Interpretasi Data .1 Pasangan Suami Istri yang Tinggal Terpisah

44

4.1.4.2 Sarana Ibadah Tabel 4.7

Sarana Ibadah No Sarana Ibadah Jumlah Persentase 1 Mesjid 2 19 2 Mushola 8 80 3 Vihara 1 1 Total 11 100 Sumber : Catatan Kepala Desa Lalang 2009

4.1.4.3 Sarana Pendidikan Tabel 4.8

Sarana Pendidikan No Sarana Pendidikan Jumlah Persentase 1 Taman Kanak-Kanak 1 15 2 Sekolah Dasar 5 70 3 SLTP 1 15 Total 7 100 Sumber : Catatan Kepala Desa Lalang 2009 4.2 Interpretasi Data 4.2.1 Pasangan Suami Istri yang Tinggal Terpisah Satu hal yang semakin sering dirasakan oleh banyak keluarga sekarang adalah bahwa perbedaan pendapat dan kepentingan dalam keluarga sulit dicari titik temunya, Terlebih ketika dalam realitas dapat dilihat terdapat kecenderungan baru suami-istri tinggal secara terpisah dalam waktu yang relatif cukup lama. Adapun yang menjadi Universitas Sumatera Utara 45 alasan pasangan suami istri bertempat tinggal terpisah karena masalah pekerjaan. Selain karena masalah pekerjaan masih banyak penyebab lainnya pasangan suami istri memilih tinggal secara terpisah, misalkan saja karena pemindahan kerja dari pihak suami dan tuntutan pemenuhan kebutuhan ekonomi. Biasanya mereka yang hidup dalam suatu keluarga yang bertempat tinggal berjuhan akan memiliki intensitas bertemu secara langsung face to face secara terbatas dan berbeda di setiap keluarga yang memiliki kasus sama. Keluarga sebagai organisasi, mempunyai perbedaan dengan organisasi lainnya, antara lain : bentuk-bentuk hubungannya lebih bersifat `gemeinschaft’ dan merupakan memiliki ciri-ciri kelompok primer, yakni mempunyai hubungan yang lebih intim, kooperatif, face to face, dan masing-masing anggota memperlakukan anggota yang lain sebagai tujuan bukan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Di samping itu, ada ciri-ciri dari keluarga yang dapat dikategorikan sebagai ciri- ciri umum dan ciri-ciri khusus. Dari tulisan Mc. Iver Page dan Burgess Locke Khaeruddin, 2002: 6-7, dapat disimpulkan ciri-ciri umum keluarga meliputi suatu kelompok yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah atau adopsi; merupakan susunan rumah tangga sendiri; hidup bersama dalam satu atap; berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan sosial bagi anggotanya; dan merupakan pemelihara kebudayaan. Sementara yang menjadi ciri khusus antara lain : kebersamaan; dasar-dasar emosional, pengaruh perkembangan; ukuran yang terbatas; posisi inti dalam struktur sosial; tanggung jawab para anggota; aturan kemasyarakatan; dan memiliki sifat kekekalan dan kesementaraan. Universitas Sumatera Utara 46 Ciri-ciri keluarga diatas adalah ciri-ciri keluarga yang merupakan rumusan ideal yang dijadikan ideal type bagi individu-individu di dalam masyarakat dalam membangun keluarga. Pada umumnya keluarga dikarakter hidup bersama dalam satu atap, face to face dan terdapat kebersamaan. Namun dalam realitasnya, terdapat keluarga-keluarga yang relatif berbeda dengan ideal type tersebut, yakni: diantaranya tidak tinggal satu atap bertempat tinggal berjauhanterpisah, face to face dan kebersamaan secara fisik relatif terbatas. Realitas yang demikian sering terjadi pada keluarga-keluarga yang suami dan istrinya yang tingal terpisah. Tetapi pada kenyataannya pasangan suami istri yang memutuskan untuk tinggal terpisah adalah bukan suatu keinginan tetapi merupakan suatu keterpaksaan demi terpenuhinya kebutuhan ekonomi, seperti pasangan C yaitu suami yang mengatakan : “…sebenarnya saya tidak terlalu setuju untuk tinggal terpisah seperti ini, karena menurut saya idealnya suatu keluarga adalah tinggal dalam satu atap, karena bagaimanapun anak-anak membutuhkan peran dan kasih sayang dari seorang ayah, tetapi mau bagaimana lagi kalau saya tidak bekerja istri dan anak mau makan apa…” Dari hasil dilapangan menunjukan bahwa selain pasangan suami istri tinggal terpisah karena suatu keterpaksaan, ada juga pasangan yang mengatakan bahwa hidup terpisah dari keluarga adalah jalan terbaik yang telah di berikan oleh tuhan yang maha esa yang berdampak positif bagi dirinya dan keluarga yaitu dapat tetap hidup harmonis bersama berkeluarga. Seperti yang diungkapkan pada pasangan E yaitu suami yang mengatakan : “...saya tidak merasa keberatan jika harus terpisah dengan istri dan anak, karena menurut saya ini adalah jalan hidup yang sudah ditentukan oleh Allah kepada saya dan saya selalu berfikir positif dengan kehidupan yang sudah saya jalani sekarang. Saya selalu berfikir jika saya hidup satu atap dengan istri mungkin kami akan selalu bertengkar karena saya tau betul karakter istri saya yang keras dan Universitas Sumatera Utara 47 cenderung tidak mau mengalah. Mungkin dengan hidup terpisah seperti ini membuat hubungan saya dengan istri lebih harmonis. Pasangan suami istri yang memutuskan untuk tinggal terpisah memiliki pandangan masing-masing terhadap kehidupan yang sedang dijalani dan pada dasarnya mereka yang tinggal terpisah dapat bertahan dalam waktu tertentu, walaupun ditemukan berbagai masalah yang tidak biasa yang dihadapi keluarga pada umumnya sehingga pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah memerlukan strategi untuk dapat selalu menjaga interaksi dan komunikasi serta dalam memenuhi fungsi keluarga yang relatif berbeda dengan keluarga-keluarga pada umumnya.

4.2.2 Faktor – Faktor yang Menyebabkan Pasangan Suami Istri Tinggal Terpisah

Setiap pasangan suami istri yang memutuskan untuk tinggal terpisah sudah pasti memiliki alasan-alasan yang cukup kuat hingga akhirnya harus hidup terpisah. Hal ini dikarenakan tinggal terpisah bukanlah suatu yang benar-benar diinginkan oleh setiap keluarga tetapi karena keterpaksaan untuk dilakukan demi dapat bertahan hidup dan tercapainya suatu tujuan yang diinginkan. Suatu keluarga pada umumnya adalah tinggal secara bersama-sama dalam satu atap, saling memberikan kasih sayang kepada setiap anggota keluarga, menjalin komunikasi yang baik antar anggota keluarga hingga dapat terwujud keluarga yang harmonis yang didamba-dambakan. Tetapi kondisi demikian tidak semua keluarga dapat merasakannya, banyak keluarga pada saat ini memilih untuk tinggal terpisah karena berbagai alasan, seperti :

4.2.2.1 Faktor Pekerjaan

Faktor pekerjaan merupakan alasan yang paling mendominasi pasangan suami istri memutuskan untuk tinggal terpisah. Pada zaman maju sekarang ini, tidak jarang ditemui suami dan istri sama-sama bekerja, mengingat biaya hidup yang semakin tinggi sehingga Universitas Sumatera Utara 48 meununtut istri juga bekerja demi memenuhi kebutuhan ekonomi. Didukung dengan pendidikan tinggi, tamatan sarjana misalnya suami dan istri sudah tentu ingin mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya, tidak jarang karena ingin sama-sama meniti karir, tidak menjadi masalah jika harus hidup terpisah karena tempat kerja yang berbeda dan jarak yang jauh pula. Seperti pasangan C dan E yang memilih tinggal terpisah karena alasan pekerjaan. Seperti pasangan C yang yaitu suami mengatakan : “…Awalnya saya dan istri tinggal bersama dan ketika istri mendapatkan tawaran untuk bekerja disebuah rumah sakit sebagai perawat, saya sangat mendukung karena pendidikan istri yang basicnya adalah sekolah keperawatan. Berbeda halnya dengan saya yang hanya tamatan STM dan bekerja sebagai karyawan biasa si PT Domas Argointi prima merasa tidak cukup bila harus bekerja sendirian mengingat kebutuhan semakin besar terutama untuk biaya pendidikan anak. Sehingga ketika ada peluang untuk saya dan istri untuk sama-sama bekerja saya hanya bisa bersyukur karena kami diberi kesempatan mendapatkan rezeki lebih dengan sama-sama bekerja demi terpenuhinya kebutuhan ekonomi dan kehidupan yang layak terutama untuk anak- anak…”

4.2.2.2 Faktor Ekonomi

Ekonomi adalah diibaratkan sebagai rantai kehidupan yang harus dipenuhi oleh setiap orang, karena itu merupakan kebutuhan masyarakat untuk dapat bertahan hidup. Tidak jarang seseorang dapat melakukan apa saja bahkan rela untuk berbuat kejahatan, merampok misalnya, itu dilakukan karena untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonomi demi menyambung hidup. Dizaman yang serba maju dan modern seperti sekarang ini menuntut setiap orang untuk dapat bekerja keras demi kehidupan yang layak. Seiring mengingat biaya hidup yang semakin tinggi, dan tak heran jika banyak orang yang rela bekerja apa saja demi mendapatkan uang hingga kepada resiko untuk meninggalkan keluarga atau hidup terpisah dari orang-orang yang disayangi. Seperti pasangan D yang Universitas Sumatera Utara 49 merasa bahwa hidup yang dijalani yaitu hidup terpisah dari keluarga adalah keterpaksaan demi terpenuhinya kebutuhan ekonomi, seperti penuturan suami pada pasangan D yaitu : “…yang penting buat saya adalah mendapatkan uang untuk anak, saya selalu memberikan hadiah buat anak saya karena saya sangat sayang dan selalu rindu, yang saya inginkan adalah bisa tinggal bersama dengan istri dan anak, dan itulah yang masih saya usahakan saat ini. Menabung untuk dapat membeli rumah sendiri karena saat ini saya masih mengontrak rumah di dekat tempat saya bekerja. Bagaimanapun saya merasa segan dengan mertua karena tanggungan saya masih tinggal dengan mereka dan satu yang saya takutkan adalah anak yang tidak dekat dengan saya tetapi malah lebih dekat dengan neneknya…”

4.2.2.3 Pendidikan Anak yang Lebih Berkualitas di Kota

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk dimiliki oleh semua orang. Karena melalui pendidikan, seseorang dapat berkembang pola pikirnya dan sudah pasti dapat mempermudah kehidupannya karena dibekali oleh ilmu pengetahuan. Seperti pada umumnya pendidikan di peroleh melalui lembaga pendidikan, seperti sekolah. Apalagi dizaman maju dan serba modern ini, semua orang berlomba-lomba untuk dapat menempuh pendidikan di sekolah yang modern dan berkualitas tinggi hingga ke sekolah yang bertaraf internasional. Begitu juga halnya dengan para orangtua yang menginginkan anaknya bersekolah di sekolah terbaik dikotanya. Biasanya mereka berfikr bahwa sekolah – sekolah yang ada di kota lebih bermutu dan berkualitas dibandingkan yang ada di desa. Begitu halnya dengan pasangan suami istri yang tinggal terpisah, dimana istri dan anak – anaknya tinggal di kota Medan misalnya sementara suami tinggal di Kuala Tanjung yang hanya di desa seperti pasangan A, pasangan B, dan pasangan C yang rela untuk tinggal terpisah karena pendidikan anak yang di nilai lebih baik jika bersekolah di Kota dibandingkan di daerah tempat ayahnya tinggal. Seperti yang diungkapkan oleh pasangan B yaitu oleh Sarwedi Universitas Sumatera Utara 50 “…yang penting buat saya adalah mencari uang dan uang untuk bekal pendidikan anak-anak saya, karena yang saya inginkan adalah anak-anak dapat menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi. Tidak masalah bagi saya bila saya harus tinggal terpisah dengan anak-anak karena pendidikan yang baik itu lebih penting buat saya dibandingakan mereka harus tinggal disini bersama saya dengan sekolah yang kurang berkualitas…” Sarwedi sebagai orang yang bersuku Batak sangat mengutamakan pendidikan terutama untuk anak- anaknya. Jadi tidak merasa heran jika ia rela untuk tinggal terpisah dengan istri dan anak, karena yang ia lakukan adalah melakukan yang terbaik untuk masa depan buah hatinya.

4.2.2.4 Masih Bergantung dengan Orangtua

Orangtua merupakan orang terdekat dari masa kanak – kanak hingga dewasa bahkan ketika sudah menikah. Seorang anak yang terbiasa tinggal bersama orangtua dan merasa dilindungi dan disayangi oleh akan terlalu sulit untuk jauh dari orangtua. Seperti yang dialami oleh pasangan E di mana dari awal pernikahan pasangan ini sudah tinggal terpisah, hal ini awalnya dikarenakan alasan pekerjaan. Suami bekerja sebagai kontraktor dan istri sebagai pegawai negeri sipil. Pada awalnya istri sempat ikut dengan suami dimana sang istri meminta untuk dipindah tugaskan di kota tempat suami bekerja. Tetapi itu hanya berlangsung setahun, karena alasan tidak betah dan lebih enak tinggal dengan orangtua, akhirnya istri kembali tinggal dengan orangtuanya. Universitas Sumatera Utara 51

4.3 Faktor-Faktor yang Mendukung Kohesi Keluarga pada Pasangan Suami Istri yang Tinggal Terpisah