a Karena tugas setiap anggota telah dibagi secara khusus, tidak jarang tidak
terdapat lagi keterpaduan yang utuh; b
Karena setiap anggota sudah dianggap ahli dalam bidangnya, sering pengawasan atas kontrol kurang diperhatikan oleh ketua tim;
c Kesinambungan dan keutuhann terkadangsukar untuk dikontrol dan dicapai;
d Tidak jarang terjadi pengulangan atau tumpang tindih sesuatu subpokok bahasan
dalam suatu kelas atau jenjang pendidikan tertentu; e
Setiap anggota tim mempunyai gaya bahasa, menulis khas sehingga tidak mempunyai keutuhan gaya lagi;
f Adanya anggota yang tidak taat menuruti jadwal penulisan sehingga target
waktu sukar tercapai.
42
5. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran Berdasarkan Urutan Buku Teks
Buku teks merupakan penerapan dan pengembangan dari instructional design yang lebih menekankan pada prinsip-prinsip yang diadopsi dari teori dan
temuan penelitian tentang belajar. Orientasi buku teks adalah untuk mengoptimalkan kegiatan belajar dalam rangka mencapai hasil belajar yang
optimal. Oleh karena itu, buku teks harus dapat menyajikan bahan pembelajaran yang bermakna bagi siswa sebagai subjek yang belajar. Dalam kaitan ini
Association Of Educational Communications and Technology AECT dalam
42
Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia, Bandung: Angkasa, 2009, h.11-33.
definisi teknologi pendidikan mempertegas bahwa pemahaman terhadap suatu informasi dapat terjadi apabila bahan yang dipelajari bermakna bagi pembacanya.
43
Agar buku teks sebagai sumber belajar menjadi bermakna bagi siswa, maka pengorganisasian buku teks tersebut harusmemiliki karakteristik tertentu yang
membedakannya dengan buku-buku lainnya. Karakteristik yang perlu diperhatikan dalam merancang buku teks antara lain 1 isi pesannya harus dianalisis dan
diklasifikasi ke dalam kategori-kategori tertentu, 2 setiap kategori harus dipenggal menjadi beberapa penggalan teks, 3 perlu ada penyajian format visualisasi untuk
memberikan kemenarikan isi, 4 kategori format judul yang berisi bahan harus diseleksi.
44
Dalam upaya menghasilkan sajian buku teks yang efektif dalam menunjang keberhasilan proses belajar-mengajar, hal yang tidak dapat diabaikan adalah
menjadikan buku teks tersebut menjadi prasyarat bagi pembaca untuk belajar berikutnya, atau menjadi pengetahuan yang baru bagi pembaca.
6. Prinsip Penyusunan Materi Pembelajaran Keterampilan Berbahasa
Kenyataan di lapangan dalam kegiatan belajar-mengajar sehari-hari menunjukkan materi pembelajaran yang disajikan oleh guru kepada siswa sudah
tersedia dalam bentuk Buku Teks, yang disebut buku pelajaran. “Natawidjaja dalam
Budinuryanta mengatakan bahwa buku pelajaran terutama buku pelajaran utama merupakan penjabaran bahan pelajaran yang ditata dan disajikan untuk menunjang
43
Margaret E. Bell Gredler, Belajar dan Membelajarkan et Munandir, Seri Pustaka Teknologi pendidikan No. 11, Jakarta: Rajawali bekerja sama dengan PAU di UT, 1991, hlm. 237-
247
44
Association mof Educational Communications and Technology AECT, The Definition of Educational Terminology et Yusufhadi Miarso, dkk, Definisi Teknologi Pendidikan Satuan
Tugas Definisi dan Terminologi AECT, Jakarta: Rajawali, 1986, hlm. 118
pencapaian tujuan kurikulum dari bidang studi atau matapelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian, prinsip penyusunan materi pembelajaran
pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia sesungguhnya adalah prinsip penyusunan Buku TeksBuku Teks Indonesia
”
45
. Menurut Abdul Syukur Ibrahim dan kawan-kawan ada tiga hal yang perlu
diperhatikan dalam prinsip penyusunan Buku Teks Buku Teks Bahasa Indonesia yaitu sebagai berikut.
a. Kurikulum dan Buku Teks Bahasa Indonesia
Sesuai dengan fungsinya, Buku Teks haruslah sejajar dengan kurikulum, dalam arti Buku Teks akan dapat menunaikan fungsinya jika bahan pelajaran yang
ada dalam Buku Teks itu sendiri dari topik-topik yang sejajar dengan topik-topik bahan pelajaran seperti yang disarankan atau ditentukan dalam silabus kurikulum.
Tanpa ada kesejajaran antara kondisi topik Buku Teks dengan topik silabus kurikulum, secara langsung atau tidak, akan menjadikan hambatan bagi kegiatan
belajar-mengajar bahasa. b.
Ilmu Jiwa Belajar dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Broughton di dalam Budinuryanta mengatakan bahwa
“Ilmu jiwa menyelidiki bagaimana bahasa itu dipelajari. Berdasarkan teori-teori dalam ilmu
jiwa dihasilkan berbagai metode pengajaran bahasa, termasuk di dalamnya pengelolaan kelas, teknik bertanya, perencanaan pelajaran, strategi mengajar, dan
bermacam-macam teknik yang dap at digunakan guru didalam kelas.”
46
45
Budinuryanta Y, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, Jakarta: Universitas Terbuka,2008, h. 225.
46
Ibid., h. 2.26
c. LinguistikLinguistik Terapan dalam Buku Teks Bahasa Indonesia
Loban et al. 1961 menyarankan bahwa bahan pelajaran dalam BTBI haruslah didasarkan pada deskripsi bahasa yang hendak diajarkan. Dengan
deskripsi ini siswa diharapkan mengenal dan memahami pemakaian bahan sebagaimana adanya sehingga mereka akan lebih mudah menguasai kaidah bahasa
yang dipelajarinya.
47
Pada akhirnya, rencana pelajaran atau program pengajaran bahasa harus disusun dengan mengambil linguistik terapan sebagai sumber karena tanpa hal ini
pertimbangkan terhadap masalah bahasa yang diajarkan telah menyimpang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa aplikasi pengetahuan linguistik dan linguistik
terapan merupakan jawaban yang tepat yang harus sudah dipertimbangkan pada awal perancangan Buku TeksBTBI karena linguistik menyediakan materi
bahasanya, sedangkan linguistik terapan terlibat pada masalah pemlihan data bahasa, organisasi, dan penyajian data bahasa dalam bentuk bahan pengajaran.
7. Penyajian Buku Teks Bahasa Indonesia BTBI