menjadi janji kosong SPDC karena nyatanya hingga kini peralihan kekuasaan kepada sipil tak kunjung dilaksanakan. Selain itu, pembebasan para tahanan
politik sekedar tindakan sementara karena setelah para tahanan melakukan kegiatan diluar yang tidak disenangi militer, mereka menjadi tahanan politik
kembali. Fakta lain mengenai kerepresifan Jenderal Than Shwe dibawah naungan
SPDC tampak dalam sikapnya menanggapi tekanan-tekanan internasional dengan meluncurkan statement mengenai persepsi pemerintahan Myanmar terhadap arti
demokrasi. Melalui pernyataan ini, semakin menegaskan bahwa demokrasi di Myanmar berjalan lambat dan dominasi militer dalam pemerintahan akan semakin
sulit dihilangkan. Pernyataan tersebut adalah :
42
” Demokrasi harus didasarkan pada kepentingan umum dan bukan kepentingan sepihak. Termasuk pentingnya untuk tetap menjamin
stabilitas keamanan domestik dan mencegah munculnya tindakan yang melawan hukum yang terpaksa akan dijawab dengan kekuatan militer”.
Dengan demikian, perhatian kepemimpinan militer Myanmar selama tiga generasi tidak menunjukkan perubahan secara signifikan. Janji militer untuk
menjalankan demokrasi dan mengambalikan pemerintahan sipil tak kunjung dilaksanakan. Pengelolaan ekonomi negara pun hanya dipusatkan pada bisnis
yang mengutamakan golongan militer dalam pemerintahan. Sehingga dapat dikatakan kapasitas militer Myanmar dalam mengendalikan kehidupan politik,
sosial, dan ekonomi rakyat Myanmar sangat kuat.
42
Nurani Chandrawati, “Perluasan ASEM dan Masalah Myanmar : Melanjutkan Strategi Kompromistis atau Membentuk Kriteria Baru”, Jurnal Kajian Wilayah Eropa, Vol. II No. 3, 2006,
h.88.
BAB III
Gerakan Perlawanan Prodemokrasi Terhadap Pemerintahan Militer
3.1 Aung San Suu Kyi Sebagai Aktor Demokrasi Myanmar
Daw Aung San Suu Kyi adalah salah satu tokoh prodemokrasi di Myanmar. Putri dari The Founding Father Myanmar Aung San ini telah menjadi
tokoh pejuang demokrasi bagi rakyat Myanmar sejak tahun 1988. Sebagai putri dari pahlawan kemerdekan, Suu Kyi mewariskan keberanian orang tuanya dalam
membela dan memajukan bangsanya sampai titik darah penghabisan. Gagasan- gagasan politiknya yang diperuntukan bagi perubahan negara tidak jarang
menjadikan posisi militer terancam dan menyebabkan dirinya menjadi tahanan politik militer.
Kekacauan negara yang terjadi pada masa pemerintahan Ne Win, ketika rakyat merasakan perlunya kehidupan yang demokratis, mengakibatkan
meledaknya gerakan demonstrasi besar-besaran disepanjang tahun 1988. Pengunduran diri Ne Win sebagai pemimpin yang diktator dan terjadinya aksi
protes yang meluas di hampir seluruh wilayah Myanmar dan mengakibatkan terbunuhnya ribuan jiwa rakyat Myanmar, menjadi awal bagi Suu Kyi untuk
segera melakukan perlawanan terhadap militer dan melakukan perubahan yang berhak didapatkan oleh rakyat Myanmar.
Menyadari betapa menderitanya rakyat Myanmar akibat kesewenang- wenangan pemerintahan militer membuat Suu Kyi memulai aksi politiknya. Aksi
politik Aung San Suu Kyi untuk pertama kali dilakukan pada tanggal 26 Agustus 1988 dengan melakukan pidato di lapangan depan Pagoda Shwedagon, Yangoon.
31
Dalam pidatonya Suu Kyi menegaskan tujuan perjuangan bersama adalah untuk mewujudkan pemerintahan multipartai yang demokratis, bukan referendum
seperti yang ditawarkan pemerintah. Keberanian Suu Kyi menentang pemerintah militer diaplikasikan melalui pemikiran serta peran politiknya yang berlandaskan
pada sistem demokrasi yang adil dan jujur. Ia juga tidak sepaham dengan militer yang lebih memilih politik isolasionis, sebaliknya ia lebih menginginkan
Myanmar menjadi negara yang terbuka pada dunia luar dengan tetap menjaga budaya dan agama serta menghilangkan fanatisme sempit.
43
Aung San Suu Kyi sangat lantang menyuarakan kebebasan dan demokrasi. Ia menunjukkan keberaniannya dalam menghadapi ancaman dan menunjukkan
bahwa dia tidak akan terintimidasi atau merasa takut. Itu merupakan gaya keberaniannya yang didukung oleh rakyat Myanmar yang menginginkannya untuk
menjadi pemimpin.
44
Sehingga perjuangan Aung San Suu Kyi tidak hanya dinilai oleh masyarakat Myanmar, masyarakat internasional juga memberi perhatian yang
lebih terhadap perjuangannya. Berkat kegigihannya memperjuangkan demokrasi dan penegakkan hak asasi manusia, maka pada tanggal 4 November 1990 Aung
San Suu Kyi dianugerahi Penghargaan HAM Thorolf Rafto. Pada 22 Januari 1991, ia kembali meraih penghargaan Sakharov tahun 1990 untuk kebebasan berfikir
dari Parlemen Eropa. Di tahun yang sama ia mendapatkan Nobel Perdamaian dari Presiden Czechoslovakia, Vaclav Havel.
45
Terakhir, ikon demokrasi Myanmar ini
43
Agus Budi Rahmanto, “Tantangan Demokrasi di Myanmar : Studi Kasus National League for Democracy NLD”, Tesis Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta, 2002, h. 32-34.
44
Josef Silverstein, ”The Idea of Freedom in Burma and the Political Thought of Daw Aung San Suu Kyi”, Pacific Affairs, Vol. 69 No. 2 Summer 1996, h. 226.
45
Mya Maung, “Totalitarian in Burma, Prospect for Economic Development”, Paragon House, New York, 1992, h. 164.
menerima Simon Bolivar Prize untuk kebebasan pada tahun 1992.
46
Dalam Thorolf Rafto Human Rights Prize, Komite Internasional mendeskripsikan Aung
San Suu Kyi sebagai berikut :
”Daw Aug San Suu Kyi personified Burma’s movement for democracy. Through her courageous and devoted work for human
rights and democracy, Daw Aung San Suu kyi has become the focal point of the Burmese opposition demanding an end to the iron-fisted
military rule in the country, restoration of fundamental human rights and democracy. In this dark period of the history of Burma, Daw Aung
San Suu Kyi has earned enormous respect both from her fellow-citizens and from the international human rights community’’.
47
Sejak keterlibatannya dalam NLD sebagai sekertaris jenderal, Suu Kyi mulai berjuang atas nama partai. National League for Democracy NLD berdiri
dengan tujuan menciptakan pemerintahan yang demokratis dengan cara mengusahakan perubahan sosial dan politik yang terjamin perdamaian, HAM dan
kesejahteraan.
48
Suu Kyi dan NLD mulai mendapat perhatian rakyat Myanmar akibat tujuannya untuk memberikan angin demokrasi yang selama ini tidak
dipenuhi oleh pemerintahan militer. Perjuangan tokoh-tokoh demokrasi di dalam NLD menjadikan NLD sebagai partai paling populer di Myanmar. Namun
kediktatoran militer menjadi tembok penghalang yang sangat kuat bagi NLD dalam usaha mencapai tujuannya.
Menghadapi penyelenggaraan pemilu multipartai tahun 1990, tokoh-tokoh NLD menyusun strategi untuk mencapai sasarannya menciptakan Myanmar
sebagai negara demokrasi. Namun berkaitan dengan pernyataan Aung San Suu
46
Nurani Chandrawati, “Perluasan ASEM dan Masalah Myanmar : Melanjutkan Strategi Kompromistis atau Membentuk Kriteria Baru”, Jurnal Kajian Wilayah Eropa, Vol. II No. 3, 2006,
h.86.
47
Mya Maung, Op.Cit., h. 137-138.
48
Agus Budi Rahmanto, “Tantangan Demokrasi di Myanmar : Studi Kasus National League for Democracy NLD”, Tesis Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta, 2002, h. 35.