Faktor-Faktor yang Mendukung Kohesi Keluarga pada Pasangan Suami Istri yang Bertempat Tinggal Terpisah “ (Studi Kasus pada Karyawan PT Domas Agrointi Prima di Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara)

(1)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Faktor-Faktor yang Mendukung Kohesi Keluarga pada Pasangan

Suami Istri yang Bertempat Tinggal Terpisah

(Studi Kasus Pada Karyawan PT. Domas Agrointi Prima di Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara)

SKRIPSI

Oleh :

Penggie Maylan

Nim : 050901008

Departemen Sosiologi

Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Studi

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara


(2)

ABSTRAK

Dengan didasari oleh pemikiran bahwa realitas yang ada dimasyarakat saat ini tidak jarang ditemui pasangan suami istri yang tinggal terpisah karena pekerjaan, dan faktanya menunjukkan bahwa mereka pasangan suami istri yang tinggal terpisah dalam waktu yang relatif cukup lama namun tetap dapat mempertahankan keutuhan keluarganya. Lalu muncul pertanyaan dari peneliti yaitu faktor-faktor apa saja yang mendukung kohesi (keutuhan) keluarga pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah yaitu dengan melihat dua faktor yaitu yang pertama, interaksi antara pasangan suami istri dan interaksi ayah dengan anak dan yang kedua, pemenuhan fungsi-fungsi keluarga pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat masalah-masalah apa saja yang timbul pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini berlokasi di Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah 6 pasangan suami istri, 3 orang anak dan 1 orang yang mengerti tentang pernikahan yang sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti, guna memperoleh informasi dalam bentuk data yang sesuai dengan permasalahan penelitian.

Hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa pasangan suami istri yang tinggal terpisah dapat mempertahankan keutuhan keluarganya karena didukung adanya alat komunikasi seperti telepon, serta pertemuan dalam waktu tertentu menjadikan pertemuan yang lebih berkualitas dalam hal memberikan perhatian dan kasih sayang terhadap pasangan dan juga anak. Pemenuhan fungsi-fungsi keluarga baik fungsi pokok maupun fungsi sosial tetap dapat terpenuhi walaupun dengan media yang terbatas (seperti telepon) dan tidak secara maksimal, serta adanya bantuan dari orang lain (orangtua dan mertua) dan lembaga terkait seperti Asuransi untuk anak. Masalah yang muncul pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah cenderung agak berbeda dengan keluarga lainnya yang umumnya tinggal satu atap, walaupun masalah perselingkuhan juga dapat terjadi pada keluarga mana saja. Masalah yang terjadi karna hidup terpisah adalah antara lain : perselingkuhan, tidak menjaga ikatan suci pernikahan, rasa khawatir ketika anak jatuh sakit, tidak adanya komunikasi antara ayah dan anak, timbulnya prasangka negatif terhadap pasangan suami istri, dan keuangan rumahtangga yang tidak terkontrol. Didalam keluarga yang hidup terpisah, pasangan sumi istri selalu menanamkan sikap-sikap yang positif seperti menanamkan nilai - nilai agama yaitu selalu mengingatkan untuk rajin beribadah dan taat kepada agama agar terhindar dari perbuatan yang buruk dan dapat hidup harmonis bersama keluarga. Serta tidak terlepas dari sikap-sikap yang di tanamkan oleh masing-masing pasangan suami istri yang tinggal terpisah untuk saling menanamkan rasa saling percaya, saling menghargai, mewujudkan sistem hubungan yang harmonis dan lain-lain.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, dengan judul “ Faktor-Faktor yang Mendukung Kohesi Keluarga pada Pasangan Suami Istri yang Bertempat Tinggal Terpisah “ (Studi Kasus pada Karyawan PT Domas Agrointi Prima di Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara). Skripsi ini khusus penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta penulis, Suyono Tauhid dan Haryati terimah kasih atas semua kasih sayang, doa, pengertian, pengorbanan yang tulus, dukungan dan semangatnya yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya tanpa ada campur tangan dari semua pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. DR. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. DR. Badaruddin, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Rosmiani, MA, selaku dosen penguji disaat ujian komperehensif dan Sekertaris Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.


(4)

4. Bapak Drs. Muba Somanihuruk, M.Si, selaku dosen pembimbing penulis, yang membimbing penulis dengan penuh kesabaran sampai pada penyelesaian skripsi ini. Dimana dengan begitu banyaknya kesibukan, beliau masih bersedia meluangkan waktu kepada penulis untuk memberikan masukan berupa saran bagi penulisan skripsi ini.

5. Kepada seluruh dosen Sosiologi dan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan berbagai materi selama penulis menjalani perkuliahan di FISIP USU.

6. Buat Adik-adikku tercinta, Yessie Anggrian, Dodie Andrian dan Habib Ramadhan, terimah kasih selama ini uda bantuin kakak dan doain kakak.

7. Buat kekasih hati tercinta Gusti Vitra S.Si yang tidak pernah lelah untuk selalu memberikan semangat kepada penulis. Terimah kasih ya sayang buat bantuan, dukungan dan doanya selama ini. Semoga saja kebersamaan kita untuk selamanya, amin.

8. Buat sahabat-sahabatku, teman seperjuangan dari awal kuliah hingga saat ini dan untuk selamanya, Novi Khairani, Irdha Septimura, Ita Mutia, Riana Ningrum, Syafrianti Mailina Sari, Tiyara Larasati, Yuswaniati Ramadhani, Ade Rahma Ayu, Yosi. Terimah kasih buat dukungan, semangat dan waktu yang kalian berikan. Temen-temen 05 yang lain cen-cen, katub, nova, nina, panca, eko, ayu, sari, riska, dan semua temen-temen satu angkatan (05) semoga aja kita akan selalu berteman dan tidak saling melupakan.

9. Buat temen-temen satu kos hanim, eka, vivi, ariana, sari, ibah makasih telah memberi dukungan dan doanya. Buat dewi makasi ya uda banyak bantuin kakak


(5)

dalam penulisan skripsi ini. Gak lupa buat temen-temen yang sangat kusayang buat ana, nona, kak indah, kak yuni, kak idar, yang banyak memberikan canda tawa yang tak kan pernah terlupakan. Aku kangen kebersamaan kita dulu yang selalu buat aku seneng…

10.Buat dedi dan hendra thanks banget uda mau nganterin penulis kesana kemari dalam penulisan skripsi ini.

11.Kepada semua informan dalam penelitian ini, terima kasih atas kerjasama dan dukungannya.

12.Kepada semua pihak yang turut membantu dan tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan skripsi ini, akan tetapi penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk menambah kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 25 Februari 2010 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 7

1.3Tujuan Penelitian ... 7

1.4Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 7

1.4.2 Manfaat Praktis ... 8

1.5 Definisi Konsep ... 8

BAB II. TINJAUAN PISTAKA ... 10

2.1 Interaksi Sosial ... 10

2.2 Komunikasi ... 12

2.3 Strategi Bertahan Keluarga yang Hidup Terpisah dalam Mempertahankan Keutuhan Rumah Tangga ... 14

2.4 Fungsi – Fungsi Keluarga ... 18

2.4.1 Fungsi Biologis ... 18

2.4.2 Fungsi Afeksi ... 19

2.4.3 Fungsi Sosialisasi ... 19

2.4.4 Fungsi Ekonomi ... 20

2.4.5 Fungsi Perlindungan ... 20

2.4.6 Fungsi Pendidikan ... 20

2.4.7 Fungsi Agama ... 21


(7)

BAB III. METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Jenis Penelitian... 23

3.2 Lokasi Penelitian ... 23

3.3 Unit Analisis dan Informan Penelitian ... 24

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.5 Interpretasi Data ... 26

3.6 Jadwal Kegiatan ... 27

3.7 Keterbatasan Penelitian ... 27

BAB IV. DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN ... 29

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 29

4.1.1 Sejarah Singkat ... 29

4.1.2 Batas Wilayah dan Letak Wilayah ... 30

4.1.3 Komposisi Penduduk ... 31

4.1.3.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 31

4.1.3.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 32

4.1.3.4 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan.... ... 32

4.1.4 Sarana dan Prasarana ... 33

4.1.4.1 Sarana Kesehatan ... 33

4.1.4.2 Sarana Ibadah ... 34

4.1.4.3 Sarana Pendidikan ... 34

4.2 Interpretasi Data ... 34

4.2.1 Pasangan Suami Istri yang Tinggal Terpisah ... 34

4.2.2 Faktor – Faktor yang Menyebabkab Pasangan Suami Istri Tinggal Terpisah... 37

4.2.2.1 Faktor Pekerjaan ... 37

4.2.2.2 Faktor Ekonomi ... 38

4.2.2.3 Pendidikan Anak yang Lebih Berkualitas di Kota ... 39

4.2.2.4 Masih Bergantung dengan Orangtua ... 40 4.3 Faktor – Faktor yang Mendukung Kohesi


(8)

Keutuhan Keluarga pada Pasangan Suami Istri

yang Tinggal Terpisah ... 41

4.3.1 Interaksi Antara Pasangan Suami Istri yang Tinggal Terpisah ... 41

4.3.2 Interaksi Antara Ayah (sebagai pihak terpisah) dengan Anak ... 45

4.3.3 Pemenuhan Fungsi – Fungsi Keluarga Pada Pasangan Suami Istri yang Tinggal Terpisah ... 47

4.2.3.1 Fungsi Afeksi ... 49

4.2.3.2 Fungsi Biologis ... 51

4.2.3.3 Fungsi Ekonomi ... 52

4.2.3.4 Fungsi Pendidikan ... 53

4.2.3.5 Fungsi Sosialisasi ... 55

4.2.3.6 Fungsi Agama ... 56

4.2.3.7 Fungsi Perlindungan ... 57

4.2.3.8 Fungsi Rekreasi ... 58

4.4 Orientasi Keluarga ... 59

4.5 Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Ketahanan Keluarga ... 62

4.5.1 Faktor - Faktor yang Memperkuat Ketahanan Keluarga... 62

4.6 Masalah-Masalah yang Muncul pada Pasangan Suami Istri yang Tinggal Terpisah ... 63

4.6.1 Perselingkuhan ... 64

4.6.2 Tidak Menjaga Ikatan Suci Pernikahan ... ... 71

4.6.3 Tidak Adanya Komunikasi Antara Ayah dan Anak ... 72

4.6.4 Rasa Khawatir Ketika Anak Sedang Sakit ... ... 73

4.6.5 Timbulnya Prasangka Negatif Terhadap Pasangan Suami Istri ... 75

4.6.6 Keuangan Rumahtangga yang tidak Terkontrol .... ... 76


(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 82 5.1 Kesimpulan ... 82 5.2 Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 Luas Wilayah Desa Lalang……… 33

2. Tebel 4.2 Persentase Penduduk Menurut Jnis Kelamin………. 34

3. Tabel 4.3 Persentase Penduduk Menurut Agama……….. 34

4. Tabel 4.4 Persentase Mata Pencaharian Penduduk……… 35

5. Tabel 4.5 Persentase Tingkat Pendidikan……….. 36

6. Tabel 4.6 Sarana Ibadah……….. 37

7. Tabel 4.7 Sarana Kesehatan……….. 37

8. Tabel 4.8 Sarana Pendidikan………. 37

9. Tabel 4.9 Hubungan Suami Dengan Istri………. 47

10.Tabel 4.10 Hubungan Ayah dengan Anak……….. 51

11.Tabel 4.12 Pemenuhan Fungsi Afeksi……….. 54

12.Tabel 4.13 Pemenuhan Fungsi Biologis ……… 60

13.Tabel 4.14 Pemenuhan Fungsi Ekonomi……….. 62

14.Tabel 4.15 Pemenuhan Fungsi Pendidikan……….. 64

15.Tabel 4.16 Pemenuhan Fungsi Sosialisasi……… 66

16.Tabel 4.17 Pemenuhan Fungsi Agama……….. 68

17.Tabel 4.18 Pemenuhan Fungsi Perlindungan………... 70


(11)

ABSTRAK

Dengan didasari oleh pemikiran bahwa realitas yang ada dimasyarakat saat ini tidak jarang ditemui pasangan suami istri yang tinggal terpisah karena pekerjaan, dan faktanya menunjukkan bahwa mereka pasangan suami istri yang tinggal terpisah dalam waktu yang relatif cukup lama namun tetap dapat mempertahankan keutuhan keluarganya. Lalu muncul pertanyaan dari peneliti yaitu faktor-faktor apa saja yang mendukung kohesi (keutuhan) keluarga pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah yaitu dengan melihat dua faktor yaitu yang pertama, interaksi antara pasangan suami istri dan interaksi ayah dengan anak dan yang kedua, pemenuhan fungsi-fungsi keluarga pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat masalah-masalah apa saja yang timbul pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini berlokasi di Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah 6 pasangan suami istri, 3 orang anak dan 1 orang yang mengerti tentang pernikahan yang sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti, guna memperoleh informasi dalam bentuk data yang sesuai dengan permasalahan penelitian.

Hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa pasangan suami istri yang tinggal terpisah dapat mempertahankan keutuhan keluarganya karena didukung adanya alat komunikasi seperti telepon, serta pertemuan dalam waktu tertentu menjadikan pertemuan yang lebih berkualitas dalam hal memberikan perhatian dan kasih sayang terhadap pasangan dan juga anak. Pemenuhan fungsi-fungsi keluarga baik fungsi pokok maupun fungsi sosial tetap dapat terpenuhi walaupun dengan media yang terbatas (seperti telepon) dan tidak secara maksimal, serta adanya bantuan dari orang lain (orangtua dan mertua) dan lembaga terkait seperti Asuransi untuk anak. Masalah yang muncul pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah cenderung agak berbeda dengan keluarga lainnya yang umumnya tinggal satu atap, walaupun masalah perselingkuhan juga dapat terjadi pada keluarga mana saja. Masalah yang terjadi karna hidup terpisah adalah antara lain : perselingkuhan, tidak menjaga ikatan suci pernikahan, rasa khawatir ketika anak jatuh sakit, tidak adanya komunikasi antara ayah dan anak, timbulnya prasangka negatif terhadap pasangan suami istri, dan keuangan rumahtangga yang tidak terkontrol. Didalam keluarga yang hidup terpisah, pasangan sumi istri selalu menanamkan sikap-sikap yang positif seperti menanamkan nilai - nilai agama yaitu selalu mengingatkan untuk rajin beribadah dan taat kepada agama agar terhindar dari perbuatan yang buruk dan dapat hidup harmonis bersama keluarga. Serta tidak terlepas dari sikap-sikap yang di tanamkan oleh masing-masing pasangan suami istri yang tinggal terpisah untuk saling menanamkan rasa saling percaya, saling menghargai, mewujudkan sistem hubungan yang harmonis dan lain-lain.


(12)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Keluarga sebagai sebuah institusi sosial sesungguhnya memainkan peranan yang besar dalam pewarisan nilai-nilai sosial dari satu individu ke individu lain. Keluarga merupakan institusi sosial pertama dan utama yang akan melahirkan satu generasi yang baru atau justru relatif sama dengan generasi sebelumnya.

Perkawinan yang sah, baik menurut agama maupun ketentuan perundang-undangan yang berlaku merupakan wadah kehidupan berkeluarga. Dari sini akan tercipta kehidupan yang harmonis, tentram, sejahtera lahir batin yang didambakan oleh setiap insan manusia. Namun dalam perjalanannya, kondisi keluarga tidak selalu seperti yang diharapkan, goncangan atau kekacauan dalam keluarga dapat saja terjadi setiap saat. Ketika goncangan atau kekacauan telah melanda keluarga, mengindikasikan bahwa ketahanan keluarga mulai dan sedang teruji. Dalam menghadapi kekacauan ini ada keluarga yang bisa bertahan dan ada juga keluarga yang menjadi berantakan (disorganisasi), perkawinan berujung pada perceraian.

Dalam dua dekade terakhir, permasalahan yang bersumber dan dihadapi keluarga secara kualitas dan kuantitas mengalami peningkatan. Hal ini bisa dilihat dari semakin banyak dan kompleksnya masalah yang timbul. Misalnya : meningkatnya masalah perceraian, perselingkuhan, perdagangan anak dan perempuan, pembuangan bayi, pembunuhan anak, ekploitasi anak-anak, anak jalanan dan sebagainya. Dalam analisa terhadap kasus-kasus tersebut, beberapa pengamat masalah sosial menyimpulkan bila


(13)

masalah-masalah yang terjadi tersebut sebagian besar pelakunya dari keluarga-keluarga yang mengalami krisis bahkan disorganisasi.(Forum Heds, 2007 : 165)

Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang, dan masyarakatnya masih banyak yang hidup dalam kemiskinan. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan salah satunya adalah minimnya lapangan pekerjaan, sehingga menyebabkan banyaknya pengangguran. Banyak orang-orang desa yang datang ke kota untuk mencari pekerjaan, tetapi sesampai di kota bukan pekerjaan yang didapat tetapi malah merasa kesulitan hidup di kota karena biaya hidup yang tinggi. Ini terjadi karena adanya kompetisi yang kuat terhadap orang-orang kota yang pada umunya adalah berpendidikan tinggi.

Kecamatan Medang Deras Kuala tanjung adalah daerah kawasan industri, masyarakat yang tinggal di daerah tersebut adalah mayoritas bekerja sebagai karyawan pabrik dan minoritas bekerja sebagai nelayan dan petani. Ada beberapa perusahan besar yang berdiri di daerah tersebut seperti, PT Inalum, PT Multi Nabati Asahan (Multimas), dan juga PT Domas Agrointi Prima, selain itu masih banyak lagi pabrik-pabrik yang berdiri disana. Dengan adanya peluang untuk terpenuhinya lapangan pekerjaan menjadikan daerah tersebut dijadikan sebagai tempat para pendatang dari desa dan kota untuk mencari nafkah dan bertahan hidup. Seperti halnya suatu kehidupan, khususnya pada masyarakat kota yang mementingkan pendidikan tinggi baik itu laki-laki maupun perempuan, banyak perempuan pada jaman sekarang bekerja membantu suami dikarenakan kondisi ekonomi yang minim sehingga menjadikan suatu tuntutan bagi istri untuk bekerja demi membantu keuangan keluarga. Selain dikarenakan minimnya ekonomi banyak perempuan pada jaman sekarang ini khususnya diwilayah perkotaan


(14)

memilih untuk bekerja karena adanya keinginan meniti karir untuk menuju kesuksesan demi masa depan anak-anak mereka untuk suatu pendidikan tinggi dan kehidupan yang layak, dengan adanya komitmen untuk sama-sama bekerja, terkadang ada suatu keputusan yang harus diambil yaitu hidup terpisah.

Satu hal yang semakin sering dirasakan oleh banyak keluarga sekarang adalah bahwa perbedaan pendapat dan kepentingan dalam keluarga sulit dicari titik temunya, sehingga pada gilirannya muncul pertanyaan tentang keberadaan dan keberlakuan fungsi-fungsi ideal keluarga. Terlebih ketika dalam realitas dapat dilihat terdapat kecenderungan baru suami-istri tinggal secara terpisah dalam waktu yang relatif cukup lama. Adapun yang menjadi alasan pasangan suami istri bertempat tinggal terpisah karena masalah pekerjaan. Suami dan istri sama-sama bekerja di daerah yang berbeda, sehingga mereka memutuskan untuk bertempat tingal terpisah demi kelangsungan hidup yang lebih memadai dan terpenuhinya kebutuhan ekonomi. Selain karena masalah pekerjaan masih banyak penyebab lainnya pasangan suami istri memilih tinggal secara terpisah, misalkan saja karena pemindahan kerja dari pihak suami dan juga permasalahan-permasalahan lainnya. Biasanya mereka yang hidup dalam suatu keluarga yang bertempat tinggal secara berjauhan akan memiliki intensitas bertemu secara langsung (face to face) secara terbatas dan berbeda di setiap keluarga yang memiliki kasus sama. Ada keluarga yang menyempatkan waktu seminggu sekali untuk berkumpul dengan keluarga dirumah, dan ada juga yang memiliki intensitas bertemu hanya sebulan sekali, tergantung jarak yang memisahkan dan juga kendala-kendala lain misalnya: faktor ekonomi.

Menurut data dari kantor Pengadilan Agama Kisaran Kabupaten Asahan yang di ambil pada tanggal 16 desember 2009 , hal ini di ambil di Kabupaten Asahan karena


(15)

Kabupaten Batu Bara yang baru pemekaran menjadikan belum adanya kantor Pengadilan Agama secara resmi di Kabupaten Batu Bara. Dari data yang tertulis bahwa data perceraian di Kabupaten Asahan maupun Kabupaten Batu Bara mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir. Pada tahun 2006 tercatat sebanyak 321 kasus perceraian , di tahun 2007 tercatat 389 kasus dan di tahun 2008 sebanyak 478 kasus. Di tahun 2008 kasus terbanyak dikarenakan adanya kehadiran orang ketiga yaitu sebanyak 147 kasus, karena factor ekonomi sebanyak 84 kasus, poligami 5 kasus, ketidakharmonisan dalam rumah tangga 107 kasus, dan tidak adanya tanggung jawab sebanyak 135 kasus.

Menurut data yang ada diatas, dapat diketahui bahwa pranata keluarga saat ini cenderung lemah dan sulit untuk dapat mempertahanka keluarga, ditambah lagi karena kehadiran orang ketiga menjadi pemicu terbanyak terjadinya kasus perceraian. Hal ini dapat dijadikan suatu peringatan bagi setiap keluarga untuk selalu waspada akan adanya kehadiran orang ketiga karena perceraian itu adalah ibaratkan momok yang menakutkan yang dapat mengahancurkan kehidupan seseorang, betapa tidak bila seseorang harus kehilangan orang-orang yang di sayangi dan itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dihadapi.

Adapun yang menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya perceraian, berdasarkan hasil penelitian Nunung Rodliyah, diidentifikasi ada 5 kategori faktor penyebab, antara lain :

1. Faktor moral yang meliputi poligami tak sehat, krisis akhlak, dan cemburu

2. Faktor meningggalkan kewajiban meliputi factor ekonomi dan factor tidak ada tanggung jawab


(16)

4. Faktor cacat biologis.

5. Faktor terus menerus berselisih, meliputi karena adanya gangguan pihak ketiga dan karena tidak ada keharmonisan (Forum Heds, 2007 : 167)

Dalam masyarakat industri, kecenderungan pasangan suami-istri yang sama-sama bekerja dan bertempat tinggal terpisah dalam waktu tertentu adalah sebuah trend yang sudah umum dan tidak menjadi masalah bahkan berdampak positif bagi kemandirian anak karena didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai seperti alat telekomunikasi dan transportasi. Sebaliknya, menjadi hal yang patut dipertanyakan ketika trend itu melanda masyarakat yang masih dalam taraf peralihan, dimana kondisi sarana

dan prasarana komunikasi dan transportasi relatif terbatas dan dengan biaya yang tak seimbang dengan tingkat penghasilan. Kondisi demikian kemungkinan besar akan memberikan implikasi-implikasi tertentu yang berkaitan dengan bagaimana mereka memenuhi fungsi-fungsi keluarga demi mempertahankan keutuhan keluarga.

Meskipun demikian, dalam masyarakat kita terdapat fakta yang menunjukan sebagian keluarga dengan pasangan suami-istri yang bertempat tinggal secara terpisah dalam waktu tertentu mereka bisa mempertahankan keluarga dan tidak menimbulkan atau mengalami penyimpangan-penyimpangan (krisis dan disorganisasi). Hal ini bisa terjadi karena diduga mereka memiliki konsep dan orientasi yang kuat tentang keluarga, dan memiliki strategi tersendiri untuk dapat mempertahankan keutuhan keluarga.

Seperti kasus pada keluarga karyawan Domas Argointi Prima dimana suami hidup terpisah dengan keluarga (istri dan anak) terdapat fakta bahwa mereka dapat mempertahankan keluarga meskipun dengan kondisi terpisah. Hal ini dapat diwujudkan karena tiap keluarga yang terpisah memiliki konsep dalam mempertahankan keutuhan


(17)

keluarga mereka. Hal ini dapat dilihat pada faktor yang mendukung pada keutuhan keluarga tersebut yaitu dengan adanya interaksi dan komunikasi yang baik dan pemenuhan fungsi-fungsi keluarga yang dilakukan secara berhati-hati dan terperinci karena tidak dipungkiri bahwa keluarga yang hidup terpisah cenderung rentan terhadap terjadinya ketidakharmonisan dalam rumahtangga hingga dapat terjadinya perceraian.

Dalam penelitian ini ada beberapa alasan yang membuat peneliti merasa tertarik untuk mengangkat faktor-faktor yang mendukung kohesi keluarga pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah, yaitu dengan melihat interaksi antar pasangan maupun interaksi antara ayah (sebagai pihak terpisah) kepada anak dan bagaimana pasangan ini dapat memenuhi fungsi-fungsi keluarga dalam kondisi hidup terpisah. Sesuatu yang menarik dalam penelitian ini adalah suatu kehidupan dan pemandangan keluarga yang berbeda dari keluarga pada umumnya yaitu hidup terpisah, belum lagi dengan berbagai masalah yang dihadapi, seperti masalah cemburu dari pihak istri yang hidup jauh dari suami, perselingkuhan, tidak adanya interaksi dan komunikasi yang baik terhadap anak, hingga tidak adanya komitment untuk menjaga ikatan suci pernikahan dengan memberikan izin kepada masing-masing pasangan untuk melakukan perselingkuhan dengan dalih pasangan tidak mengetahui. Hal ini yang membuat peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian, agar peneliti dapat mengetahui bagaimana pasangan suami istri yang tinggal terpisah dalam menghadapi berbagai masalah dan mempertahankan keutuhan keluarga.

Dengan demikian, penting untuk dilakukan penelitian pada keluarga-keluarga yang mempunyai kasus demikian. Pengetahuan yang dihasilkan dari penelitian ini tidak hanya bermanfaat untuk melihat prediksi kedepan tentang ketahanan dan peran keluarga,


(18)

namun juga sekaligus memberikan kontribusi dalam mencari alternatif jalan keluar atas permasalahan-permasalahan masyarakat yang diasumsikan bersumber dan berada dalam keluarga.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang mendukung kohesi keluarga pada pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah?

2. Masalah-masalah apa saja yang timbul pada pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung kohesi keluarga pada pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah.

2. Untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang timbul pada pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah.

1.4 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitan ini diharapkan dapat menjadi wawasan ilmiah yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mendukung kohesi keluarga pada pasangan suami istri yang


(19)

bertempat tinggal terpisah. Yaitu melihat keutuhan hubungan pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah dengan melihat hubungan (interaksi) didalam keluarga pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah dan lebih memfokuskan pada pemenuhan fungsi-fungsi keluarga.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti berupa fakta-fakta temuan dilapangan dalam meningkatkan daya, ktitis, dan analsis peneliti sehingga memperoleh pengetahuan tambahan dari penelitian tersebut. Dan khususnya penelitian ini dapat menjadi refrensi penunjang yang diharapkan dapat berguna bagi peneliti berikutnya.

1.5 Definisi Konsep

Dalam penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman konsep yang dipakai dalam penelitian ini, maka diberikan batasan-batasan makna dan arti tentang konsep yang dipakai, yaitu :

1. Kohesi

Kohesi dalam penelitian ini adalah keutuhan keluarga pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah dengan melihat hubungan (interaksi) didalam keluarga pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah dan pemenuhan fungsi-fungsi keluarga.


(20)

2. Pasangan Suami Istri

Pasangan suami istri adalah seorang laki-laki dan perempuan yang telah sah menikah menurut hukum dan agama. Pasangan suami istri dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang tinggal terpisah minimal satu tahun dan bertemu dalam waktu tertentu.

3. Keluarga

Keluarga adalah lembaga terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak dan di ikat oleh perkawinan yang sah oleh negara atau lembaga norma (adat) serta ada hubungan darah atau adopsi. Keluarga dalam penelitian ini adalah suami yang bekerja di perusahaan PT. Argointi Prima yang hidup secara terpisah dengan istri dan anaknya.

4. Keutuhan keluarga

Keutuhan keluarga dalam penelitian ini adalah keluarga yang harmonis, interkasi yang terjalin juga baik (harmonis) dan keluarga yang mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dan dapat memenuhi fungsi-fungsi keluarga baik itu fungsi pokok yaitu fungsi biologis, fungsi sosialisasi dan fungsi afeksi dan juga fungsi sosial lainnya seperti fungsi ekonomi, fungsi perlindungan dan pemeliharaan anak, fungsi pendidikan dan religi, serta fungsi rekreasi sehingga dapat terjalin hubungan yang harmonis antar pasangan suami istri walaupun dengan kondisi terpisah.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Interaksi sosial

Manusia telah mempunyai naluri untuk melakukan interaksi dengan sesamanya semenjak dia dilahirkan didunia. Interaksi sesama manusia merupakan suatu kebutuhan, oleh karena itu dengan pemenuhan kebutuhan tersebut ia akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya. Tanpa interaksi dengan manusia lain tidak akan dapat bertahan hidup. Adapaun ciri-ciri dari interaksi sosial adalah sebagai berikut :

a. Jumlah pelakunya lebih dari seorang, biasanya dua atau lebih.

b. Adanya komunikasi antar para pelaku dengan menggunakan simbol-simbol. c. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kini, dan yang akan

datang, yang menetukan sifat dan aksi yang sedang berlangsung. d. Adanya suatu tujuan tertentu.

Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan aksi individu atau kelompok dalam bentuk isyarat yang memiliki makna bagi si pelaku, dan si penerima membalas aksi dan reaksi. Kontak sosial terbagi atas dua yaitu kontak primer yang berarti kontak langsung (bertemu) dan kontak sekunder yang berarti melalui perantara (melalui orang maupun alat komunikasi). Sedangkan komunikasidi dalam interkasi soaial ada dua yaitu komunikasi yang bersifat ngatif dan komunikasi yang bersifat negatif.

Menurut Gilin dalam (Soekanto, 2002:68), terdapat dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yakni proses assosiatif (process of


(22)

association) dan proses dissasosiatif (Process of dissociation). Proses assosiatif melingkupi kerja sama dan akomodasi yang semuanya itu merupakan bentuk usaha bagi indivdu atau kelompok dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses dissasoiatif melingkupi persaingan, kontrapensi, dan pertentangan atau konflik dimana kesemuanya itu merupakan suatu proses bagi individu atau kelompok dalam memenuhi tujuan hidupnya.

Pola interaksi dalam keluarga umumnya bersifat intim, artinya bahwa hubungan suami istri, hubungan suami, istri dan anak-anakya memungkinkan mereka akrab satu sama lain. Karena lingkungan yang pertama sekali dikenal dan dekat adalah keluarga. Interaksi anggota keluarga yang baik, juga tercermin dari kebersamaan dalam melakukan kegiatan-kegiatan pekerjaan rumah tangga, hobi, rekreasi, dan sebagainya. Karena seringnya melakukan segala kegiatan bersama-sama dapat meningkatkan keakraban antara anggota keluarga dan tidak merasa asing yang satu dengan yang lainnya. Kondisi ini tercipta apabila keluarga dapat berkumpul dalam satu atap, tetapi bagaimana dengan seorang ayah yang hidup terpisah dari istri dan anaknya, sudah tentu tidak dapat selalu melakukan kegiatan bersama-bersama seperti halnya keluarga pada umumnya. Pertemuan dan berkumpul dirumah memiliki arti penting bagi mereka yang hidup terpisah. Sehingga interaksi dan komunikasi yang baik sangat diharapkan agar suasana kehidupan keluarga bahagia dapat terwujud.


(23)

2.2 Komunikasi

Komunikasi merupakan proses saling memberikan tafsiran kepada/dari prilaku pihak lain dan melalui tafsiran itu seseorang lalu mewujudkan prilaku sebagai raksi terhadap maksud/pesan yang ingin disampaikan oleh pihak lain. Komunikasi dapat diwujudkan dengan pembicaraan, gerak-gerik fisik ataupun perasaan. Selanjutnya, dari sini timbul sikap atau ungkapan perasaan, seperti senang, ragu-ragu, takut atau menolak, bersahabat dan sebagainya yang merupakan reaksi atau pesan yang diterima. Saat terjadi aksi dan reaksi itulah terjadi komunikasi. Komunikasi dapat dibedakan atas :

1. Komunikasi bersifat positif, bila masing-masing pihak saling meamahami maksud dan tujuan pihak lain.

2. Komunikasi bersifat negatif, jika kedua belah pihak tidak saling memahami maksud dan tujuan.

Dalam kehidupan bersama setiap individu dengan individu lainnya harus mengadakan komunikasi yang merupakan alat utama bagi sesama individu untuk saling kenal dan bekerja sama. Komunikasi terbagi dua macam yaitu secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung-face to face (tatap muka), secara tidak langsung (melalui perantara atau alat komunikasi lain).

Dalam kehidupannya manusia tidak dapat berdiri sendiri, oleh sebab itu manusia dikategorikan sebagai mahluk sosial yang perlu mengadakan komunikasi dengan manusia lainnya, ataupun menyatakan pendapat, perasaan, kemauan dan keinginan agar orang lain dapat memahami keinginan kita begitu pula kita dapat memahami keinginan orang lain. Dengan kodratnya demikian secara tidak langsung manusia akan membuat suatu komunitas yang lebih besar yang disebut masyarakat yang terdiri dari beberapa keluarga.


(24)

Keluarga merupakan sistem sosial terkecil yang ada didalam masyarakat. Hal ini terjadi, sebab di dalam keluarga terjalin hubungan yang kontiniu dan penuh kekaraban, sehingga jika diantara anggota keluarga itu mengalami peristiwa tertentu maka, anggota keluarga yang lain biasanya ikut merasakan peristiwa itu.

Pria dan wanita yang mempunyai pribadi berbeda bila telah bersepakat menyatukan diri dalam perkawinan, maka sebaiknya mereka perlu terus berusaha untuk membangun suatu keluarga yang didambakan oleh kedua pihak. Dalam usaha untuk menjadi keluarga yang didambakan, maka mereka terus-menerus berusaha untuk saling melakukan penyesuaian diri, saling berkorban, saling mengerti, dan hal tersebut harus dihayati oleh suami dan istri secara baik.

Sehubungan dengan penjelasan diatas, maka peran komunikasi antara suami dan istri dalam keluarga adalah sangat penting. Mengapa peran komunikasi sangat penting? Karena komunikasi dapat berperan di antaranya: sebagai pencair kebekuan hubungan interaksi antara suami dan istri, meluruskan kesalahpahaman kedua pihak yang bertengkar karena perbedaan agama atau iman, mencegah timbulnya ketidakpuasan di antara keduanya, dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan masing- masing pasangan secara lebih terbuka. Komunikasi dalam keluarga senantiasa perlu terus dibina dan ditingkatkan khususnya pada pasangan suami istri yang tingal terpisah yang mana komunikasi secara face to face cenderung terbatas, sehingga komunikasi melalui media lain seperti telepon, 3G, internet, email, facebook dan lain-lain yang dianggap memiliki peranan yang sukup besar dan penting dalam menjaga komunikasi antar anggota keluarga yang tidak tinggal bersama atau tinggal secara terpisah.


(25)

2.3 Strategi Bertahan Keluarga yang Hidup Terpisah dalam Mempertahankan Keutuhan Rumah Tangga

Keluarga merupakan organisasi terkecil didalam masyarakat yang didalamnya memilki keterikatan tehadap nilai, norma, moral dan ha-hal lainnya yang berkaitan dengan pemenuhan fungsi-fungsi keluarga dalam mencapai suatu tujuan dalam keluarga yaitu menjadi keluarga yang harmonis dan bahagia. Didalam menjalin hubungan, pasangan suami istri melakukan berbagai tindakan dalam mencapai tujuan tersebut.

Menurut Weber tindakan sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti sebjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. (Ritzer, 2002 : 38). Berdasarkan teori Weber tersebut bahwa tindakan-tindakan pasangan suami istri secara langsung juga akan mempengaruhi tindakan-tindakan dari anak-anak didalam keluarga, dimana setiap anak juga akan turut andil dalam mempertahankan keharmonisan keluarga mereka.

Tindakan sosial yang dimaksudkan Weber dapat berupa tindakan yang nyata diarahkan kepada orang lain. Juga dapat berupa tindakan yang bersifat “membatin” atau bersifat subjektif yang mngkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu. Atau nerupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa. Atau beberapa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu.

Bertolak dari konsep dasar tentang tindakan sosial dan antar hubungan sosial itu Weber mengemukakan lima cirri pokok yang menjadi sasaran penting yaitu :


(26)

1. Tindakan manusia, yang menurut si aktor mengandung makna yang subjektif. Ini meliputi berbagai tindakan nyata.

2. Tindakan nyata dan yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subjektif. 3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja

diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam. 4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.

5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu.

Ada dasar rasional tindakan sosial, Weber membedakannya kedalam empat tipe Jenis Ideal (ideal type) dari perilaku . Semakin rasional tindakan sosial itu semakin mudah untuk dipahami.

1. Zwerk Rational (rasionalitas-tujuan)

Yakni tindakan sosial murni. Dalam tindakan ini aktor tidak hanya sekedar menilai cara yang baik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. Ketika seseorang mengarahkan pada satu nilai kebenaran hakiki cenderung sangat sedikit dipengaruhi oleh adanya konskuensi tindakan yang mungkin muncul.

2. Werkrational Action (rasionalitas-tujuan)

Dalam tindakan tipe ini aktor tidak dapat menilai atau mempertimbangkan apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk mencapai tujuan yang lain. Ini menunjukan pada tujuan itu sendiri. Dalam tindakan ini antara tujuan dan cara-cara mencapainya cenderung menjadi sukar


(27)

untuk dibedakan. Namun tindakan ini rasional, karena pilihan terhadap cara-cara kiranya sudah menetukan tujuan yang diinginkan.

3. Affectual Action (emosional-rasionalitas)

Tindakan yang dibuat-buat yang didominasi oleh perasaan dan emosi yaitu dipengaruhi kepura-puraan si actor. Tindakan ini sukar dipahami. Kurang atau tidak rasional.

4. Traditional Action (adaptasi, kebiasaan bawah sadar)

Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu dimasa lalu. (Ritzer, 2002:40-41).

Talcot Parson menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut :

1. Adanya individu sebagai aktor.

2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan tertentu.

3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannya. 4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi/situasional yang dapat membatasi

tindakannya dalam mencapai tujuannya.

5. Aktor berada dibawah kendali nilai-nilai, norma-norma dan ide abstrak yang mempengaruhi dalam memilih dan menentukan tujuan. (Ritzer, 2002 : 48)

Talcot Parson juga mengatakan bahwa masyarakat adalah organisme yang hidup, agar dapat mencapai tujuan maka perlu empat persyaratan fungsional yaitu :


(28)

1. A- Adaptation (Adaptasi)

- Bahwa semua sistem sosial berawal dari hubungan dua orang sampai dengan sistem sosial yang lebih besar dan rumit.

- Harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang dihadapinya baik itu lingkungan fisik dan sosial.

- Harus terdapat suatu penyesuaian dari sistem itu terhadap tuntutan kenyataan yang keras dan mungkin dapat diubah dari lingkungan.

- Juga dapat dilakukan proses transformasi aktif dari situasi itu, yakni menggunakan keadaan lingkungannya sebagai alat untuk mencapai tujuan. 2. G- Goal attainment (Pencapaian tujuan)

Tindakan diarahkan bukan untuk mencapai tujuan pribadi individu, melainkan tujuan bersama para anggota sistem sosial.

3. I- Integration

Agar suatu sistem sosial dapat berfungsi secara efektif maka diperlukan adanya tindakan solidaritas diantara individu-individu terlibat. Masalah integrasi merujuk pada kebutuhan untuk menjamin ikatan emosional yang mampu menghasilkan solidaritas dan kerelaan untuk bekerja sama dapat dikembangkan dan dipertahankan.

4. L – Latent Patent Maintanence (pemeliharaan pola-pola yang laten)

Suatu sistem sosial diharapkan mampu mengatasi kemungkinan bahwa suatu saat para anggotanya akan merasa letih dan jenuh sehinga mengarah pada terhentinya interaksi ini dapat dikatakan wajar, tetapi harus diperhatikan agar komitment


(29)

terhadap kelompok tetap utuh sehingga interaksi sistem dapat dilanjutkan bila dirasa perlu. (Ritzer, 2004 : 121).

2.3 Fungsi Keluarga

Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi pokok yakni fungsi yang sulit dirubah dan digantikan oleh orang lain. Sedangkan fungsi-fungsi lain atau fungsi sosial, relatif lebih mudah berubah atau mengalami perubahan. Fungsi pokok keluarga :

2.3.1 Fungsi Biologis

Menurut Paul dalam (William, 1988 : 13)

Suami hendaknya mengisi tugas pernikahannya kepada istrinya dan juga istri terhadap suami. Jasmani istri bukan miliknya sendiri tapi juga milik suaminya. Dengan cara yang sama jasmani suami bukan hanya miliknya sendiri tapi juga dimiliki oleh istrinya.

Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologis orangtua adalah melahirkan anak. Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat. Namun fungsi ini juga mengalami perubahan, karena keluarga sekarang cenderung kepada jumlah anak yang sedikit. Kecenderungan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor :

a) Perubahan tempat tinggal keluarga dari desa ke kota. b) Makin sulitnya fasilitas perumahan.

c) Banyaknya anak dipandang sebagai hambatan untuk mencapai sukses material keluarga.

d) Meningkatnya taraf pendidikan wanita berakibat berkurangnya fertilitasnya. e) Berubahnya dorongan dari agama agar keluarga mempunyai banyak anak. f) Makin banyaknya ibu-ibu yang bekerja diluar rumah.


(30)

2.3.2 Fungsi Afeksi

Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi. Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan. Dari hubungan cinta kasih inilah lahirlah hubungan persaudaraan, persahabatan, kebiasaan, identifikasi, persamaan pandangan mengenai nilai-nilai. Dasar cinta kasih dan hubungan afeksi ini merupakan factor penting bagi perkembangan pribadi anak. Dalam masyarakat yang makin interpersonal, pribadi sangat membutuhkan hubungan afeksi seperti yang terdapat dalam keluarga. Suasana afeksi itu tidak terdapat dalam institusi sosial yang lain.

2.3.3 Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi ini menunjuk peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya.

Sementara itu, fungsi-fungsi sosial relatif lebih mudah berubah atau mengalami perubahan, antara lain, fungsi ekonomi, fungsi perlindungan dan pemeliharaan anak, fungsi pendidikan dan agama, serta fungsi rekreasi. (Khaeruddin, 2002: 53-54).

Dengan klasifikasi yang agak berbeda, Horton and Hunt (1991:274) mengidentifikasi beberapa fungsi keluarga antara lain: fungsi pengaturan seks, reproduksi, sosialisasi, afeksi, definisi status, perlindungan dan ekonomi. Penjelasan dari fungsi-fungsi tersebut adalah :


(31)

2.3.4 Fungsi Ekonomi

Seiring dengan perubahan waktu dan pertumbuhan perusahaan mesin-mesin canggih, peran keluarga yang dulu sebagai lembaga ekonomi secara perlahan-lahan hilang. Bahkan keluarga yang ada pada mulanya disatukan dengan pekerjaan bertani, sekarang tidak lagi merupakan suatu unit yang mampu memenuhi kebutuhan sendiri dalam rumah tangganya. Kebutuhan keluarga sudah tersedia di toko-toko, pasar, dan pabrik. Kebutuhan keluarga sudah tidak lagi disatukan oleh tugas bersama, karena anggota keluarga sudah bekerja secara terpisah. Oleh karena itu, fungsi ekonomi keluarga dalam pengertian produksi kebutuhan sehari-hari perlahan-lahan telah hilang. Kini, keluarga merupakan suatu kesatuan konsumsi ekonomis yang dipersatukan oleh persahabatan.

2.3.5 Fungsi Perlindungan (protektif)

Keluarga merupakan tempat yang nyaman bagi para anggotanya. Fungsi ini bertujuan untuk agar para anggota keluarga dapat terhindar dari hal-hal yang negatif.

Dalam setiap masyarakat, keluarga memberikan perlindungan fisik, ekonomis, dan psikologi bagi seluruh anggotanya. Sebagian masyarakat memandang bahwa serangan terhadap salah seorang anggota keluarganya berarti serangan bagi seluruh keluarga, dan semua anggota keluarga wajib membela atau membalaskan penghinaan itu.

2.3.6 Fungsi Pendidikan

Keluarga merupakan guru pertama dalam mendidik manusia. Hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan seorang anak mulai dari bayi, belajar jalan-jalan, hingga mampu berjalan. Semuanya diajari oleh keluarga.


(32)

Tanggung jawab keluarga untuk mendidik anak-anaknya sebagian besar atau bahkan mungkin seluruhnya telah diambil oleh lembaga pendidikan formal maupun lembaga pendidikan nonformal. Oleh karena itu, muncul fungsi laten pendidikan dalam masyarakat, yaitu melemahnya pengawasan dari orang tua. Otoritas orang tua terhadap anak dikurangi oleh sekolah. Bahkan, tidak jarang seorang anak menemukan nilai baru yang sangat bertentangan dengan nilai orang tuanya.

2.3.7 Fungsi Agama

Fungsi agama dalam keluarga merupakan salah satu indikator keluarga sejahtera. Dalam UU Nomor 10 tahun 1922 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera dan PP No. 21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera disebutkan bahwa agama berperan penting dalam mewujudkan keluarga sejahtera. Dalam ketentuan umum kedua peraturan perundang-undangan itu dinyatakan bahwa “keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi dan seimbang antara anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

2.3.8 Fungsi Rekreasi

Fungsi ini bertujuan untuk memberikan suasana yang segar dan gembira dalam lingkungan. Fungsi rekreasi dijalankan untuk mencari hiburan. Dewasa ini, tempat-tempat hiburan banyak berkembang di luar rumah, karena berbagai fasilitas dan aktivitas


(33)

Sebuah institusi keluarga dapat mempertahankan keutuhan keluarganya, apabila fungsi-fungsi keluarga dapat terpenuhi dan bejalan dengan baik. Baik itu fungsi pokok yaitu fungsi biologis, fungsi afeksi, fungsi sosialisasi maupun fungsi sosial yaitu fungsi ekonomi, fungsi perlindungan dan pemeliharaan anak, fungsi pendidikan dan agama, serta fungsi rekreasi. Apabila fungsi-fungsi keluarga tersebut tidak terpenuhi atau tidak berjalan dengan baik, maka memungkinkan terjadi kegoncangan dalam keluarga. Sehingga fungsi keluarga merupakan tonggak dari ketahanan suatu keluarga. Di dalam suatu keluarga terutama suami dan istri sebagai orang tua tidak selamanya mampu menjalankan peran fungsi keluarga. Hal ini disebabkan karena adanya pemicu konflik yang mempengaruhi keharmonisan rumah keluarga tersebut antara lain :

a. Tidak adanya tanggung jawab suami, dalam hal kebutuhan ekonomi.

b. Adanya perselingkuhan baik yang dilakukan oleh pihak suami maupun istri. c. Berbeda prinsip dalam mengarungi bahtera rumah tangga seperti masalah anak,

masalah pekerjaan dan lain-lain.

d. Biologis adalah keadaan suami atau istri yang tidak mempunyai kemampuan jasmani untuk membina perkawinan yang bahagia, seperti sakit, impoten atau mandul.

e. Suami ingin menikah lagi dengan orang lain, yang lebih dikenal dengan istilah poligami/dimadu. (Harmoni Sosial. 2007: 61)

Dengan sebab-sebab diatas, dalam suatu keluarga memungkinkan terjadi konflik yang akhirnya akan menyebabkan adanya ketidaksepahaman, perselisihan, silang pendapat diantara keduanya dan juga akan berpengaruh kepada anggota keluarga lainnya sehingga menyebabkan kegoncangan dan ketidakharmonisan didalam keluarga.


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat studi kasus.. Penelitian kualitatif ialah penelitian yang menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku, sehingga dapat diamati dan di analisis. Berkenaan dengan penelitian ini akan menjelaskan dan menggambarkan sesuai dengan data yang didapatkan dilokasi penelitian.

Studi kasus (Case Study) merupakan suatu penelitian yang penelaahannya kepada suatu kasus dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail, dan konfeherensif. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus ataupun status dari individu yang kemudian dari sifat-sifat kasus diatas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. (Sanapiah Faisal, 2007: 22)

3.2 Lokasi penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah yang mana suami bekerja di PT. Domas Agrointi Prima di desa Lalang kecamatan Medang Deras, Kab. Batu Bara. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah selain dekat dengan tempat tinggal si peneliti, peneliti juga melihat lokasi adalah kawasan industri yang banyak ditemui kasus pasangan suami istri tinggal secara terpisah. Sehingga peneliti tertarik untuk melihat apa faktor-faktor yang mendukung kohesi keluarga pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah., yaitu terkait dengan melihat seberapa erat


(35)

hubungan pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah dalam mempertahankan keutuhan keluarga dengan melihat interaksi pasangan suami istri yang tinggal terpisah dan lebih memfokuskan pada pemenuhan fungsi-fungsi keluarga dan tidak terlepas didalamnya mengungkap permasalahan yang dihadapai sampai kepada faktor-faktor yang mendukung pada ketahanan keluarga.

3.3 Unit Analisis dan Informan

Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah:

a. Informan kunci

Informan kunci dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang bertempat tingga l terpisah. Penelitian ini memfokuskan pada kasus pasangan suami istri khususnya pada suami yang bekerja di perusahaan PT. Domas Agrointi Prima. Selain suami, istri juga dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan bahwa suami dan istri adalah inti dari penelitian ini. Adapun kriteria untuk dapat menjadi informan kunci adalah sebagai berikut :

• Telah tinggal terpisah minimal satu tahun • Memiliki anak

• Bertemu dalam waktu tertentu. Misalkan : seminggu sekali atau sebulan sekali

b. Informan biasa

Informan biasa dalam penelitian ini adalah orang-orang terdekat pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah seperti anak, dan anak pun memilki kasisifikasi


(36)

tertentu yaitu berusia di atas 10 tahun. Tidak menutup kemungkinan akan ada informan baru yaitu orang-orang yang mengerti dan memahami tentang pernikahan dan permasalahan didalamnya yang terkait dalam instansi tertentu, yaitu orang yang bekerja di KUA (kantor urusan agama). Karena hal ini dianggap dapat membantu melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian ini.

3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sember data di lokasi penelitian atau objek penelitian. Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data primer ini adalah dengan cara :

Observasi Langsung

Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuaru objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan penglihatan, pendengaran, peraba, dan pengecap. Apa yang dikatakan ini adalah pengamatan langsung (Arikunto, 2002 : 133). Observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung pada objek yang diobservasi, dalam arti bahwa pengamatan tidak menggunakan “media-media transparan” (Bungin, 2001 :143). Yang dimaksud dalam hal ini bahwa peneliti secara langsung melihat atau mengamati hubungan (interaksi) keluarga yang tinggal terpisah khususnya suami yang bekerja sebagai staff di PT Domas argointi Prima yang terpisah dengan istri dan anaknya.


(37)

yakni interaksi antara suami dan istri, dan suami dengan anak. Interaksi yang terjadi dapat di amati secara langsung (ketika keluarga lagi berkumpul) ataupun secara tidak langsung misalkan melalui media telepon.

Wawancara mendalam (depht interview)

Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau koesioner lisan, adalah

sebuah dialog yang dlakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 2002 : 132). Wawancara mendalan (depht interview) yaitu dengan menggunakan daftar pertanyaan (interview guide) kepada informan yang telah ditentukan. Wawancara dilakukan dengan proses tanya jawab secara langsung dengan informan mengenai pemenuhan fungsi-fungsi keluarga dalam konteks mempertahankan keutuhan keluarga demi menuju keluarga yang harmonis.

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Data sekunder ini dperoleh dari studi kepustakaan dengan membaca referensi-referensi penelitian terdahulu, buku-buku, jurnal, majalah surat kabar, internet, maupun media cetak dan media elektronik lainnya yang relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Interpretasi Data

Setiap informasi yang didapat, direkam dalam catatan lapangan, baik itu data utama hasil wawancara maupun dari data penunjang lainnya. Setelah seluruh data terkumpul, maka dilakukan analisa data. Seluruh data tersebut akan dikelompokan sesuai


(38)

dengan permasalahan yang telah ditetapkan, lalu data dipisahkan secara kategorial dan dicari hubungan yang muncul dari data, yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu analisis yang baik yang dapat mengungkapkan permasalahan dari penelitian yang dilakukan. Sedangkan hasil observasi akan diuraikan untuk memperkaya hasil wawancara sekaligus melengkapi data. Berdasarkan data yang diperoleh untuk diinterpretasikan untuk menggambarkan dengan jelas keadaan yang ada.

3.6 Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan

Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi X

2 Acc Judul X

3 Penyusunan Proposal X

4 Seminar Proposal X

5 Revisi Proposal X

6 Penyerahan Hasil Seminar X

7 Operasional Penelitian X

8 Bimbingan X X

9 Penulisan Laporan Akhir X

10 Sidang X

3.7 Keterbatasan Penelitian

Kemampuan akan menggunakan istrument penelitian wawancara mendalam yang terbatas adalah salah satu faktor keterbatasan penelitian ini. Kurangnya pengalaman didalam penggunaan teknik tersebut memberikan sebuah limitasi yang nantinya didalam


(39)

penulisan skripsi ini memiliki berbagai kekurangan serta memberikan sebuah keraguan data dari kesempurnaan data yang diharapkan. Terlepas dari kemampuan personal, kesempurnaan data adalah harapan yang sangat diidamkan oleh para peneliti. Melalui kavalidan sebuah data baik dalam bentuk penelitian maupun bentuk lainnya akan memberikan relevansi positif didalam penulisan laporannya, sehingga data yang akurat tersebut akan memberikan kesimpulan yang akurat pula.

Didalam penelitian ini tentunya keraguan akan data yang didapatkan dari lapangan tidak menutup kemungkinan, adapun hal-hal yang menciptakan kondisi yang sedemikian adalah sebagai berikut :

1. Adanya keterbatasan waktu dan jarak yang ditempuh cukup jauh ketika harus mewawancarai pasangan suami istri yang tinggal terpisah. Hal ini dikarenakan suami istri yang tinggal secara berbeda antara suami dan istri sehingga peneliti melakukan penelitian dengan masing-masing informan yaitu suami dan istri. 2. Faktor kedekatan personal dengan informan sangat berjarak, jadi timbul trust atau

kepercayaan yang setengah-setengah terhadap peneliti, hal tersebut dapat ditangkap melalui interpretasi dari beberapa informan yang tertera pada Profil Informan, dimana sikap dan cara mereka yang masih mengatur jarak serta isi bahasa yang terkesan masih berhati-hati. Hal ini terkait dengan kondisi kehidupan rumah tangga yang dianggap privasi dan sulit untuk diungkapkan kepada orang lain termasuk peneliti.


(40)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat

Desa Lalang adalah desa yang terletak di kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batu Bara. Kecamatan dahulu desa ini bernama kampung Modang. Modang adalah pokok kayu yang sangat tinggi dan menuru warga, pokok kayu tersebut berada dibelakang Balai desa lama di daerah dusun Bambu. Dinamakan desa modang alasannya karena dekat pekan Rabu dan disana ada pohon kayu yang sangat besar dan tinggi, dari jauh kita pun kita dapat melihatnya. Di desa Modang pada zaman penjajah Belanda pada tahun 1927 di sana pada masa itu hanya ada beberapa orang saja yang tinggal di daerah tersebut. Jalan yang ada di Desa Lalang itu dahulunya adalah jalan tikus yang lebarnya hanya 40 cm saja dan ditumbuhi oleh rumput ekor kuda dan ilalang. Disebut Desa Lalang karena pada zaman dahulu daerah tersebut dipenuhi oleh tumbuhan ilalang.

Dahulunya desa ini berada di Kabupaten Asahan, tetapi setelah mengalami pemekaran, desa ini berganti menjadi Kabupaten Batu Bara. Letak desa ini sangat dekat dengan laiut, sehingga sebagian dari masyarakatnya bekerja sebagai nelayan, petani dan juga karyawan pabrik.. masyarakat yang berdomisili diwilayah di desa Lalang memiliki keragaman etnis dan latar belakang yang berbeda. Etnis Melayu adalah etnis mayoritas di wilayah desa Lalang Kecamatan Medang Deras. Wilayah ini dapat dikatakan sebagai daerah keturunan, karena etnis lain misalnya aceh, jawa, nias yang mewarnai pemukiman penduduk daerah tersebut adalah msyarakat pendatang.


(41)

4.1.2 Batas Wilayah Dan Luas Wilayah

Desa Lalang berbatasan langsung dengan empat daerah. Adapun daerah-daerah yang berbatasan dengan desa Lalang adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara Pantai/Laut 2. Sebelah Selatan Desa Pakam 3. Sebelah Barat Desa Medang 4. Sebelah Timur Kuala Tanjung

Desa Lalang memiliki luas wilayah sekitar 697 Ha. Berikut uraian luas keseluruhan dari desa Lalang yang dapat dilihat pada tabel :

Tabel 4.1

Luas Wilayah Desa Lalang

No Areal Luas

1 Lahan Pertanian 195 Ha

2 Lahan Perkebunan 155 Ha

3 Pemukiman Penduduk 136 Ha

4 Pemakaman Umum 3 Ha

5 Bangunan Umum 7 Ha

6 Jalan 53 Ha

7 Lain-lain 148 Ha

Total Luas 697 Ha


(42)

4.1.3 Komposisi Penduduk

4.1.3.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tabel 4.2

Jumlah Penduduk di Desa Lalang Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-Laki 3.317 59%

2 Perempuan 2.238 41%

Total 5.555 100%

Sumber : Catatan Kepala Desa Lalang 2009

4.1.3.2 Jumlah Penduduk Menurut Agama

Di desa Lalang mayoritas masyarakatnya beragama islam, hal ini dikarenakan masyarakat asli Desa Lalang mayoritas etnisnya adalah melayu pesisir. Dan dikarenakan daerah tersebut adalah kawasan industri menjadikan Desa Lalang menjadi daerah yamg dimasuki oleh pendatang dari berbagai etnis maupun agama yang berbeda.

Tabel 4.3

Latar Belakang Agama Masyarakat Desa Lalang

No Agama Jumlah Persentase

1 Islam 5.067 96%

2 Kristen 60 1,3%

3 Hindu 53 1,2%

4 Budha 72 1,5%

Total 5.252 100%


(43)

4.1.3.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Bicara mengenai mata pencaharian masyarakat desa Lalang tentu tidak terlepas dari keragaman, namun sebagaian besar masyarakat yang ada didaerah tersebut bergelut disektor industri yaitu bekerja sebagai karyawan pabrik, selain itu banyak juga masyarakatnya bekerja sebagai nelayan dikarenakan Desa dekat dengan laut. Berikut daftar mata pencaharian masyarakat desa Lalang yang tersedia pada tabel 4.

Tabel 4.4

Pekerjaan/Mata Pencaharian Masyarakat Desa Lalang

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase

1 PNS 21 1,8%

2 TNI/POLRI 5 0,4%

3 Pegawai Swasta 320 28%

4 Wiraswasta/Pedagang 145 13%

5 Petani 160 14%

6 Pertukangan 35 3%

7 Buruh Tani/Kebun 192 16%

8 Pensiunan 6 0,5%

9 Nelayan 248 21%

Total 1.132 100 %

Sumber : Catatan Kepala Desa Lalang 2009

4.1.3.4 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pada dasarnya dahulu masyarakat Desa Lalang adalah masyarakat yang kurang peduli dengan pendidikan, hal ini dikarenakan adat yang masih kuat dan masyarakatnya


(44)

bekerja sebagai nelaan yang tidak mengenal atri pentingnya pendidikan. Seiring waktu desa Lalang maju dan berkembang serta banyaknya pengaruh dari luar, yaitu banyaknya para pendatang menjadikan masyarakatnya mengalami perkembangan dan perubahan menuju kemajuan. Berikut daftar tingkat pendidikan masyarakat desa Lalang yang tersedia pada tabel 5.

Tabel 4.5

Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Lalang

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 Taman Kanak-Kanak _ _

2 Sekolah Dasar 375 26%

3 SMP/SLTP 460 32%

4 SMA/SLTA 545 38%

5 Akademi (D1-D3) 20 1,6%

6 Sarjana (S1) 12 0,9%

7 Total 1.412 100%

Sumber : Catatan Kepala Desa Lalang 2009

4.1.4 Sarana dan Prasarana 4.1.4.1 Sarana Kesehatan

Tabel 4.6 Sarana Kesehatan

No Sarana Kesehatan Jumlah

1 Poliklinik/Balai Pelayanan 1


(45)

4.1.4.2 Sarana Ibadah

Tabel 4.7 Sarana Ibadah

No Sarana Ibadah Jumlah Persentase

1 Mesjid 2 19%

2 Mushola 8 80%

3 Vihara 1 1%

Total 11 100%

Sumber : Catatan Kepala Desa Lalang 2009

4.1.4.3 Sarana Pendidikan

Tabel 4.8 Sarana Pendidikan

No Sarana Pendidikan Jumlah Persentase

1 Taman Kanak-Kanak 1 15%

2 Sekolah Dasar 5 70%

3 SLTP 1 15%

Total 7 100%

Sumber : Catatan Kepala Desa Lalang 2009

4.2 Interpretasi Data

4.2.1 Pasangan Suami Istri yang Tinggal Terpisah

Satu hal yang semakin sering dirasakan oleh banyak keluarga sekarang adalah bahwa perbedaan pendapat dan kepentingan dalam keluarga sulit dicari titik temunya, Terlebih ketika dalam realitas dapat dilihat terdapat kecenderungan baru suami-istri tinggal secara terpisah dalam waktu yang relatif cukup lama. Adapun yang menjadi


(46)

alasan pasangan suami istri bertempat tinggal terpisah karena masalah pekerjaan. Selain karena masalah pekerjaan masih banyak penyebab lainnya pasangan suami istri memilih tinggal secara terpisah, misalkan saja karena pemindahan kerja dari pihak suami dan tuntutan pemenuhan kebutuhan ekonomi. Biasanya mereka yang hidup dalam suatu keluarga yang bertempat tinggal berjuhan akan memiliki intensitas bertemu secara langsung (face to face) secara terbatas dan berbeda di setiap keluarga yang memiliki kasus sama.

Keluarga sebagai organisasi, mempunyai perbedaan dengan organisasi lainnya, antara lain : bentuk-bentuk hubungannya lebih bersifat `gemeinschaft’ dan merupakan memiliki ciri-ciri kelompok primer, yakni mempunyai hubungan yang lebih intim, kooperatif, face to face, dan masing-masing anggota memperlakukan anggota yang lain sebagai tujuan bukan sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Di samping itu, ada ciri dari keluarga yang dapat dikategorikan sebagai ciri-ciri umum dan ciri-ciri-ciri-ciri khusus. Dari tulisan Mc. Iver & Page dan Burgess & Locke (Khaeruddin, 2002: 6-7), dapat disimpulkan ciri-ciri umum keluarga meliputi suatu kelompok yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah atau adopsi; merupakan susunan rumah tangga sendiri; hidup bersama dalam satu atap; berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain yang menimbulkan peranan sosial bagi anggotanya; dan merupakan pemelihara kebudayaan. Sementara yang menjadi ciri khusus antara lain : kebersamaan; dasar-dasar emosional, pengaruh perkembangan; ukuran yang terbatas; posisi inti dalam struktur sosial; tanggung jawab para anggota; aturan kemasyarakatan; dan memiliki sifat kekekalan dan kesementaraan.


(47)

Ciri-ciri keluarga diatas adalah ciri-ciri keluarga yang merupakan rumusan ideal yang dijadikan ideal type bagi individu-individu di dalam masyarakat dalam membangun keluarga. Pada umumnya keluarga dikarakter hidup bersama dalam satu atap, face to face dan terdapat kebersamaan. Namun dalam realitasnya, terdapat keluarga-keluarga yang relatif berbeda dengan ideal type tersebut, yakni: diantaranya tidak tinggal satu atap (bertempat tinggal berjauhan/terpisah), face to face dan kebersamaan secara fisik relatif terbatas. Realitas yang demikian sering terjadi pada keluarga-keluarga yang suami dan istrinya yang tingal terpisah. Tetapi pada kenyataannya pasangan suami istri yang memutuskan untuk tinggal terpisah adalah bukan suatu keinginan tetapi merupakan suatu keterpaksaan demi terpenuhinya kebutuhan ekonomi, seperti pasangan C yaitu suami yang mengatakan :

“…sebenarnya saya tidak terlalu setuju untuk tinggal terpisah seperti ini, karena menurut saya idealnya suatu keluarga adalah tinggal dalam satu atap, karena bagaimanapun anak-anak membutuhkan peran dan kasih sayang dari seorang ayah, tetapi mau bagaimana lagi kalau saya tidak bekerja istri dan anak mau makan apa…”

Dari hasil dilapangan menunjukan bahwa selain pasangan suami istri tinggal terpisah karena suatu keterpaksaan, ada juga pasangan yang mengatakan bahwa hidup terpisah dari keluarga adalah jalan terbaik yang telah di berikan oleh tuhan yang maha esa yang berdampak positif bagi dirinya dan keluarga yaitu dapat tetap hidup harmonis bersama berkeluarga. Seperti yang diungkapkan pada pasangan E yaitu suami yang mengatakan :

“...saya tidak merasa keberatan jika harus terpisah dengan istri dan anak, karena menurut saya ini adalah jalan hidup yang sudah ditentukan oleh Allah kepada saya dan saya selalu berfikir positif dengan kehidupan yang sudah saya jalani sekarang. Saya selalu berfikir jika saya hidup satu atap dengan istri mungkin kami akan selalu bertengkar karena saya tau betul karakter istri saya yang keras dan


(48)

cenderung tidak mau mengalah. Mungkin dengan hidup terpisah seperti ini membuat hubungan saya dengan istri lebih harmonis.

Pasangan suami istri yang memutuskan untuk tinggal terpisah memiliki pandangan masing-masing terhadap kehidupan yang sedang dijalani dan pada dasarnya mereka yang tinggal terpisah dapat bertahan dalam waktu tertentu, walaupun ditemukan berbagai masalah yang tidak biasa yang dihadapi keluarga pada umumnya sehingga pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah memerlukan strategi untuk dapat selalu menjaga interaksi dan komunikasi serta dalam memenuhi fungsi keluarga yang relatif berbeda dengan keluarga-keluarga pada umumnya.

4.2.2 Faktor – Faktor yang Menyebabkan Pasangan Suami Istri Tinggal Terpisah

Setiap pasangan suami istri yang memutuskan untuk tinggal terpisah sudah pasti memiliki alasan-alasan yang cukup kuat hingga akhirnya harus hidup terpisah. Hal ini dikarenakan tinggal terpisah bukanlah suatu yang benar-benar diinginkan oleh setiap keluarga tetapi karena keterpaksaan untuk dilakukan demi dapat bertahan hidup dan tercapainya suatu tujuan yang diinginkan. Suatu keluarga pada umumnya adalah tinggal secara bersama-sama dalam satu atap, saling memberikan kasih sayang kepada setiap anggota keluarga, menjalin komunikasi yang baik antar anggota keluarga hingga dapat terwujud keluarga yang harmonis yang didamba-dambakan. Tetapi kondisi demikian tidak semua keluarga dapat merasakannya, banyak keluarga pada saat ini memilih untuk tinggal terpisah karena berbagai alasan, seperti :

4.2.2.1 Faktor Pekerjaan

Faktor pekerjaan merupakan alasan yang paling mendominasi pasangan suami istri memutuskan untuk tinggal terpisah. Pada zaman maju sekarang ini, tidak jarang ditemui suami dan istri sama-sama bekerja, mengingat biaya hidup yang semakin tinggi sehingga


(49)

meununtut istri juga bekerja demi memenuhi kebutuhan ekonomi. Didukung dengan pendidikan tinggi, tamatan sarjana misalnya suami dan istri sudah tentu ingin mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya, tidak jarang karena ingin sama-sama meniti karir, tidak menjadi masalah jika harus hidup terpisah karena tempat kerja yang berbeda dan jarak yang jauh pula. Seperti pasangan C dan E yang memilih tinggal terpisah karena alasan pekerjaan. Seperti pasangan C yang yaitu suami mengatakan :

“…Awalnya saya dan istri tinggal bersama dan ketika istri mendapatkan tawaran untuk bekerja disebuah rumah sakit sebagai perawat, saya sangat mendukung karena pendidikan istri yang basicnya adalah sekolah keperawatan. Berbeda halnya dengan saya yang hanya tamatan STM dan bekerja sebagai karyawan biasa si PT Domas Argointi prima merasa tidak cukup bila harus bekerja sendirian mengingat kebutuhan semakin besar terutama untuk biaya pendidikan anak. Sehingga ketika ada peluang untuk saya dan istri untuk sama-sama bekerja saya hanya bisa bersyukur karena kami diberi kesempatan mendapatkan rezeki lebih dengan sama-sama bekerja demi terpenuhinya kebutuhan ekonomi dan kehidupan yang layak terutama untuk anak-anak…”

4.2.2.2 Faktor Ekonomi

Ekonomi adalah diibaratkan sebagai rantai kehidupan yang harus dipenuhi oleh setiap orang, karena itu merupakan kebutuhan masyarakat untuk dapat bertahan hidup. Tidak jarang seseorang dapat melakukan apa saja bahkan rela untuk berbuat kejahatan, merampok misalnya, itu dilakukan karena untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonomi demi menyambung hidup. Dizaman yang serba maju dan modern seperti sekarang ini menuntut setiap orang untuk dapat bekerja keras demi kehidupan yang layak. Seiring mengingat biaya hidup yang semakin tinggi, dan tak heran jika banyak orang yang rela bekerja apa saja demi mendapatkan uang hingga kepada resiko untuk meninggalkan keluarga atau hidup terpisah dari orang-orang yang disayangi. Seperti pasangan D yang


(50)

merasa bahwa hidup yang dijalani yaitu hidup terpisah dari keluarga adalah keterpaksaan demi terpenuhinya kebutuhan ekonomi, seperti penuturan suami pada pasangan D yaitu :

“…yang penting buat saya adalah mendapatkan uang untuk anak, saya selalu memberikan hadiah buat anak saya karena saya sangat sayang dan selalu rindu, yang saya inginkan adalah bisa tinggal bersama dengan istri dan anak, dan itulah yang masih saya usahakan saat ini. Menabung untuk dapat membeli rumah sendiri karena saat ini saya masih mengontrak rumah di dekat tempat saya bekerja. Bagaimanapun saya merasa segan dengan mertua karena tanggungan saya masih tinggal dengan mereka dan satu yang saya takutkan adalah anak yang tidak dekat dengan saya tetapi malah lebih dekat dengan neneknya…”

4.2.2.3 Pendidikan Anak yang Lebih Berkualitas di Kota

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk dimiliki oleh semua orang. Karena melalui pendidikan, seseorang dapat berkembang pola pikirnya dan sudah pasti dapat mempermudah kehidupannya karena dibekali oleh ilmu pengetahuan. Seperti pada umumnya pendidikan di peroleh melalui lembaga pendidikan, seperti sekolah. Apalagi dizaman maju dan serba modern ini, semua orang berlomba-lomba untuk dapat menempuh pendidikan di sekolah yang modern dan berkualitas tinggi hingga ke sekolah yang bertaraf internasional. Begitu juga halnya dengan para orangtua yang menginginkan anaknya bersekolah di sekolah terbaik dikotanya. Biasanya mereka berfikr bahwa sekolah – sekolah yang ada di kota lebih bermutu dan berkualitas dibandingkan yang ada di desa. Begitu halnya dengan pasangan suami istri yang tinggal terpisah, dimana istri dan anak – anaknya tinggal di kota Medan misalnya sementara suami tinggal di Kuala Tanjung yang hanya di desa seperti pasangan A, pasangan B, dan pasangan C yang rela untuk tinggal terpisah karena pendidikan anak yang di nilai lebih baik jika bersekolah di Kota dibandingkan di daerah tempat ayahnya tinggal. Seperti yang diungkapkan oleh pasangan B yaitu oleh Sarwedi


(51)

“…yang penting buat saya adalah mencari uang dan uang untuk bekal pendidikan anak-anak saya, karena yang saya inginkan adalah anak-anak dapat menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi. Tidak masalah bagi saya bila saya harus tinggal terpisah dengan anak-anak karena pendidikan yang baik itu lebih penting buat saya dibandingakan mereka harus tinggal disini bersama saya dengan sekolah yang kurang berkualitas…”

Sarwedi sebagai orang yang bersuku Batak sangat mengutamakan pendidikan terutama untuk anak- anaknya. Jadi tidak merasa heran jika ia rela untuk tinggal terpisah dengan istri dan anak, karena yang ia lakukan adalah melakukan yang terbaik untuk masa depan buah hatinya.

4.2.2.4 Masih Bergantung dengan Orangtua

Orangtua merupakan orang terdekat dari masa kanak – kanak hingga dewasa bahkan ketika sudah menikah. Seorang anak yang terbiasa tinggal bersama orangtua dan merasa dilindungi dan disayangi oleh akan terlalu sulit untuk jauh dari orangtua. Seperti yang dialami oleh pasangan E di mana dari awal pernikahan pasangan ini sudah tinggal terpisah, hal ini awalnya dikarenakan alasan pekerjaan. Suami bekerja sebagai kontraktor dan istri sebagai pegawai negeri sipil. Pada awalnya istri sempat ikut dengan suami dimana sang istri meminta untuk dipindah tugaskan di kota tempat suami bekerja. Tetapi itu hanya berlangsung setahun, karena alasan tidak betah dan lebih enak tinggal dengan orangtua, akhirnya istri kembali tinggal dengan orangtuanya.


(52)

4.3 Faktor-Faktor yang Mendukung Kohesi Keluarga pada Pasangan Suami Istri yang Tinggal Terpisah

4.3.1 Interaksi Antara Pasangan Suami Istri yang Tinggal Terpisah

Pada umumnya pola interaksi dalam keluarga bersifat intim, artinya bahwa hubungan suami-istri memungkinkan dekat satu sama lain. Beda halnya dengan pasangan suami istri yang tidak tinggal satu atap walaupun diikat oleh tali perkawinan yang sah tetapi tidak tinggal bersama seperti layaknya pasangan suami istri pada umumnya. Pasangan suami istri yang memutuskan untuk tinggal terpisah biasanya memiliki alasan yang cukup kuat untuk tinggal terpisah, seperti masalah pekerjaan, masalah pendidikan anak yang dianggap sekolah yang ada dikota lebih berkualitas dibandingkan yang ada di desa dan hingga masalah istri yang tidak dapat tinggal berjauhan dari orangtua dan lebih memilih untuk tinggal berjauhan dari suami. Sebelum memutuskan untuk tinggal terpisah setiap pasangan sudah memiliki kesepakatan bersama dengan bagaimana menjalani kehidupan mendatang dengan kondisi terpisah, terutama dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi dan apabila istri juga bekerja bagaimana mengatur keuangan dan masalah-masalah lainnya seperti mendidik anak dan masih banyak lagi hal-hal yang harus dibicarakan ketika akan memutuskan untuk tinggal terpisah.

Pasangan suami istri yang tinggal terpisah, biasanya memiliki waktu bertemu pada waktu tertentu seperti yang dilakukan oleh pasangan A dan D yang menyempatkan waktu untuk berkumpul dengan keluarga dalam waktu satu bulan sekali berbeda dengan pasangan B dan E yang rutin berkumpul satu minggu sekali, pasangan C dua minggu sekali dan pasangan F bertemu 6 bulan sekali. Berkumpul dengan keluarga dalam waktu


(1)

1.3.3.3 Fungsi Ekonomi

1.Bagaimana mengatur keuangan rumahtangga, (apabila suami-istri sama-sama bekerja) dengan kondisi tinggal secara terpisah? Istri yang memegang penuh atas urusan mengatur keuangan.

2.Apakah Bapak/Ibu menghadapi masalah dalam mengatur keuangan keluarga mengingat tinggal secara terpisah? Tidak ada masalah karena saya (suami) tidak terlalu perduli terhadap pengeluaran, hanya terkadang masalah istri yang boros.

3.Bagaimana Bapak/Ibu mengatasi masalah tersebut? Lebih berhemat agar dapat menabung.

4.Apakah Bapak/Ibu kerap bertengkar dalam hal masalah keuangan? Jarang bertengkar karena kebutuhan dapat di penuhi.

5.Apakah penghasilan yang didapat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga? Cukup

1.3.3.4 Fungsi Religi

1.Siapa yang paling berperan memberikan pendidikan agama pada anak? Suami dan istri. 2.Bagaimana Bapak/Ibu memahami/manfaat agama yang diyakini sebagai penuntun dalam kehidupan berkeluarga? Sangat penting karena agama adalah bekal bagi manusia untuk menjadi seseorang yang baik.

3.Apakah Bapak/Ibu memberikan pendidikan agama sejak usia dini pada anak? Ya, anak-anak selalu saya minta untuk selalu dekat dengan agama.

1.3.3.5. Daftar Pertanyaan (menuju keluarga yang harmonis/keutuhan keluarga) 1.Menurut Bapak/Ibu, bagaimana mewujudkan sebuah keluarga yang kokoh? Menjalin komunikasi, selalu memberikan perhatian walaupun hidup terpisah dan menjaga kepercayaan yang di berikan pasangan.

2.Menurut Bapak/Ibu, faktor pendukung apa saja yang dapat mempertahankan keutuhan keluarga? Saling bertanggung jawab serta terbuka jika ada masalah yang di hadapi. 3.Menurut Bapak/Ibu, faktor penghambat apa saja yang memperlemah keutuhan keluarga? Menghianati pernikahan dengan melakukan perselingkuhan dan tidak menjaga keharmonisan keluarga.


(2)

4.Apa strategi Bapak/Ibu untuk membangun keluarga yang memiliki ketahanan yang tangguh? Selalu menanamkan nlai-nilai agama pada setiap anggota keluarga agar dapat menjadi keluarga yang bahagia di dunia dan akhirat.

INFORMAN BIASA (ANAK) 1. PROFIL INFORMAN

Nama : Kristian Ginting

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : Kelas 5 SD

Jumlah Saudara : 3 orang Anak keberapa : Pertama

Usia : 11 tahun

1.1 Daftar Pertanyaan :

1.Bagaimana interaksi anda dengan orang tua anda? Hubungan saya dengan orangtua baik-baik saja, memang saya dekat dengan bunda (panggilan kiki kepada ibunya) tetapi saya juga dekat dengan ayah walaupun hidup terpisah. Kami selalu berkomunikasi lewat telepon selalu mengabarkan keadaan masing-masing.

2.Berapa kali anda dapat berinteraksi dengan ayah anda (sebagai pihak yang terpisah) dalam satu hari melalui media telepon? Minimal satu hari sekali.

3.Bagaimana hubungan anda dengan Ibu anda? Sangat baik, karena saya tinggal dengan ibu. Bunda yang selalu ada buat saya.

4.Perbincangan apa yang biasa anda bicarakan apabila berinteraksi dengan ayah anda? Menanyakan kabar, seperti nanya uda makan belum ?, Terus selalu mengingatkan untuk bersembahyang dan mengaji dan tidak lupa untuk menanyakan masalah pelajaran di sekolah.

5.Menurut anda, bagaimana hubungan antara ayah dan ibu anda dengan kondisi hidup secara terpisah? Hubungan ayah dan bunda baik-baik saja, selalu berkomunikasi setiap hari melalui telepon malah ayah sering godain bunda.

6.Apakah ayah dan ibu anda sering bertengkar? Kalau yang kiki tau ayah ma bunda jarang bertengkar karena yang kiki tau hubungan mereka baik-baik saja hingga saat ini.


(3)

7.Apa yang menjadi masalah bagi anda akibat dari orang tua yang tinggal terpisah? Ketika ada acara keluarga di tempat saudara ayah tidak dapat ikut bersama kami.

2. PROFIL INFORMAN

Nama : Kristian Ginting

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : Kelas 1 SMA

Jumlah Saudara : 3 orang Anak keberapa : Pertama

Usia : 15 tahun

2.1 Daftar Pertanyaan :

1.Bagaimana interaksi anda dengan orang tua anda? Hubungan saya dengan orangtua baik-baik saja, tetapi saya lebih dekat dengan ibu karena ayah kerja di tempat yang jauh dan tidak selalu ada bersama kami.

2.Berapa kali anda dapat berinteraksi dengan ayah anda (sebagai pihak yang terpisah) dalam satu hari melalui media telepon? Sangat jarang sekali, karena setiap ayah menelpon hanya bicara dengan ibu. Bahkan saya dan ayah seperti tidak ada komunikasi. 3.Bagaimana hubungan anda dengan Ibu anda? Sangat baik, karena semua kebutuhan saya di penuhi oleh ibu.

4.Perbincangan apa yang biasa anda bicarakan apabila berinteraksi dengan ayah anda? Menanyakan kabar, seperti nanya uda makan belum ? karena kami jarang berkomunikasi jadi tidak ada perbincangan yang di lakukan. Hanya sekedar prestasi hasil belajar di sekolah.

5.Menurut anda, bagaimana hubungan antara ayah dan ibu anda dengan kondisi hidup secara terpisah? Biasa-biasa saja dan ketika ayah pulang kerumah tidak ada perlakuan yang special yang di berikan ayah maupun ibu.

6.Apakah ayah dan ibu anda sering bertengkar? Yang saya dengar sih sering kalau sedang menelpon bertengkar tetapi setelah itu sudah baikan lagi.

7.Apa yang menjadi masalah bagi anda akibat dari orang tua yang tinggal terpisah? Kasian saja liat ibu yang mengurus kami sendiriangak ada ayah.


(4)

3. PROFIL INFORMAN

Nama : Boylen Sembiring

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : Kelas 3 SMA

Jumlah Saudara : 2 orang Anak keberapa : Pertama

Usia : 17 tahun

3.1 Daftar Pertanyaan :

1.Bagaimana interaksi anda dengan orang tua anda? Hubungan saya dengan orangtua kuang baik karena saya lebih senang bermain di luar rumah bersama teman seperti main play stasion karena di rumah sepi. Kedua orangtua saya sama-sama bekerja, saya tinggal bersama ibu, dan ayah tidak tinggal dengan kami karena tempat ayah bekeja sangat jauh.

2.Berapa kali anda dapat berinteraksi dengan ayah anda (sebagai pihak yang terpisah) dalam satu hari melalui media telepon? Sangat jarang sekali, karena setiap ayah menelpon hanya bicara dengan ibu. Bahkan saya dan ayah seperti tidak ada komunikasi. 3.Bagaimana hubungan anda dengan Ibu anda? Hanya sesekali saja ketika ada kepeluan yang penting saja.

4.Perbincangan apa yang biasa anda bicarakan apabila berinteraksi dengan ayah anda? Hanya mengenai sekolah dan prestasi belajar ketika naik-naikan kelas.

5.Menurut anda, bagaimana hubungan antara ayah dan ibu anda dengan kondisi hidup secara terpisah? Dua-duanya sama-sama sibuk kerja jadi jarang berkomunikasi paling ketika ada keperluan yng penting saja baru telponan.

6.Apakah ayah dan ibu anda sering bertengkar? Kayaknya si jarang karena mereka juga jarang berkomunikasi lewat telepon. Tetapi kayak udah punya kehidupan masing-masing sama-sama gak peduli. Paling kalaupun menelpon hanya nanyain tentang kami aja anak-anaknya.

7.Apa yang menjadi masalah bagi anda akibat dari orang tua yang tinggal terpisah? Saya si inginnya supaya kami itu bisa tinggal sama-sama semuanya, bisa kumpul di rumah. Walaupun ayah tidak tinggal satu rumah dengan kami terasa sama sja dengan ibu yang juga sibuk bekerja jadi gak punya perhatian yang lebih untuk saya dan adik saya.


(5)

INFORMAN BIASA (KONSULTAN PERNIKAHAN 4 PROFIL INFORMAN

Nama : Muhammad Tahrir Nabil S.ag Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia : 34 tahun

Suku Bangsa : Melayu

Pekerjaan : Kepala KUA (kantor urusan agama) di kecamatan Medang Deras

4.1 Daftar Pertanyaan

1.Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah? Dalam hukum pernikahan dan menurut pandangan agama bahwa membolehkan untuk pasangan suami istri untuk tinggal terpisah asalkan adanya keputusan bersama. Apalagi menyangkut pemenuhan kebutuhan ekonomi dan itu merupakan tanggung jawab suami untuk memenuhi, dan apabila harus tinggal terpisah merupakan keputusanyang terbaik itu harus di jalani.

2.Menurut Bapak/Ibu masalah apa yang kerap dihadapi oleh pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah? Rentan terhadap perselingkuhan dan terjadinya perceraian. 3.Apakah menurut Bapak/Ibu perselingkuhan atau perceraian kerap terjadi pada pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah? Ya, karena masalah yang sangat besar adalah pemenuhan kebutuhan seks yang tidak terpenuhi dan cenderung terbatas, karena menurut saya pada dasarnya terutama laki-laki sangat sulit untuk dapat menahan untuk tidak terpenuhinya kebutuhan seks tersebut sehingga dalam kondisi hidup terpisah dengan istri, suami tidak akan merasa ragu untuk berselingkuh dengan wanita lain di tambah dengan suami yang tinggal sendiri dan tidak akan di ketahui oleh istri perbuatannya tersebut.

4.Menurut Bapak/Ibu solusi apa yang harus diambil? Menurut saya suami dan istri harus menanamkan nilai-nilai agama pada diri masing-masing serta taat kepada agama agar sama-sama memiliki rasa malu jika melakukan perbuatan yang buruk yang di larang oleh agama. Dan lebih baik lagi jika suami dan istri dapat tingal bersama, jika memungkinkan ada yang bisa mengalah baik istri maupun suami untuk dapat tinggal bersama karena itu jauh lebih baik di bandingkan harus tinggal terpisah.


(6)

5.Menurut Bapak/Ibu strategi apa yang harus dilakukan oleh pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah demi mempertahankan keutuhan keluarga dan menuju keluarga yang harmonis? Yang pertama adalah menanamkan nilai-nilai agama serta taat beribadah kepada tuhan serta menanamkan sikap-sikap yang baik yaitu sikap saling percaya, tetap menjaga komunikasi yang baik serta terciptanya suatu kehidupan berkeluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah.