Definisi Pola Pemukiman Penduduk dan Faktor- Faktor yang

tersebut memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan penduduk. 4. Mengikuti Garis Pantai Daerah pantai pada umumnya merupakan pemukiman penduduk yang bermata pencaharian nelayan. “Pada daerah ini pemukiman terbentuk memanjang mengikuti garis pantai.Hal itu untuk memudahkan penduduk dalam melakukan kegiatan ekonomi yaitu mencari ikan ke laut ”. 38 b. Pola Pemukiman Terpusat Pola pemukiman ini “mengelompok membentuk unit-unit yang kecil dan menyebar, umumnya terdapat di daerah pegunungan atau daerah dataran tinggi yang berelief kasar, dan terkadang daerahnya terisolir ”. 39 Di daerah pegunungan pola pemukiman memusat mengitari mata air dan tanah yang subur.Sedangkan daerah pertambangan di pedalaman pemukiman memusat mendekati lokasi pertambangan. Penduduk yang tinggal di pemukiman terpusat biasanya masih memiliki hubungan kekerabatan dan hubungan dalam pekerjaan.Pola pemukiman ini sengaja dibuat untuk mempermudah komunikasi antarkeluarga atau antarteman bekerja. c. Pola Pemukiman Tersebar. Pola pemukiman tersebar terdapat di daerah dataran tinggi atau daerah gunung api dan daerah-daerah yang kurang subur. Pada daerah dataran tinggi atau daerah gunung api penduduk akan mendirikan pemukiman secara tersebar karena mencari daerah yang tidak terjal, morfologinya rata dan relatif aman. Sedangkan pada daerah kapur pemukiman penduduk akan tersebar mencari daerah yang memiliki kondisi air yang baik. Mata pencaharian penduduk pada pola 38 Enok Maryani, Geografi Desa Kota, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2008, h. 12 39 Ibid. pemukiman ini sebagian besar dalam bidang pertanian, ladang, perkebunan dan peternakan. d. Bentuk perkampungan mengelilingi fasilitas tertentu Bentuk perkampungan seperti ini umumnya kita temui di daerah dataran rendah, dimana banyak terdapat fasilitas-fasilitas umum yang dimanfaatkan penduduk setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari. “Fasilitas tersebut misalnya mata air, danau, waduk dan fasilitas lain ”. 40

B. Hasil Penelitian Relevan

I. Susi Anggraini 0389060534. 1996. Wilayah Banjir di Cekungan Bandung. Universitas Indonesia: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Dari hasil analisis diperoleh gambaran penyebab terjadinya banjir di cekungan Bandung adalah: Curah hujan maksimum tahun 1994 di cekungan Bandung; curah hujan bulanan lebih dari 400 mm dengan curah hujan harian lebih dari 50 mm dan intensitas curah hujan 102-178 mmjam. Keadaan fisik daerah dengan ketinggian kurang dari 1000 meter di atas permukaan laut, lereng antara 0-2 hingga 2-15 terletak di tengah-tengah wilayah penelitian yang merupakan cekungan dengan penggunaan tanah persawahan dan pemukiman di daratan alluvial. 41 II. Sari Aulia Santri. 2007. Karakteristik Sempadan dan Korelasinya dengan Wilayah Rawan Banjir DA Ciliwung di Jakarta. Universitas Indonesia: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Berdasarkan survey lapang dan hasil pengolahan data diketahui bahwa karakteristik sempadan DA Ci Liwung di Jakarta berdasarkan kondisi alur 40 Enok Maryani, Geografi Desa Kota, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2008, h. 12 41 Susi Anggraini, Wilayah Banjir di Cekungan Bandung, Depok: Universitas Indonesia, 1996 sungai sebagian besar masih alami, berdasarkan struktur vegetasi sebagian besar terganggu, sedangkan berdasarkan intensitas penggunaan tanah sebagian besar sudah tidak alami lagi.Korelasi terhadap banjir topografi berdasarkan variable penggunaan tanah intensif tidak berhubungan signifikan, kemudian berdasarkan variable kondisi alur berhubungan signifikan, dan berdasarkan variable struktur vegetasi hanya sisi sempadan timur yang berhubungan signifikan.Sedangkan korelasi terhadap banjir hidrologi, semua variable tidak berhubungan secara signifikan. 42 III. Novi Irawati. Banjir di Jakarta Bagian Barat. 1987. Universitas Indonesia: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Banjir di Jakarta bagian barat ternyata disebabkan oleh curah hujan maksimum dengan intensitas tertinggi saat itu dan pasang naik air laut yang tinggi, serta didukung oleh kondisi fisik wilayahnya.Banjir ditemui di rawa- rawa, sekitar tanggul pantai, daratan rendah alluvial yang memeng berbakat untuk banjir dan terletak di sepanjang badan-badan sungai yang lebih rendah dengan ketinggian kurang dari 10 meter dari permukaan laut atau merupakan cekungan-cekungan.Selain itu, penggunaan tanah di wilayah tersebut berupa areal pemukiman atau bangunan industry, jasa, fasilitas umum dan tanah kosong yang telah diperuntukkan, dimana tadinya merupakan rawa-rawa tempat air menggenang dan meresap. 43 42 Sari Aulia Santri, Karakteristik Sempadan dan Korelasinya dengan Wilayah Rawan Banjir Da Ci Liwung di Jakarta, Depok: Universitas Indonesia, 2007 43 Novi Irawati, Banjir di Jakarta Bagian Barat, Depok: Universitas Indonesia, 1987 C . Kerangka Berpikir Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Faktor Manusia: 1. Kerusakan bangunan pengendali banjir 2. Kurangnya daerah resapan air Faktor Alam: 1. Curah hujan 2. Letak daerah yang rendah 3. Pengaruh fisiografi atau geofisik sungai Banjir di Perumahan Sawangan Asri Partisipasi Masyarakat 1. Pengaturan pembuangan sampah 2. Membersihkan saluran drainase 3. Pembuatan benteng atau tanggul 4. Penanaman pohon BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Perumahan Sawangan Asri, Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok. Sumber peta: http:mediacenterkpudepok.blogspot.com Gambar 3.1 Peta Kota Depok Tahun 2013

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap dimulai dari perencanaan, penentuan alat pengumpulan data penelitian, persiapan instrumen kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian. Waktu yang dibutuhkan oleh penulis dalam penelitian ini secara