dengan buku teks agar bahan, metode, dan media pengajaran semakin lengkap, sempurna dan mutakhir.
Greene dan Petty telah mengidentifikasikan keterbatasan buku teks. Keterbatasan buku teks itu, antara lain:
a Buku teks itu sendiri tidaklah mengajar walaupun beberapa kegiatan belajar
dapat dicapai dengan membacanya tetapi merupakan suatu sarana pengajaran. b
Isi yang disajikan sebagai perangkat-perangkat kegiatan belajar dipadu secara artificial atau secara buatan saja bagi setiap kelas tertentu.
c Pelatihan-pelatihan dan tugas-tugas praktis agaknya kurang memadai karena
keterbatasan-keterbatasan dalam ukuran buku teks dan dikarenakan begitu banyaknya praktik-praktik, pelatihan yang perlu dilaksanakan secara perbuatan.
d Sarana-sarana pengajaran juga sangat sedikit dan singkat karena keterbatasan-
keterbatasan ruang, tempat, atau wadah yang tersedia di dalamnya. e
Pertolongan-pertolongan atau bantuan-bantuan yang berkaitan dengan evaluasi hanyalah bersifat sugestif dan tidaklah mengevaluasi keseluruhan yang
diinginkan.
4. Jenis-Jenis Buku Teks
Di lingkungan Sekolah Menengah Atas, dikenal beberapa nama buku teks. Misalnya, buku teks dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Di
perguruan tinggi, ada berbagai jenis buku teks. Di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai contoh kita kenal buku teks matakuliah Tata Bahasa
Sintaksis dan Morfologi, Menyimak, Membaca, Apresiasi Sastra, dan sebagainya.
Buku teks tunggal, buku teks berjilid, dan buku teks berseri. Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa buku teks mempunyai aneka jenis atau ragam.
Dari segi cara penulisan buku teks dikenal tiga jenis buku teks. Ketiga jenis itu adalah:
A. Buku teks tunggal
Buku teks tunggal ialah buku teks yang hanya terdiri atas satu buku saja. Berikut ini didaftarkan beberapa contoh buku teks tunggal, antara lain:
a Kerap, Gorys. 1973. Tata Bahasa Indonesia untuk SLA. Ende Flores: Nusa
Indah. b
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.
c Tarigan, Henry Guntur. 1983. Membaca, Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bndung: Angkasa. B.
Buku teks berjilid Buku teks berjilid ialah buku peljaran untuk suatu kelas tertentu atau untuk
satu jenjang sekolah tertentu. Berikut ini didaftarkan beberapa contoh buku teks berjilid, seperti:
1. Depdikbud. 1981. Bahasa Indonesia 1, H dan III. Jakarta: Proyek Pengadaan
Buku Pelajaran, Perpustakaan keterampilan SLU 2.
Alisyahbana, Sutan Takdir. 1975. Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia 1 dan II. Jakarta: Dian Rakyat.
C. Buku teks berseri
Buku teks berseri ialah buku pelajaran berjilid mencakup beberapa jenjang sekolah, misalnya, dari SD, SMP, dan SMA. Berikut ini disajikan satu contoh buku
teks berseri. 1.
Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1985. Terampil Berbahasa Indonesia, untuk SD-9 jilid. Bandung: Angkasa
2. Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1985. Terampil Berbahasa Indonesia,
untuk SMP-6 jilid. Bandung: Angkasa Berdasarkan jumlah penulis buku teks, kita kenal buku teks dengan penulis
tunggal dan buku teks dengan penulis kelompok. Penulis tunggal ialah penulis yang menyiapkan buku teks tertentu seorang diri. Penulis kelompok ialah penulis yang
terdiri atas beberapa orang untuk menyiapkan buku teks tertentu. Baik penulis perseorangan maupun penulis tim mempunyai keunggulan dan
kelemahan masing-masing. Dalam tulisan ini, pembicaraan kita titik-beratkan pada penulis tim. Keunggulan penulis tim itu, antara lain:
a. Dapat membagi-bagi tugas sesuai dengan keahlian masing-masing;
b. Menghemat waktu dan tenaga;
c. Target dapat dicapai sesuai dengan jadwal kerja;
d. Dapat saling mengisi dan mengontrol satu sama lain.
Di samping keunggulan yang telah kita uraikan tadi, penulis pun tidak jarang mempunyai kelemahan-kelemahan tertentu, antara lain:
Susahnya kadang-kadang memadukan pandangan dia antara sesame anggota;
a Karena tugas setiap anggota telah dibagi secara khusus, tidak jarang tidak
terdapat lagi keterpaduan yang utuh; b
Karena setiap anggota sudah dianggap ahli dalam bidangnya, sering pengawasan atas kontrol kurang diperhatikan oleh ketua tim;
c Kesinambungan dan keutuhann terkadangsukar untuk dikontrol dan dicapai;
d Tidak jarang terjadi pengulangan atau tumpang tindih sesuatu subpokok bahasan
dalam suatu kelas atau jenjang pendidikan tertentu; e
Setiap anggota tim mempunyai gaya bahasa, menulis khas sehingga tidak mempunyai keutuhan gaya lagi;
f Adanya anggota yang tidak taat menuruti jadwal penulisan sehingga target
waktu sukar tercapai.
42
5. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran Berdasarkan Urutan Buku Teks