Orientasi Keluarga DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

69 Dalam penjelasan diatas dapat dilihat bahwa dalam pemenuhan fungsi-fungsi keluarga tersebut tidak terlepas dari kendala dan masalah yang di hadapi, biaya komunikasi dan transportasi yang cukup tinggi menjadikan pasangan ini tidak secara maksimal dan terbatas khususnya suami sebagai pihak yang terpisah dalam pemenuhan fungsi keluarga. Walaupun demikian pasangan suami istri memiliki strategi tertentu dalam mencari solusi dari masing-masing pasangan suami istri yang tinggal terpisah dalam untuk dapat tetap memenuhi fungsi keluarga, mereka tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik khususnya pemenuhan fungsi keluarga yang terkait dengan masalah anak-anak. Pemenuhan fungsi-fungsi keluarga khususnya yang berkaitan dengan anak lebih dipenuhi oleh istri, hal ini karena anak tinggal bersama ibunya. Suami juga cukup berperan walaupun dengan keterbatasan yang ada misalkan hanya ketika waktu bertemu dan melalui media telepon.

4.4 Orientasi Keluarga

Untuk mengetahui orientasi keluarga, bisa diadopsi dari konsep Weber tentang rasionalitas. Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan Weber dalam klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial perilaku sosial, yang secara garis besar dibedakan dalam dua kategori pokok, yakni tindakan rasional dan non rasional. Dari dua kategori pokok ini, Weber kemudian mengembangkan menjadi 4 tipe tindakan sosial ideal type, yaitu : tindakan rasional yang berorientasi nilai, tindakan yang berasionalitas tujuan, tindakan tradisonal, dan tindakan efektif Ritzer, 2002 :121. Ketika seseorang mengarahkan pada satu nilai kebenaran hakiki cenderung sangat sedikit dipengaruhi oleh adanya konskuensi tindakan yang mungkin muncul. Ini berbeda dengan tindakan berasionalitas sarana tujuan, dalam bertindak aktor akan mempertimbangkan Universitas Sumatera Utara 70 berbagai sarana dan tujuan. Sementara itu, tindakan tradisional merupakan tindakan yang dilakukan karena kebiasaan dan bukan sebagai hasil refleksi secara sadar. Dan tipe terakhir, tindakan afektif yakni suatu tipe tindakan yang ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi. Studi kasus diatas menunjukkan tindakan mereka membangun keluarga hampir seluruhnya dapat dikategorikan nilai sebagai rasionalitas utama, yaitu nilai agama meskipun tidak menutup kemungkinan terjadinya perpaduan dengan rasionalitas yang lain yaitu rasionalitas sarana dan tujuan, serta rasionalitas afektif. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan-pernyataan mereka, misalnya untuk kasus A, konsep keluarga pasangan ini adalah keluarga sakinah mawaddah wa rohmah, membangun keluarga adalah dalam rangka untuk mengikuti ajaran agama dan untuk meneruskan keturunan. Kasus D, membangun keluarga merupakan suatu bentuk ibadah, mengikuti sunnah Rosul sehingga membangun keluarga adalah untuk ibadah dan dengan harapan dapat meneruskan keturunan yang beriman dan berguna bagi agama dan orang lain. Hal ini tak jauh berbeda dengan kasus Pasangan suami istri lainnya. Berpadunya orientasi nilai dengan orientasi sarana-tujuan, mengindikasikan relatif kuatnya orientasi pasangan suami istri bertempat tinggal terpisah dalam membangun keluarga. Kuatnya orientasi tersebut akan berimplikasi pada kuatnya ketahanan keluarga. Hal ini bisa ditelusuri dari riwayat bertempat tinggal terpisah dari masing-masing kasus, khususnya untuk kasus A, C, dan D, bagaimana komitmen telah dibangun sejak awal pernikahan, dengan penuh kesadaran terhadap berbagai konskuensi. Begitu juga dengan pasangan lainnya yang memiliki komitment serupa, namun setelah hubungan jarak jauh di jalani tidak di pungkiri masalah besar juga tidak dapat terelakan, seperti kasus Universitas Sumatera Utara 71 perselingkuhan. Namun walaupun demikian pasangan suami istri tetap memiliki tujuan yang sama yaitu membentuk suatu keluarga yang bahagia dan harmonis walaupun hidup terpisah sehingga muncul solusi untuk dapat di selesaikan dengan cara berubah menjadi lebih baik dan lebih mendekatkan diri kepada tuhan yang maha esa. Tindakan afektif yakni suatu tipe tindakan yang ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi yang lebih di tunjukkan oleh istri maupun suami seperti pasangan A, D dan E yang lebih secara emosional mengungkapkan isi hati kepada pasangan seperti perasaan cemburu dan curiga yang berlebihan mengingat tinggal berjauhan dengan pasangan, begitu juga rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasangan merupakan hasil refleksi dari perasaan yang timbul. Pada dasarnya pasangan suami istri memilki tujuan bersama ketika memutuskan untuk tinggal terpisah. Salah satunya adalah terpenuhinya kebutuhan ekonomi dan suatu kehidupan yang layak untuk keluarga. Dalam pencapaian tujuan tersebut adalah penting dilakukannya syarat-syarat dalam pencapaian tujuan tersebut, seperti yang di katakan Talcot Parson bahwa masyarakat adalah organisme yang hidup, agar dapat mencapai tujuan maka perlu empat persyaratan fungsional AGIL, yaitu : A- Adaptation Adaptasi, G- Goal attainment Pencapaian tujuan, I- Integration, dan L – Latent Patent Maintanence pemeliharaan pola-pola yang laten. Dilihat dari kasus pasangan suami istri yang tinggal terpisah yang terkait dengan proses adaptasi yaiu dapat dilihat dari masing- masing pasangan seperti suami yang harus dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan serba sendiri tanpa ada istri yang membantu untuk keperluan suami. Sedangkan istri yang juga harus menyesuaikan diri dan merasa terbiasa dengan kondisi hidup tanpa kehadiran suami yang tidak dapat menemani dan harus mengurus anak-anak sendirian. Integration Universitas Sumatera Utara 72 merupakan hubungan kerjasama dari suami dan istri untuk dapat tetap melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab masing-masing walaupun hidup terpisah. Pemeliharan pola yaitu usaha yang dilakukan oleh pasangan suami istri untuk tetap dapat mewujudkan sistem hubungan yang harmonis di dalam keluarga agar keutuhan keluarga dapat tetap terjaga dengan menanamkan nilai-nilai dan norma-norma yang ada seperti nili-nilai agama.

4.5 Faktor-faktor yang berpengaruh dalam Ketahanan Keluarga