kerentanan daerah dapat dikurangi, sehingga kemampuan dalam menghadapi ancaman tersebut semakin meningkat
”.
22
“Bencana tidak akan terjadi apabila masyarakat mempunyai kapasitas untuk mengatasi ancaman bencana banjir.Oleh karena itu perlu dilakukan
sosialisasi gagasan dan peningkatan kapasitas masyarakat sehingga mampu mengelola resiko yakni menanggulangi bencana, mengurangi
dampak dan mempunyai kesiapan menghindari risiko ”.
23
“Pengurangan risiko bencana merupakan desain baru dalam pengembanganan kerangka kerja untuk mengurangi risiko dengan
menitikberatkan pada upaya pemberdayaan individu dan masyarakat dalam menghadapi bencana
”.
24
Secara umum, resiko dapat dirumuskan:
Atau dapat ditulis sebagai berikut:
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa rawan bencana, bahaya, kerentanan dan risiko bencana memiliki kaitan yang erat
mengenai karakteristik daerah yang dapat mengakibatkan banjir.
22
http:kawasan.bappenas.go.id diakses pada tanggal 25 April 2014
23
Ermawan Susanto, Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Daerah Aliran Sungai Code dalam Menanggulangi Dampak Bencana Banjir, 2010.
24
Hermawan Hendarsah, Pemetaan Partisipatif Ancaman, Strategi Coping dan Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Upaya Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Masyarakat di Kecamatan Salam
Kabupaten Magelang, 2012.
Resiko = Bahaya X Kerentanan Kemampuan
Resiko = Bahaya X Kerentanan X Ketidakmampuan
c. Karakteristik Bencana Banjir dan Permasalahan dalam Pengelolaan Bencana Banjir
1. Beberapa karakteristik yang berkaitan dengan banjir, diantaranya:
a. Waktunya tergantung dari besarnya banjir, bisa lama atau singkat.
Pengertian ini banjir bisa sesaat dalam hitungan menit namun datangnya tiba-tiba, bisa menggenang atau membanjiri suatu
wilayah dengan proses perlahan. b.
Genangan bisa sesaat, berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu dan datangnya pun bisa cepat dan perlahan-lahan.
c. Kecepatan datang secara perlahan-lahan atau langsung, bisa
menjadi banjir bandang, bahkan dalam kondisi tertentu akibat daya rusak air yang besar bisa berupa banjir air bercampur lumpur, batu
besar dan kecil serta benda lainnya. d.
Pola banjirnya musiman e.
Akibat yang ditimbulkan adalah “terjadinya genangan, erosi dan sedimentasi. Sedangkan akibat lainnya terisolasinya daerah
pemukiman dan diperlukan evakuasi penduduk ”.
25
2. Permasalahan dalam Pengelolaan Bencana Banjir
Beberapa permasalahan dalam pengelolaan bencana banjir adalah:
a. Kesulitan jalan ke lokasi bencana
b. Kesulitan dalam upaya penyelamatan terutama di daerah yang terpencil
c. Kesulitan obat-obatan d. Kesulitan evakuasi
e. Terbatasnya ketersediaan bantuan f. Apabila bencana terjadi dalam waktu yang lama diperlukan
persediaan pangan yang cukup.
25
Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief, Pengelolaan Bencana Terpadu banjir, longsor, kekeringan dan tsunami.Jakarta: Yarsif Watampone Anggota IKAPI, 2006, h. 161.
Dari deskripsi diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa bencana banjir memiliki karakteristik tertentu yang menyebabkan lama
atau singkat banjir tersebut terjadi.
d. Mekanisme Perusakan dari Bencana Banjir
Pada umumnya banjir yang berupa genangan maupun banjir bandang bersifat merusak. Aliran arus air yang cepat dan bergolak
turbulent meskipun tidak terlalu dalam dapat menghanyutkan manusia, hewan dan harta benda. Aliran air yang membawa material tanah yang
halus akan mampu menyeret material yang lebih berat sehingga daya rusaknya akan semakin tinggi. Air banjir yang pekat ini akan mampu
merusakan pondasi bangunan, pondasi jembatan dan lainnya yang dilewati sehingga menyebabkan kerusakan yang parah pada bangunan
‐bangunan tersebut, bahkan mampu merobohkan bangunan dan menghanyutkannya.
Pada saat air banjir telah surut, material yang terbawa banjir akan diendapkan dan dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman, perumahan
serta timbulnya wabah penyakit. Banjir bandang biasanya terjadi pada aliran sungai yang kemiringan
dasar sungainya curam. Aliran banjir yang tinggi dan sangat cepat, dapat mencapai ketinggian lebih dari 12 meter Banjir Bahorok, 2003
limpasannya dapat membawa batu besar atau bongkahan dan pepohonan serta dapat merusak atau menghanyutkan apa saja yang dilewati namun
cepat surut kembali. “Banjir semacam ini dapat menyebabkan jatuhnya
korban manusia karena tidak sempat mengungsi maupun kerugian harta benda yang besar dalam waktu yang singkat
”.
26
26
http:kawasan.bappenas.go.id di akses pada tanggal 25 April 2014
e. Kajian Bahaya Banjir dan Parameter
1. Kajian Bahaya Banjir
Diperlukam kajian atas kejadian banjir yang telah terjadi sebagai data historis dan empiris yang dapat dipakai untuk menentukan tingkat
kerawanan dan upaya antisipasi banjir suatu daerah. Kajian tersebut diantaranya mencakup :
a. Rekaman atau catatan kejadian bencana yang telah terjadi memberikan
indikasi awal akan datangnya banjir dimasa yang akan datang atau dikenal dengan banjir periodik tahunan, lima tahunan, sepuluh
tahunan, lima puluh tahunan atau seratustahunan. b.
Pemetaan topografi yang menunjukkan kontur ketinggian sekitar daerah aliran atau sungai yang dilengkapi dengan estimasi kemampuan
kapasitas system hidrologi dan luas daerah tangkapan hujan serta plotting berbagai luas genangan yang pernah terjadi.
c. Data curah hujan sangat diperlukan untuk menghitung kemungkinan
kelebihan beban atau terlampauinya kapasitas penyaluran sistem pengaliran air baik system sungai maupun sistem drainase.
2. Parameter atau tolak ukur bahaya dapat ditentukan berdasarkan:
a. Luas genangan km², hektar
b. Kedalaman atau ketinggian air banjir meter
c. Kecepatan aliran meterdetik, kmjam
d. Material yang dihanyutkan aliran banjir batu, bongkahan, pohon, dan
benda keraslainnya e.
Tingkat kepekatan air atau tebal endapan lumpur meter, centimeter f.
Lamanya waktu genangan jam, hari, bulan.
27
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa data historis dan data empiris pada saat kejadian banjir sangat penting untuk dikaji guna
27
http:kawasan.bappenas.go.id. diakses pada tanggal 25 April 2014
menentukan tingkat kerawanan dan upaya antisipasi banjir di suatu daerah.
f. Penanggulangan Bencana Banjir
Penanggulangan bahaya banjir pada dasarnya dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis kegiatan yaitu kegiatan fisik dan non fisik. Penanganan yang
bersifat fisik yaitu kegiatan pengendalian banjir yang bersifat mengatur dan mengubah kondisi alamiah sungai sedemikian rupa sehingga kerugian yang
ditimbulkannya dapat ditekan menjadi serendah-rendahnya. Jenis kegiatan fisik yang diterapkan tergantung pada kondisi sungai
yang bersangkutan dan faktor-faktor alamiah penyebab timbulnya masalah banjir. Penanganan fisik dilakukan dengan cara merendahkan elevasi muka air
banjir atau mencegah agar aliran banjir tidak melimpah menggenangi daerah kanan kiri sungai.
Penanganan bahaya banjir yang bersifat fisik adalah kegiatan pengendalian banjir dengan pengaturan dan normalisasi alur sungai,
pengendalian banjir dengan tanggul atau tembok banjir, pengendalian banjir dengan saluran bypass atau banjir kanal, pengendalian banjir dengan
tampungan banjir sementara atau kolam retensi, dan pengendalian banjir dengan sistem drainase dan pompanisasi.
Kegiatan non fisik dilakukan dengan mengembangkan sistem peringatan dini banjir, sosialisasi penanggulangan bencana kepada masyarakat setempat,
pelatihan pengungsian, pembuatan peta bahaya dan sebagainya.
28
Jenis-jenis kegiatannya antara lain adalah: 1 Pengaturan tata guna lahan di dataran banjir yang penggunaannya disesuaikan dengan
kemungkinan terjadinya genangan banjir,2 Pemindahan penduduk dari daerah ancaman banjir. 3 Pemasangan sistem prakiraan dan
pemberitaan dini akan adanya banjir kepada masyarakat. 4 Pengaturan
28
Erman Mawardi dan Asep Sulaeman, Partisipasi Masyarakat dalam Pengurangan Resiko Bencana Banjir. Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, 2011, h. 13