalannya konvensi yang tidak demokratis. Setelah Konvensi Nasional tahun 1996 gagal mencapai kesepakatan, pemerintahan militer berjanji untuk mengadakan Konvensi Nasional sebanyak dua kali yaitu pada bulan Mei-Juni 2004 dan Februari-Maret 2005. Namun kedua konvensi ini kembali mengalami kegagalan. Konvensi pertama gagal karena diboikot oleh kelompok oposisi Partai NLD dan dua partai oposisi lainnya. Sedangkan kegagalan konvensi kedua disebabkan pemerintahan militer tidak mengundang ketiga partai yang memboikot konvensi petama, sehingga hasil konvensi ini tidak diakui oleh PBB dan negara-negara di dunia. 129 Ketidakjelasan penyelenggaraan konvensi nasional membuat dunia internasional menganggap pemerintah militer Myanmar tidak serius menjalankan proses demokrasi. Terlebih ketika akhir bulan Maret 2005, pemerintah militer memutuskan menunda melanjutkan konvensi nasional dan menyatakan tidak akan mengumumkan kelanjutannya hingga November 2005. Kesungguhan realisasi ”Road Map to Democracy” dan prospek demokrasi di Myanmar diasumsikan 129 Humphrey Wangke, ”ASEAN dan Masalah Kepemimpinan Myanmar”, Jurnal Kajian, Vol. 10 No. 1, Juni 2005, h.65-66.