Proses Membangun Partisipasi Masyarakat

Dari tabel 2.1 maka dapat disimpulkan bahwa proses membangun partisipasi masyarakat diperlukan manajemen bencana banjir secara menyeluruh serta dibutuhkan rencana program partisipasi masyarakat dalam pengendalian bahaya banjir. Contoh matrik program dan tindakan perlindungan sumber air diatas bertujuan untuk melindungi dan melestarikan sumber air beserta lingkungannya.

c. Partisipasi Masyarakat dalam Penanganan Bencana Banjir

Partisipasi masyarakat adalah suatu proses ikut serta masyarakat secara sadar dan nyata dalam serangkaian proses pembangunan mulai dari tingkat perencanaan perumususan kebijakan hingga pada tingkat pengendalian pengawasan dan evaluasi program pembangunan. “Penanganan bahaya banjir tidak hanya dilakukan oleh pemerintah tetapi juga pihak swasta dan masyarakat. Pentingnya peran masyarakat dalam pengendalian daya rusak air seperti bahaya banjir telah mempunyai dukungan peraturan perundangan yaitu Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air”. 11 Partisipasi masyarakat dalam menangani pengurangan risiko bencana banjir dilakukan dengan tindakan-tindakan melalui paparan lokasi bahaya dan identifikasi pola kerentanan fisik. Pengurangan risiko bencana banjir merupakan seluruh rangkaian kegiatan dari awal sampai akhir yang meliputi: kesiagaan, bencana dan pemulihan. Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa dengan pengembangan partisipasi masyarakat diharapkan masyarakat tidak hanya ditempatkan dalam perspektif sebagai kelompok penerima bantuan saja, tetapi sebagai garda terdepan dalam menghadapi bencana banjir yang 11 Erman Mawardi dan Asep Sulaeman, Partisipasi Masyarakat dalam Pengurangan Resiko Bencana Banjir. Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, 2011, h.3 mampu menjadi subjek pengelola penanganan bahaya banjir secara integrasi dengan kekuatan lainnya.

2. Bencana Banjir a. Pengertian Banjir dan Penyebab Banjir Paling Dominan

Pengertian “banjir adalah meluapnya air dari saluran dan menggenangi kawasan sekitarnya.Sembilan puluh persen dari kejadian bencana alam berhubungan dengan banjir.Ada dua jenis banjir, yaitu banjir bandang kiriman dan banjir pasang- surut”. 12 Tabel 2.2 Penyebab Banjir No Penyebab Banjir Alam Manusia 1 Perubahan Land- Use v 2 Pembuangan Sampah v 3 Erosi dan sedimentasi vv v 4 Kawasan kumuh di sepanjang sungai drainase v 5 Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat v 6 Curah hujan v 7 Pengaruh fisiografi geofisik sungai vv v 8 Kapasitas sungai drainase yang tidak memadai v vv 9 Pengaruh air pasang rob v 10 Penurunan tanah v v 11 drainase lahan v v 12 Bendung dan bangunan air v 13 kerusakan bangunan pengendali banjir v Keterangan: tanda v menunjukkan penyebab banjir, vv menunjukkan dominan penyebab. 12 Henri Subiakto, Memahami Bencana, Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, 2008, h. 29 Adapun beberapa penyebab terjadinya banjir, adalah : 1. Hujan, dalam jangka waktu yang panjang atau besarnya curah hujan selama berhari-hari 2. Erosi tanah, menyisakan batuan yang menyebabkan air hujan mengalir deras di atas permukaan tanah tanpa terjadi resapan. 3. Buruknya penanganan sampah, yang menyumbat saluran-saluran air sehingga tubuh air meluap dan membanjiri daerah sekitarnya 4. Pembangunan tempat pemukiman, dimana tanah kosong diubah menjadi jalan atau tempat parkir yang menyebabkan hilangnya daya serap air hujan. 13 Pembangunan tempat pemukiman bisa menyebabkan meningkatnya risiko banjir sampai enam kali lipat dibandingkan tanah terbuka yang biasanya mempunyai daya serap air tinggi. Masalah ini sering terjadi di kota-kota besar yang pembangunannya tidak terencana dengan baik. Peraturan pembuatan sumur resapan di daerah perkotaan maupun daerah pedesaan kurang diawasi pelaksanaannya. 5. Bendungan dan saluran air yang rusak, walaupun tidak sering terjadi namun bisa menyebabkan banjir terutama pada saat hujan deras yang panjang. 6. Keadaan tanah dan tanaman, tanah yang ditumbuhi banyak tanaman mempunyai daya serap air yang besar. “Tanah yang tertutup semen, paving, atau aspal sama sekali tidak menyerap air. Pembatasan hutan juga dapat merupakan penyebab banjir”. 14 7. Di daerah bebatuan, daya serap air sangat kurang sehingga bisa menyebabkan banjir kiriman banjir bandang. Dampak banjir adalah tersebarnya berbagai penyakit disebabkan oleh penggunaan air yang digunakan masyarakat, baik air minum maupun air sumur yang telah 13 Alan Strahler, Physical Geography Science and System of The Human Environment, New York: John Wiley and Sons, Inc, 1997, h.377. 14 Henri Subiakto, Memahami Bencana, Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, 2008, h. 29 tercemar oleh air banjir. “Air banjir membawa banyak bakteri, virus, parasit dan bibit penyakit lainnya, termasuk juga unsur-unsur kimia yang berbahaya. Umumnya penyakit yang sering terjadi adalah diare dan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk atau serangga, seperti demam berdarah, malaria dan lain- lain”. 15 Perubahan tata guna lahan merupakan penyebab utama banjir dibandingkan dengan yang lainnya. Sebagai contoh, apabila suatu hutan lebat yang berada dalam suatu daerah aliran sungai diubah menjadi pemukiman maka debit puncak sungai akan meningkat antara 5-20 kali. Angka 5 dan angka 20 ini tergantung dari jenis hutan dan jenis pemukiman demikian pula untuk perubahan yang lainnya maka akan terjadi peningkatan debit puncak yang signifikan. Perlu pula diketahui bahwa perubahan tata guna lahan memberikan kontribusi dominan kepada aliran permukaan run-off. Hujan yang jatuh ke tanah airnya akan menjadi aliran permukaan diatas tanah dan sebagian meresap ke dalam tanah tergantung kondisi tanahnya. Sudah sering ada pernyataan bahwa apabila hutan digunduli atau menjadi kawasan pemukiman resapannya hilang terjadilah banjir. Pernyataan ini kurang tepat, seharusnya yang perlu disampaikan adalah apabila hutan digunduli atau menjadi kawasan pemukiman maka run-off aliran permukaan akan meningkat signifikan dan terjadilah banjir. Resapan yang masuk ke dalam tanah relatif tetap karena jenis tanahnya tidak berubah.Namun, kuantitas resapan menjadi kecil karena di atas tanah yang bisa meresap air berubah menjadi bnagunan permanen yang kedap air. 15 Henri Subiakto, Memahami Bencana, Jakarta: Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, 2008, h. 29