Pembentukan ASEAN Human Rights Body AHRB

lalu lintas barang, jasa-jasa dan investasi yang bebas; terfasilitasinya pergerakan pelaku usaha, pekerja profesional, pekerja berbakat dan buruh; dan arus modal yang lebih bebas; 6. Mengurangi kemiskinan dan mempersempit kesenjangan pembangunan di ASEAN melalui bantuan dan kerja sama timbal balik; 7. Memperkuat demokrasi, meningkatkan tata kepemerintahan yang baik dan aturan hukum, dan memajukan serta melindungi hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan fundamental, dengan memperhatikan hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari Negara-Negara Anggota ASEAN; 8. Menanggapi secara efektif,sesuai dengan prinsip keamanan menyeluruh, segala bentuk ancaman, kejahatan lintas-negara dan tantangan lintas-batas; 9. Memajukan pembangunan berkelanjutan untuk menjamin perlindungan lingkungan hidup di kawasan, sumber daya alam yang berkelanjutan, pelestarian warisan budaya, dan kehidupan rakyat yang berkualitas tinggi; 10. Mengembangkan sumber daya manusia melalui kerja sama yang lebih erat di bidang pendidikan dan pemelajaran sepanjang hayat, serta di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk pemberdayaan rakyat ASEAN dan penguatan Komunitas ASEAN; 11. Meningkatkan kesejahteraan dan penghidupan yang layak bagi rakyat ASEAN melalui penyediaan akses yang setara terhadap peluang pembangunan sumber daya manusia, kesejahteraan sosial, dan keadilan; 12. Memperkuat kerja sama dalam membangun lingkungan yang aman dan terjamin bebas dari narkotika dan obat-obat terlarang bagi rakyat ASEAN; 13. Memajukan ASEAN yang berorientasi kepada rakyat yang di dalamnya seluruh lapisan masyarakat didorong untuk berpartisipasi dalam, dan memperoleh manfaat dari proses integrasi dan pembangunan komunitas ASEAN; 14. Memajukan identitas ASEAN dengan meningkatkan kesadaran yang lebih tinggi akan keanekaragaman budaya dan warisan kawasan; dan 15. Mempertahankan sentralitas dan peran proaktif ASEAN sebagai kekuatan penggerak utama dalam hubungan dan kerja samanya dengan para mitra eksternal dalam arsitektur kawasan yang terbuka, transparan, dan inklusif. Berdasarkan pasal 1 diatas, maka keinginan ASEAN untuk memperkuat demokrasi tercantum pada butir 4 yang menekankan kehidupan damai, demokratis dan harmonis. Selanjutnya, keinginan ASEAN untuk memperkuat good governance dan perlindungan HAM di lingkungan kawasan Asia Tenggara, tercantum dalam butir 7 yang menekankan pentingnya tata pemerintahan yang baik, aturan hukum dan HAM. Sedangakan Pasal 2 mengenai Prinsip ASEAN berisi : 1. Dalam mencapai tujuan-tujuan yang disebutkan dalam Pasal 1, ASEAN dan Negara-Negara Anggotanya menegaskan kembali dan memegang teguh prinsip-prinsip dasar yang tertuang dalam deklarasi-deklarasi, persetujuan-persetujuan, konvensi-konvensi, concords, traktat-traktat, dan instrumen ASEAN lainnya. 71 2. ASEAN dan Negara-Negara Anggotanya wajib bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip berikut: a Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas wilayah, dan identitas nasional seluruh Negara-Negara Anggota ASEAN; b Komitmen bersama dan tanggung jawab kolektif dalam meningkatkan perdamaian, keamanan dan kemakmuran di kawasan; c Menolak agresi dan ancaman atau penggunaan kekuatan atau tindakan-tindakan lainnya dalam bentuk apa pun yang bertentangan dengan hukum internasional; d Mengedepankan penyelesaian sengketa secara damai; e Tidak campur tangan urusan dalam negeri Negara-Negara Anggota ASEAN; f Penghormatan terhadap hak setiap Negara Anggota untuk menjaga eksistensi nasionalnya bebas dari campur tangan eksternal, subversi, dan paksaan; g Ditingkatkannya konsultasi mengenai hal-hal yang secara serius memengaruhi kepentingan bersama ASEAN; h Berpegang teguh pada aturan hukum, tata kepemerintahan yang baik, prinsip-prinsip demokrasi dan pemerintahan yang konstitusional; i Menghormati kebebasan fundamental, pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia, dan pemajuan keadilan sosial; j Menjunjung tinggi Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukum internasional, termasuk hukum humaniter internasional, yang disetujui oleh Negara-Negara Anggota ASEAN; k Tidak turut serta dalam kebijakan atau kegiatan apa pun, termasuk penggunaan wilayahnya, yang dilakukan oleh Negara Anggota ASEAN atau Negara non-ASEAN atau subjek non-negara mana pun, yang mengancam kedaulatan, integritas wilayah atau stabilitas politik dan ekonomi Negara-Negara Anggota ASEAN; l Menghormati perbedaan budaya, bahasa, dan agama yang dianut oleh rakyat ASEAN, dengan menekankan nilai-nilai bersama dalam semangat persatuan dalam keanekaragaman; m Sentralitas ASEAN dalam hubungan eksternal di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya, dengan tetap berperan aktif, berpandangan ke luar, inklusif dan non-diskriminatif; dan n Berpegang teguh pada aturan-aturan perdagangan multilateral dan rejim-rejim yang didasarkan pada atura ASEAN untuk melaksanakan komitmen-komitmen ekonomi secara efektif dan mengurangi secara progresif ke arah penghapusan semua jenis hambatan menuju integrasi ekonomi kawasan, dalam ekonomi yang digerakkan oleh pasar. Dalam pencapaian tujuan dalam memperkuat demokrasi, good governance dan perlindungan HAM, ASEAN berpegang teguh pada prinsip-prinsip dasar yang tercantum dalam butir h dan i yang menekankan pedoman ASEAN pada aturan hukum, tata kepemerintahan yang baik, prinsip demokrasi dan menghormati HAM. 73 Dengan dibentuknya ASEAN Charter diharapkan dapat mengatasi segala permasalahan yang terjadi di negara-negara anggota dan mewujudkan kawasan yang dapat bersaing dengan negara-negara maju. Sebelumnya ASEAN adalah satu-satunya organisasi di dunia tanpa intergovernmental regional human rights machinery. Berbeda dengan Eropa, Amerika Serikat dan Afrika bahkan negara-negara Arab yang telah memiliki instrument HAM. Oleh sebab itu, ASEAN perlu sesegera mungkin membuat sistem HAM yang sama dengan wilayah lainnya di dunia. 101 Berdasarkan uraian Piagam ASEAN Bab I, pasal 1 dan 2 diatas maka komunitas ASEAN adalah sebuah komunitas yang ditujukan untuk memperkuat demokrasi dan melindungi Hak Asasi Manusia. Komunitas yang dimaksud adalah sebuah masyarakat yang mampu memberikan ruang yang lebih besar bagi nilai-nilai demokrasi. Oleh karena itu, negara-negara anggota ASEAN harus memiliki semangat penghargaan atas HAM dan kepercayaan pada demokrasi. Salah satu implementasi yang sangat penting berkaitan dengan persoalan diatas adalah pembentukan Badan Hak Asasi Manusia ASEAN ASEAN Human Rights BodyAHRB, sebagaimana telah diterapkan terhitung mulai Desember 2008 dan diamanatkan di dalam Bab IV Pasal 14 dengan rinciannya sebagai berikut : 102 1. Selaras dengan tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip Piagam ASEAN terkait dengan pemajuan dan perlindungan hak-hak asasi dan kebebasan 101 Liona Nanang Supriatna, “Piagam ASEAN : Upaya untuk Meningkatkan Penghormatan dan Pemajuan Kebebasan Fundamental dan Hak Asasi Manusia di Asia Tenggara”, Jurnal Hukum Pro Justitia, Vol. 26 No. 2, April 2008, h. 143. 102 http:www.aseansec.orgAC-Indonesia.pdf diakses pada 24042010. fundamental, ASEAN wajib membentuk badan hak asasi manusia ASEAN. 2. Badan hak asasi manusia ASEAN ini bertugas sesuai dengan kerangka acuan yang akan ditentukan oleh Pertemuan para Menteri Luar Negeri ASEAN. Terkait dengan masalah Myanmar, di piagam itu disepakati ASEAN Human Rights Body atau badan ASEAN yang bertanggung jawab mempromosikan dan melindungi hak asasi manusia, sehingga memungkinkan ASEAN menjawab berbagai macam isu yang terkait dengan human rights. Melalui badan ini, diharapkan ASEAN bisa membantu mendorong Myanmar kearah demokrasi. 103 Menghadapi terbentuknya ASEAN Charter khususnya yang mengatur tentang Human Rights Body, ASEAN membentuk Komisi Hak Asasi Manusia ASEAN Intergovernmental Commission on Human RightsAICHR yang beroperasi sesuai dengan Terms of Reference TOR dan memiliki tujuan : 104 1. Mempromosikan dan melindungi hak asasi manusia dan kebebasan dasar penduduk ASEAN. 2. Menjaga hak negara-negara ASEAN untuk hidup dalam damai, martabat dan kesejahteraan; 3. Berkontribusi pada realisasi tujuan ASEAN sebagaimana dalam Piagam ASEAN untuk meningkatkan stabilitas dan harmonisasi dalam 103 Dian Triansyah Djani, “ASEAN Organisasi Regional Yang Sukses”, Diplomasi, No. I tahun I, 15 Januari- 14 Februari 2008, h. 6. 104 http:www.aseansec.org22769.htm diakses pada 1 Desember 2010. persahabatan ASEAN, wilayah dan kerjasama antar negara-negara anggota ASEAN dalam proses membangun Masyarakat ASEAN. 4. Mempromosikan hak asasi manusia dalam konteks regional, mengingat perbedaan pikiran nasional dan regional serta saling menghormati perbedaan sejarah, budaya dan agama latar belakang, dan mengambil mempertimbangkan keseimbangan antara hak dan tanggung jawab; 5. Meningkatkan kerjasama regional dengan tujuan untuk melengkapi upaya pada promosi dan perlindungan hak asasi manusia nasional dan internasional. 6. Menegakkan standar-standar hak asasi manusia internasional seperti yang ditentukan Deklarasi Wina, dan instrumen hak asasi manusia internasional. Pengambilan keputusan dalam AICHR didasarkan pada konsultasi dan konsensus sesuai dengan Pasal 20 dari Piagam ASEAN. Menghadapi terbentuknya AHRB, pada April 2000 Myanmar telah membentuk Komite Hak Asasi Manusia dengan tugasnya yaitu mempersiapkan pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Selama dalam proses pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Myanmar telah merevisi Undang- Undang yang disesuaikan dengan kehidupan sosial, budaya serta disesuaikan dengan hukum internasional. Selain itu, Myanmar juga telah meratifikasi beberapa konvensi HAM, yakni : 105 1. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women, tanggal 22 Juli 1997. 2. Convention on the Rights of the Child, 15 juli 1991. 105 Ibid. 76 3. Geneva Convention of 12 August 1949 on the protection of the victims of war. 4. Convention Concerning Forced or Compulsory Labour no.29 and the 1948 Convention Concerning Freedom of Association. 5. Protection of the Right to Organize no.87 of the International Labour Organization. Menjadikan ASEAN sebagai organisasi yang bersifat badan hukum legal personality seperti tercantum dalam ASEAN Charter, tidak secara otomatis membuat ASEAN semakin solid. Dalam pengimplementasian ASEAN Charter, ASEAN menghadapi kendala yang justru datang dari lingkungan internal ASEAN sendiri, yakni : Pertama, secara organisatoris, ASEAN adalah organisasi elite politik yang cenderung mengabdi pada kepentingan elite, berbeda dengan harapan dibentuknya ASEAN Charter, organisasi ini kelak menjadi organisasi yang berorientasi pada rakyat dan bukan organisasi birokrat semata. Kedua, ASEAN masih memegang teguh prinsip non-interference. Dengan alasan prinsip ini ASEAN tidak akan dapat mengintervensi pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi di negara-negara anggotanya. Ketiga, kondisi real masing-masing negara yang cukup signifikan mengganggu nilai-nilai HAM. 106 Dengan adanya Piagam ASEAN menjadikan seluruh negara-negara anggota termasuk Myanmar terikat dengan sistem hukum internasional. Dalam konteks permasalahan di Myanmar, pembentukan ASEAN 106 Liona Nanang Supriatna, “Piagam ASEAN : Upaya untuk Meningkatkan Penghormatan dan Pemajuan Kebebasan Fundamental dan Hak Asasi Manusia di Asia Tenggara”, Jurnal Hukum Pro Justitia, Vol. 26 No. 2, April 2008, h. 146. 77 Intergovernmental Commission on Human Rights AICHR menjadi bukti dari peran ASEAN dalam menyelesaikan masalah di negara-negara anggotanya. Di lain sisi, tindakan Myanmar meratifikasi konvensi HAM tidak diiringi dengan keseriusan menghilangkan tindakan pelanggaran HAM. Sementara itu, pembentukan Komisi Nasional HAM Myanmar tidak diiringi dengan peresmian. Sehingga dapat dikatakan bahwa tindakan Myanmar tersebut merupakan tindakan formalitas belaka. Berdasarkan prinsip demokrasi yang antara lain menjunjung tinggi nilai-nilai HAM, maka selama Myanmar masih memiliki catatan pelanggaran HAM, Myanmar belum dapat dikatakan sebagai negara demokrasi. Namun demikian berdasarkan pengambilan keputusan yang dianut oleh ASEAN, maka apabila terjadi pelanggaran HAM, ASEAN harus menyetujui secara bulat konsensus, di samping itu ASEAN juga tidak memiliki aturan mengenai sanksi hukum yang dapat diterapkan kepada negara pelanggar.

4.3 Hambatan ASEAN dalam Menegakkan Demokrasi di Myanmar

Dalam masalah Myanmar, ASEAN bukan tidak pernah menggunakan wewenangnya untuk mengupayakan proses rekonsiliasi nasional di Myanmar. Dengan berpegang teguh pada ”ASEAN Way” ASEAN telah berulang kali melakukan percobaan mempengaruhi pemerintahan militer Myanmar agar melakukan perubahan. Akan tetapi, peran ASEAN dalam mengupayakan perubahan di Myanmar terhambat oleh beberapa hal yang berasal dari dalam maupun luar ASEAN. Dengan prinsip-prinsip yang dianut oleh ASEAN secara 78 kolektif regional membuat ASEAN memiliki kapasitas tersendiri dalam setiap menyelesaikan masalah di kawasan. Sehingga hal tersebut telah menjadikan posisi yang dilematis bagi ASEAN dan mendatangkan penilaian bahwa peran ASEAN tidak signifikan. The ASEAN Way ” yang terdiri dari tiga pilar utama yaitu : prinsip non- interference, pengambilan keputusan berdasarkan konsensus, minimalis dan infornalitas dalam mekanisme institusionalisasi soft institutionalism. 107 ASEAN Way merupakan gaya diplomasi yang dikembangkan dalam organisasional ASEAN yang mengutamakan konsultasi informal berupa dialog. Cara ASEAN merupakan rangkaian norma atau pedoman yang tidak tertulis namun bersifat mengikat dan ditaati oleh negara-negara anggota ASEAN. 108 ASEAN Way yang dijadikan pedoman dalam hubungan intra-ASEAN tercermin dalam Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama Treaty of Amity and Cooperation TAC yang dibentuk pada tahun 1976. 109 TAC merupakan traktat ASEAN yang paling mendasar dengan prinsip-prinsip dasarnya antara lain adalah sikap saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, keutuhan territorial dan identitas nasional setiap negara; hak setiap negara untuk menjalankan kehidupan nasional yang bebas dari campur tangan, subversi atau tekanan luar; saling tidak mencampuri masalah dalam negeri masing-masing anggota; penyelesaian konflik 107 Anak Agung Banyu Perwita, “Kapasitas ASEAN dalam Penyelesaian Konflik Internal di Myanmar”, Jurnal Analisis CSIS, Vol. 35 No. 2, 2006, h. 153. 108 Tritogo Puspito Adi, “Kepentingan Myanmar Menjadi Anggota ASEAN Periode 1988-1997”, Skripsi Departemen Hubungan Internasional, Universitas Indonesia, Depok, 2001, h. 76. 109 Mekanisme penyelesaian sengketa di ASEAN kini menggunakan acuan dalam Piagam ASEAN yang pada dasarnya memiliki kesamaan dengan mengandalkan sebuah konsensus dalam sebuah sengketa hukum. 79 secara damai; menolak penggunaan kekerasan, dan kerjasama yang efektif antara sesama negara angota. 110 Cara penyelesaian masalah yang dianut oleh ASEAN lebih menekankan pada penyelesaian secara damai demi mencegah munculnya konflik dan penggunaan kekerasan. Dengan penekanan pada konsensus, ASEAN memiliki beberapa mekanisme pengambilan keputusan di antaranya melalui KTT, Sidang Para Menteri Luar Negeri, dan Sidang para Pejabat Tinggi Senior Official Meeting-SOM. Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN terdiri atas para Kepala Negara atau Pemerintahan dari Negara-Negara Anggota dan merupakan badan pengambil kebijakan tertinggi ASEAN yang membahas, memberikan arah kebijakan dan mengambil keputusan atas isu-isu utama yang menyangkut realisasi tujuan- tujuan ASEAN, hal-hal pokok yang menjadi kepentingan Negara-Negara Anggota, dan segala isu yang dirujuk kepadanya oleh Dewan Koordinasi ASEAN, Dewan-Dewan Komunitas ASEAN, dan Badan-Badan Kementerian Sektoral ASEAN. Pertemuan-Pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN diselenggarakan dua kali setahun, dan dilaksanakan oleh Negara Anggota yang menjabat Ketua ASEAN dan menyelenggarakan, apabila diperlukan, pertemuan- pertemuan khusus atau ad hoc yang diketuai oleh Negara Anggota yang menjabat Ketua ASEAN, di tempat yang disepakati oleh Negara-Negara Anggota ASEAN. 111 Sidang Para Menteri Luar Negeri ASEAN ASEAN Ministerial Meeting- AMM mempunyai peran dan tanggung jawab untuk merumuskan garis kebijakan 110 “Seperempat ABAD ASEAN”, Proyek Kerjasama Antar Negara ASEAN Sekertariat Nasional ASEAN Departemen Luar Negeri, 1994, h. 22. 111 http:www.aseansec.org22769.htm diakses pada 1 Desember 2010.