Efektivitas Penggunaan Metode Demonstrasi Dalam Mata Pelajaran Fiqh Kelas VII Di Madrasah Islamiyah Ciputat

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk

Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

NURHIKMAH

NIM: 1110011000087

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 30 Oktober 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat efektivitas penggunaan metode demonstrasi dalam mata pelajaran Fiqh pada materi ketentuan shalat jama’, qashar dan jama’ qashar serta shalat dalam keadaan darurat siswa Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga bulan Mei 2014 dengan subyek peneliitan berjumlah 32 siswa.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 3 kali pertemuan pada siklus I, dalam siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan. Pengumpulan data dilakukan melalui pre test dan post test, observasi, wawancara, catatan lapangan, dokumentasi dan instrument tes kemampuan kognitif.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan efektivitas hasil belajar siswa. Hal ini dilihat dari hasil post test dari setiap siklus yaitu siklus I (78,3%)dan II (90%), juga tercapainya nilai seluruh siswa di atas KKM, karena peningkatannya dapat dilihat dari peningkatan point yaitu sejumlah 12 point.


(7)

Science Faculty of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 30 Oktober 2014.

This study aims to mengethui how the level of effectiveness of the use of methods of demonstration in the material subject to the provisions of prayer Fiqh jama ', qashar and jama' qashar students Islamiyah MTs Chester. This study was conducted from March to May 2014 with peneliitan subjects are 32 students.

The research method used was a classroom action research (CAR), which consists of two cycles. Each cycle consists of 3 three sessions the meeting in the first cycle, the second cycle consists of two sessions meeting. Data collected through Pre test and post test, observation, interviews, field notes, documentation and instrument tests of cognitive abilities.

The results obtained in this study is the demonstration that the application of the method can improve the effectiveness of student learning. It is seen from the results of post-test were increased compared of siklus I (78,3%) and II (90%), and also the achievement of all students in the upper grades KKM.

Keywords: Effectiveness, Method Demonstration, And Classroom Action Research (CAR)


(8)

ii

Swt yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Shalawat seiring salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw sebagai suri tauladan kita semuanya, yang telah membawa kita dari alam kegelapan sampai ke alam terang benderang seperti sekarang ini.

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Metode Demonstrasi

Dalam Mata Pelajaran Fiqh di Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat”

disusun untuk memenuhi syarat meraih gelar sarjana strata satu (S1) Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selesainya skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan yang telah diberikan selama masa perkuliahan baik berupa ilmu pengetahuan, tenaga, dan waktu serta do’a restu dan motivasi dari berbagai pihak lain, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Nurlena Rifa’I, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingan yang dapat memotivasi penulis.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, MA, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Ibu Marhamah Shaleh, MA, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam yang selalu memberikan motivasi untuk penulis.

4. Bapak Dr. Sapiudin Shidiq, M.Ag sebagai dosen pembimbing yang telah sabar, teliti, dan meluangkan waktu dalam proses penyusunan skripsi.

5. Bapak Drs. Rusdi Jamil, MA, Penasehat Akademik yang telah sabar dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.

6. Segenap dosen Pendidikan Agama Islam yang selalu memberikan motivasi untuk penulis.


(9)

7. Bapak Drs. Aris Herdiana Kepala Madrasah MTs Islamiyah Ciputat, beserta seluruh staffnya yang telah membantu penulis selama pelaksanaan penelitian. 8. Khususnya Kedua orang tua, yaitu Ayahanda Uned Junaedi S.Pd. dan Ibunda

Rosidah yang telah merawat dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang secara tulus, mendoakan dan mencukupi moril dan materil dari sejak kecil sampai sekarang dan seterusnya (kasih sayang mereka tidak akan terputus sepanjang hayat). Tak lupa juga kepada Ibunda Alm. Rofiqoh kasih sayang mu selalu melekat di hati, Allahummaghfirlaha warhamha wa’afihaa wa’fu ‘anha.

9. Kakak Ade Nurohmah S.Pd serta adik-adikku, Iis Rahmawati, dan Siti Azkiatullatifah yang selalu memberikan senyum semangat untuk penulis. 10. Teman-teman seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islam 2010 yang telah

memberikan dukungan, semangat, motivasi serta bantuannya. Khususnya teman-teman Molose PAI C 2010 yang selalu menyemangati dan menjaga kekompakan persahabatan kita, sehingga selesai dalam penulisan skripsi ini . 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan semangat dan saran yang berguna untuk penulisan skripsi. Semoga bantuan dan dorongan yang telah diberikan dapat menjadi amal baik dan mendapatkan balasan dari Allah Swt. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khazanah ilmu pengetahuan.

Fastabiqul Khoirot

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 30 Oktober 2014 Penulis,

Nurhikmah


(10)

iv

SURAT PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Efektivitas metode pembelajaran 1. Pengertian Efektivitas ... 7

2. Pengertian Metode Pembelajan ... 8

3. Ciri-ciri Pembelajaran Efektif ... 11

4. Prinsip-prinsip Belajar ... 12

B. Metode demonstrasi ... 12

1. Pengertian metode demonstrasi ... 12

2. Langkah-langkah metode demonstrasi ... 15

3. Kelebihan dan kelemahan metode demonstrasi ... 16

4. Cara mengatasi kelemahan metode demonstrasi ... 17

C. Mata pelajaran fiqh di MTs ... 18

1.Pengetian fiqh ... 18

2. Tujuan mata pelajaran fiqh di MTs ... 20


(11)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan ... 25

C. Subjek Penelitian dan Partisipan yang Terlibat Dalam Penelitian ... 29

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ... 29

E. Tahapan dan Intervensi Tindakan ... 29

F. Hasil Intervensi yang Diharapkan ... 31

G. Data dan Sumber Data ... 31

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 33

I. Teknik Pengumpulan Data ... 37

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 37

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ... 38

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 39

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Profil Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat ... 41

B. Deskripsi Data ... 45

C. Analisis Data ... 79

D. Pembahasan ... 80

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

vi

Wawancara siswa MTs Islamiyah Ciputat sebelum penelitian Tindakan ... 103

Wawancara guru fiqh MTs Islamiyah Ciputat setelah penelitian tindakan kelas I ... 106

Wawancara siswa MTs Islamiyah Ciputat setelah penelitian tindakan kelas I ... 107

Wawancara guru fiqh MTs Islamiyah Ciputat setelah penelitian tindakan kelas II ... 110

Wawancara siswa MTs Islamiyah Ciputat setelah penelitian tindakan kelas II ... 111

Lembar observasi aktivitas pembelajaran siklus I ... 114

Lembar observasi aktivitas belajar mengajar siklus I ... 115

Lembar observasi aktivitas mengajar siklus I ... 116

Lembar observasi aktivitas pembelajaran siklus II ... 118

Lembar observasi aktivitas belajar mengajar siklus II ... 119

Lembar observasi aktivitas mengajar siklus II ... 120

Catatan lapangan siklus I pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas I ... 122

Catatan lapangan siklus II pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas II ... 123

Soal Tes Evaluasi Siswa pada Siklus I ... 124

Soal Tes Evaluasi Siswa pada Siklus II ... 125

Dokumentasi pada pelaksanaan Tindakan kelas siklus I ... 126

Dokumentasi pada pelaksanaan Tindakan kelas siklus II ... 128

Absensi kelas VII.1 ... 130 Uji Referensi

Surat Permohonan Izin Penelitian Surat Permohonan Izin Observasi Surat Bimbingan Skripsi


(13)

vii

Tabel 4.3 Hasil Observasi Siswa Kelompok II ... 52

Tabel 4.4 Hasil Observasi Siswa Kelompok III ... 52

Tabel 4.5 Hasil Observasi Siswa Kelompok IV ... 53

Tabel 4.6 Hasil Observasi Guru ... 54

Tabel 4.7 Hasil Observasi Siswa Kelompok I ... 55

Tabel 4.8 Hasil Observasi Siswa Kelompok II ... 56

Tabel 4.9 Hasil Observasi Siswa Kelompok III ... 56

Tabel 4.10 Hasil Observasi Siswa Kelompok IV ... 57

Tabel 4.11 Hasil Observasi Guru ... 58

Tabel 4.12 Hasil Observasi Siswa Kelompok I ... 59

Tabel 4.13 Hasil Observasi Siswa Kelompok II ... 60

Tabel 4.14 Hasil Observasi Siswa Kelompok III ... 61

Tabel 4.15 Hasil Observasi Siswa Kelompok IV ... 61

Tabel 4.16 Hasil Belajar Siklus I ... 62

Table 4.17 Hasil Observasi Guru ... 68

Tabel 4.18 Hasil Observasi Siswa Kelompok I ... 69

Tabel 4.19 Hasil Observasi Siswa Kelompok II ... 69

Tabel 4.20 Hasil Observasi Siswa Kelompok III ... 70

Tabel 4.21 Hasil Observasi Siswa Kelompok IV ... 71

Tabel 4.22 Hasil Observasi Guru ... 72

Tabel 4.23 Hasil Observasi Siswa Kelompok I ... 73

Tabel 4.24 Hasil Observasi Siswa Kelompok II ... 73

Tabel 4.25 Hasil Observasi Siswa Kelompok III ... 74

Table 4.26 Hasil Observasi Siswa Kelompok IV ... 75

Tabel 4.27 Hasil Belajar Siklus II ... 76


(14)

(15)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Dewasa ini pendidikan tidak pernah berkembang pesat, Pendidikan merupakan keharusan mutlak bagi setiap manusia, tanpa pendidikan manusia tidak akan dapat berkembang sebagaimana mestinya, sebab pendidikan merupakan suatu proses dalam mengembangkan potensi yang ada pada manusia. Pada dasarnya suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kompetensi guru, materi ajar, metode yang digunakan serta alat media yang digunakan. Wina Sanjaya, mengatakan :

Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu.1

Kadang terjadi, dalam proses belajar mengajar antara guru dan siswa tidak berhubungan. Guru asyik menjelaskan materi pelajaran di depan kelas, sementara dibangku siswa juga asyik mengobrol, bermain atau bahkan mengantuk. Karena, siswa tidak peduli dengan apa yang disampaikan oleh guru. Bagi guru yang penting adalah materi pelajaran sudah tersampaikan tidak peduli dipahami atau tidak. Khususnya dalam mata pelajaran fiqh seorang guru harus menguasai materi yang akan diajarkan oleh guru terhadap siswa serta menggunakan metode yang tepat.

Mungkin faktor yang menyebabkan siswa kurang peduli karena siswa kurang tertarik dengan metode konvensional, mereka kurang mengerti makna dari pembelajaran fiqh karena kurangnya pengetahuan agama juga menjadi pengaruh dalam proses pembelajaran ini. metode pembelajaran fiqh selama

1

Wina Sanjaya, Perencanaaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2008), h. 26


(16)

ini kurang efektif, serta siswa tidak mendapatkan sarana dan prasarana untuk praktek tidak tersedia.

Berdasarkan hasil wawancara guru bidang studi fiqh dan data nilai hasil belajar siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat tidak mengalami peningkatan yang meningkat, serta dalam proses belajar mengajarpun siswa kurang tertarik dengan mata pelajaran Fiqh, sedangkan data pencapaian hasil belajar bidang studi fiqh masih tergolong rendah. Mungkin Penyebab rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya yaitu kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sehingga suasana belajar menjadi terlalu konvensional dan siswa merasa bosan, boring, serta siswa merasa jenuh, mengantuk dan kurang peduli serta kurang memperhatikan penjelasan materi yang sedang disampaikan oleh guru2.

Di samping itu, yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa yaitu kurangnya kreatifitas guru dalam menggunakan metode yang ada. Selama ini guru hanya menggunakan metode pembelajaran konvensional yakni ceramah, dan pemberian tugas. Padahal dalam kerangka pembelajaran fiqh, siswa seharusnya dilibatkan secara fisik untuk mendemonstrasikan materi yang diberikan misalnya pada materi sujud sahwi, dan shalat serta pada materi lainnya yang membutuhkan praktik secara langsung agar siswa lebih mudah untuk memahaminya.

Dalam pembelajaran di kelas, terkadang para siswa tidak memperhatikan, karena, kurangnya daya tarik yang digunakan oleh guru. Misal dalam metode yang tepat sebagai perantara transformer dalam materi untuk mencapai tujuan. Serta media yang dijadikan bahan dalam pembelajaran yang mempunyai peranan sangat penting dalam proses pmbalajaran kurang mendukung.

Berdasarkan faktanya, kondisi yang selama ini dihadapi dalam proses belajar mengajar seperti sedikitnya metode pembelajaran yang digunakan

2

Wawancara dengan Bapak Aris,Guru Fiqh di Sekolah MTs Islamiyah di Ruang Guru, jam 09.10.Jakarta: 4 Maret 2014


(17)

menyebabkan siswa merasa bosan dan jenuh dengan materi yang disajikan. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru hanya menggunakan metode ceramah, setelah itu guru menyuruh siswa untuk mengerjakan LKS masing-masing. Sehingga di sini terjadi dalam proses pembelajaran yang berpusat hanya pada guru (Teacher Centered), bukannya Student Centered dimana dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Dalam proses kegiatan pembelajaran para siswa lebih menunjukkan belajar secara individu dibandingkan belajar bersama atau berkelompok, melihat dari hasil belajar siswa yang diterima tidak merata, karena, dalam kelas siswa selalu mengandalkan guru dibandingkan teman. jadi, tidak adanya student centered, sehingga siswa tidak bisa memecahkan berbagai permasalahan dalam pembelajaran. Padahal jika siswa terlibatnya dalam proses kegiatan pembelajaran serta adanya kerjasama antar siswa dalam proses belajar itu akan membuat mereka semakin mudah untuk memahami materi yang dijelaskan.

Proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar apabila metode yang digunakan sesuai dengan materi yang akan di ajarkan, tidak terlalu monoton serta anak tidak pasif, serta sarana dan prasana diusahakan sekolah sudah menyediakannya, dan siswa juga siap dalam menerima materi yang disampaikan dan merasakan kepuasan dan memusatkan perhatiannya dalam materi yang disampaikan.

Metode yang digunakan oleh guru harus sesuai dengan karakteristik siswa, materi dan keadaan. Karena keunggulan suatu metode yang digunakan itu terdapat pengaruh pada siswa dalam pembelajaran seperti bidang study fiqh. Dalam bidang fiqh seorang guru harus menguasai materi yang akan diajarkan kepada siswa, terdapat beberapa metode yang dapat diajarkan oleh guru terhadap siswa seperti metode ceramah, metode demonstrasi, metode pemberian tugas, metode eksperimen, metode tanya-jawab, dan sebagainya. Seorang guru dalam memilih suatu metode harus selektif agar tepat sasaran serta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.


(18)

Sehubungan dengan metode mengajar, dalam Pendidikan Agama Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan. Karena metode menjadi sarana yang bermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa, sehingga dapat dipahami atau di serap oleh siswa.3

Menurut Zakiah, “Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha secara

sadar yang dilakukan oleh guru untuk mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia beragama”.4

“Tujuan umum Pendidikan Agama Islam adalah membina manusia agar mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan perbuatannya dalam seluruh kehidupannya sehari-hari, serta dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat”.5

Kita ketahui bahwasannya fiqh merupakan suatu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Materi terdapat dalam fiqh sangat banyak, sehingga banyak pula yang perlu dibahas. Hal ini membutuhkan waktu yang cukup banyak bagi guru untuk dapat menjelaskan materi secara keseluruhan. Oleh karenanya diperlukan metode yang tepat yang dapat mengantarkan siswa kepada tujuan pembelajaran secara efisien. Yang relevan agar dapat menyampaikan pelajaran dengan efektif dan efisien.

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan siswa yang diharapkan. Namun ini tidak berarti bahwa mengenal petunjuk-petunjuk umum tersebut dengan sendirinya akan menjamin kesuksesan siswa. Banyak aspek yang mempengaruhi dalam proses tercapainya kesuksesan tersebut.

Dalam fenomena yang peneliti temukan dalam pembelajaran fiqh guru lebih banyak menggunakan metode ceramah tanpa diselingi penggunaan

3

Ihsan Hamdani, Filsafat Pendidikan Islam, ( Bandung : Pustaka Setia,2007), cet. ke-3, h. 163

4

Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), h. 172

5


(19)

metode yang lain. Hal demikian dapat menimbulkan rasa jenuh dan membosankan oleh siswa yang melaksanakan proses pembelajaran.

Kemudian untuk menciptakan suasana belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dalam pelajaran Fiqh maka, guru menggunakan metode demonstrasi, karena untuk melihat upaya peningkatan efektivitas penggunaan metode demonstrasi dalam mata pelajaran Fiqh. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan alat peragaan, untuk memperjelas suatu pengertian, atau untuk memperlihatkan bagaimana untuk melakukan dan jalannya suatu proses pembuatan tertentu kepada siswa.6

Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Efektivitas Penggunaan Metode Demonstrasi Dalam Mata Pelajaran Fiqh Di Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat”

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Metode Pembelajaran fiqh yang digunakan oleh guru selama ini kurang efektif

2. Siswa kurang tertarik dengan metode konvensional, seperti metode ceramah

3. Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru

4. Kurangnya sarana dan prasarana untuk melaksanakan praktek.

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah yang akan diteliti dibatasi pada tingkat efektivitas metode demonstrasi pada mata pelajaran Fiqh.

6

Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran Agama Dan Bahasa Arab, (Jakarta : PT Grafindo


(20)

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi serta pembatasan masalah, maka peneliti merumuskan, yaitu: apakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran mata pelajaran Fiqh?

E.

Tujuan Penelitian

Secara umum penelitin ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pembelajaran mata pelajaran Fiqh dengan menggunakan metode demonstrasi di Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam mata pelajaran fiqh dengan menggunakan metode demonstrasi

2. Mengetahui respon siswa dalam pembelajaran fiqh dengan menggunakan metode demonstrasi

3. Mengetahui efektivitas pembelajaran mata pelajaran fiqh belajar siswa dengan menggunakan metode demonstrasi

F.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi instansi sekolah, tulisan ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam memperbaiki metode serta teknis pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran Fiqh.

2. Bagi guru bidang studi diharapkan agar dijadikan sebagai motivator untuk mengelola kelas dengan menggunakan metode yang sesuai dengan keadaan dan materi untuk mengembangkan minat belajar siswa.

3. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan agar bermanfaat dalam usaha meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga kompetensi dalam mata pelajaran Fiqh dapat tercapai secara optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran.


(21)

7

A.

Efektivitas Metode Pembelajaran

1.

Pengertian Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata “Efektif”. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, efektif berarti ada pengaruh, akibat terhadap sesuatu, yakni hasil pengaruh dari sesuatu.1 Jadi dapat diperoleh pengertian bahwa efektivitas adalah suatu kegiatan yang dilakukan terhadap sesuatu yang membawa pengaruh terhadap sesuatu itu.

Efektivitas dapat dijadikan sebagai barometer untuk mengukur keberhasilan. Efektivitas dapat dikatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuannya. Dengan demikian efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan.

Menurut Slamento, untuk meningkatkan cara belajar yang efektif, perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut : a. Kondisi internal yaitu kondisi (situasi) yang ada di dalam diri

siswa itu sendiri seperti kesehatan, keamanan, ketentraman dan sebagainya.

b. Kondisi eksternal yaitu kondisi yang ada di luar diri pribadi siswa, agar dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur. Contoh ruang belajar harus bersih, tak ada bau-bauan yang mengganggu konsentrasi pikiran.

c. Strategi belajar. Dalam belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat.2

Fakta dalam proses belajar mengajar di kelas guru masih menggunakan metode lama yaitu ceramah (konvensional) dalam mengajar. Padahal kemajuan ilmu pengetahuan sangatlah pesat,

1

Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 266

2

Slamento, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka


(22)

maka guru harus memanfaatkan metode ataupun strategi yang telah berkembangkan upaya untuk meningkatkan cara mengajar yang lebih efektif.

Dengan demikian, efektivitas belajar siswa, yang paling utama menyangkut tujuan-tujuan pembelajaran yang diinginkan dan yang telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan. Berdasarkan tujuan pembelajaran ini, maka kegiatan pembelajaran dikatakan memiliki tingkat efektivitas yang baik apabila dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum minimal 75 % dari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Efektivitas merupakan suatu bagian yang penting dalam proses pembelajaran. Karena, mampu memberikan deskriptif mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuannya, yaitu peningkatan pengetahuan dari keterampilan serta pembelajaran dapat diukur dengan tercapai atau tidaknya Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) mata pelajaran Fiqh yang telah ditetapkan di MTs Islamiyah Ciputat, yaitu 75. tingkat efektivitas pembelajaran dijadikan empat level, yaitu :

a. Di bawah KKM, yaitu < 63 tingkat efektivitasnya rendah b. Sesuai KKM, yaitu 63-75 tingkat efektivitasnya sedang c. Di atas KKM, yaitu 76-88 tingkat efektivitasnya tinggi

d. Di atas KKM, yaitu 89-100 tingkat efektivitasnya sangat tinggi

Efektivitas pembelajaran penggunaan metode demonstrasi dalam penelitian ini juga diukur dari hasil pre test dan post test. dalam pembelajaran dapat dinilai efektif jika terdapat peningkatan antara hasil pre test dan post test.

2.

Pengertian Metode Pembelajaran

Sebelum kita menjelaskan tentang metode demonstrasi, ada baiknya jika kita menjelaskan metode pembelajaran. Menurut


(23)

Jalaludin dan Usman, “Metode adalah cara untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik”.3

Menurut Wina Sanjaya, “Metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi”.4 Dalam Istilah metode yang sangat populer dalam kalangan Islam adalah at-Thariqah yang mempunyai pengertian jalan atau cara yang harus ditempuh.5 Maka, dalam proses belajar mengajar dibutuhkan metode agar mencapai suatu tujuan pembelajaran. Namun, metode juga disesuaikan dengan materi dan kondisi kelas dan siswa.

Dalam Pendidikan Agama Islam faktor metode adalah faktor yang tidak bisa diabaikan, karena turut menentukan sukses atau tidaknya pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam. Hubungan antara tujuan dan metode Pendidikan Agama Islam dikatakan merupakan hubungan sebab akibat.

Demikian dalam mendidik dan mengajar ummat, Nabi selalu memperhatikan masalah metode. Salah satu keberhasilan beliau dalam mengemban misi kerasulannya adalah sikap beliau yang didaktis dalam penyampaian dakwah. Sebagaimana dalam firman Allah surat ke 3 ayat 159:































….



“Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhi diri darimu” (QS. Ali Imran: 159)

3

Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan Perkembangan,

(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1996), h. 52

4

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,( Jakarta : Kencana 2011), h. 127

5

Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi “Konsep Dan


(24)

Pelajaran yang dapat dipetik dari ayat di atas adalah untuk mencapai tujuan pendidikan pengajaran siswa haruslah dengan cara didaktis metodis, maksudnya harus dengan cara yang tepat, bijaksana, dan tidak boleh kasar agar tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara yang kita gunakan harus direncanakan untuk persiapan belajar mengajar dalam materi dan kondisi kelas dan siswa, agar proses kegiatan belajar mengajar mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang belajar.6 Pembelajaran berasal dari terjemahan instruction yang banyak dipakai dalam pendidikan Amerika serikat. Istilah ini dipakai oleh ahli psikologi kognitif-holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu. 7 Rusman mengatakan :

Pembelajaran merupakan kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi : tujuan, materi, metode dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.8

6

Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 11

7

Wina Sanjaya, Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta : Kencana. 2011), h. 26

8

Rusman, M.Pd, Model-Model Pembelajaran “Mengembangkan Profesionalisme


(25)

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar.9 Dalam pembelajaran dapat melibatkan dua belah pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator.

Menurut Oemar Hamalik, “Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan yang dilaksanakan dengan menggunakan metode imposisi, dengan cara menuangkan pengetahuan kepada siswa”.10 Jadi, dapat disimpulkan Metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang sudah direncanakan, dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar.

Dengan demikian, efektivitas metode pembelajaran adalah cara dalam proses kegiatan belajar mengajar untuk memperoleh hasil dari suatu kegiatan pembelajaran. karena, hasil pengaruh dari metode yang telah dilakukan oleh guru untuk mengetahui adanya peningkatan efektivitas dalam mata pelajaran fiqh, yaitu hasil penerapan dari metode demonstrasi kelas VII.1 dalam materi shalat jama’, qashar dan jama’ qashar dan ketentuan shalat dalam keadaan darurat.

3.

Ciri-Ciri Pembelajaran Efektif

Menurut Harry Firman, keefektifan program pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan

2. Memberikan pengalaman belajar yang efektif, melibatkan siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional

9

Rudi Susilana, Cepi Ryana M.Pd,Media Pembelajaran,(Bandung : CV Wacana Prima,2009), h. 1

10

Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), cet ke-1, h.58


(26)

3. Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.11

Berdasarkan ciri program pembelajaran efektif seperti digambarkan di atas, keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar saja, melainkan harus pula ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang.

4.

Prinsip-prinsip Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, tentunya harus menggunakan prinsip-prinsip belajar tertentu agar bertindak seara tepat. Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dengan mengacu pada prinsip-prinsip belajar, seorang guru akan dapat mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan efektivitas belajar siswa. Prinsip-prinsip belajar adalah: a. Kematangan jasmani dan rohani

b. Memiliki kesiapan c. Memahami tujuan d. Memiliki kesungguhan e. Ulangan dan latihan12

Siswa maupun guru tidak dapat mengabaikan prinsip-prinsip belajar tersebut, karena hal tersebut berpengaruh dalam penghasilan belajar siswa.

B.

Metode Demonstrasi

1.

Pengertian Metode Demonstrasi

Metode berasal dari bahasa Greek / Yunani yaitu Metha dan hodos. Metha artinya berarti melalui atau melewati dan hodos

11

Harry, Firman, Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan.(Bandung : Penerbit ITB ,1987).h.24

12


(27)

berarti jalan atau cara. Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi metode yang juga berarti jalan atau cara yang dilalui.13

Menurut Mohammad Athiyah Al-Abrasy sebagaimana dikutip oleh Jalaludin, “Metode adalah rencana yang kita buat untuk diri kita sebelum kita memasuki kelas, dan diterapkan dalam kelas selama kita mengajar dalam kelas”.14

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara yang kita gunakan harus direncanakan untuk persiapan belajar mengajar dalam materi dan kondisi kelas dan siswa, agar proses kegiatan belajar mengajar mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Tayar Yusuf, “Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan alat peragaan (meragakan), untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana untuk melakukan dan jalannya suatu proses pembuatan tertentu kepada siswa”.15 Sebab kata demonstrasi terambil dari kata Demonstration = To Show (memperagakan / memperlihatkan) suatu proses yang sedang berlangsung.

Menurut Wina Sanjaya, “Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik yang sebenarnya maupun hanya sekedar tiruan”. 16

Sedangkan Menurut Zakiah Darajat, “Metode demonstrasi adalah dalam pengajaran dipakai untuk menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya menggabungkan penjelasan verbal

13

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, (Jakarta : Kalam Muliah, 1997) h. 35

14

Jalaluddin,op.cit.h. 53

15

Yusuf,Tayar, Metodologi Pengajaran Agama Dan Bahasa Arab, (Jakarta : PT Grafindo Persada. 1995) h. 49

16

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientsi Standar Proses Pendidikan,


(28)

dengan suatu kerja fisik itu telah dilakukan atau peralatan itu telah dicoba lebih dahulu sebelum di demonstrasikan”.17

Metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan atau prosedur yang dilakukan misalnya : proses mengerjakan sesuatu, proses menggunakan sesuatu, membandingkan suatu cara lain, atau untuk mengetahui kebenaran sesuatu yang belum diketahui oleh siswa.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode demonstrasi adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan memperagakan langsung dengan suatu proses terjadinya sesuatu baik dalam bentuk sebenarnya maupun tiruan sehingga proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, serta dapat membentuk pengertian yang baik dan sempurna.

Metode ini sering digunakan dalam mata pelajaran Fiqh. Karena agar siswa mampu untuk mempraktekan langsung setelah gurunya mempraktekannya di depan kelas. Namun dalam metode ini yang aktif berperan tidak semua karena terbatasnya waktu dan akan membuang waktu jika semuanya ikut mempraktekan.

Penggunaan metode demonstrasi ini dapat diterapkan dengan syarat memiliki keahlian untuk mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan yang sesungguhnya. Keahlian metode tersebut harus dilakukan oleh guru dan pelatih yang ditunjuk, setelah didemonstrasikan, siswa diberi kesempatan melakukan keterampilan seperti yang telah diperagakan oleh gurunya atau pelatih.

Pelajaran Fiqh di MTs merupakan pelajaran yang materi ajarnya bisa dikatakan cukup banyak, ditambah dengan materi-materi yang harus dipraktekkan tata caranya seperti shalat, wudhu,

17

Zakiah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Sinar Grafika Offset, 1996), cet.ke. 1. h. 144


(29)

dan lain sebagainya. Oleh karena itu kita mencoba untuk menggunakan metode demonstrasi dalam mata pelajaran Fiqh materi shalat jama’, qashar dan jama’ qashar, untuk melihat efektif atau tidaknya dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode demonstrasi adalah suatu cara untuk penyampaian materi dengan memperagakan secara langsung suatu proses terjadinya sesuatu baik dalam bentuk sebenarnya ataupun tiruan, agar pelajaran lebih berkesan serta dapat membentuk pengertian yang baik dan sempurna.

2.

Langkah-langkah Penerapan Metode Demonstrasi

Pembelajaran yang akan kita ikuti dalam mata pelajaran di dalam kelas sangatlah akan menarik jika dalam penyampaian materi menggunakan beragam metode yang efektif. Salah satunya metode demonstrasi, menurut Zakiah Darajat dalam Penerapan metode demonstrasi ini memiliki beberapa langkah yang harus dilaksanakan oleh fasilitator atau guru di dalam kelas, antara lain :

a. Perumusan tujuan instruksional khusus yang jelas yang meliputi berbagai aspek, sehingga dapat diharapkan murid-murid itu akan melaksanakan kegiatan yang didemonstrasikan itu setelah pertemuan berakhir.

b. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan. Dan sebaiknya sebelum melakukan metode demonstrasi hendaknya melakukan percobaan terlebih dahulu agar sesuatu yang diinginkan tidak akan terjadi di saat demonstrasi berlangsung.

c. Mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan. Hendaknya anda sudah merencanakan seluruh waktu untuk setiap langkah demonstrasi yang akan dilakukan.


(30)

d. Selama demonstrasi berlangsung hendaknya guru introspeksi diri

e. Mempertimbangkan penggunaan alat bantu pengajaran lainnya, sesuai dengan luasan makna dan isi dari demonstrasi.

f. Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan siswa. seringkali perlu terlebih dahulu dilakukan diskusi-diskusi dan murid mencoba lagi demonstrasi atau mengadakan demonstrasi ulang untuk memperoleh kecekatan yang lebih baik.18

3.

Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi

Setiap metode yang digunakan oleh seorang guru pastilah mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah satu metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materinya adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi mempunyai kelebihan dan kekurangan, menurut Martinis Yamin kelebihan metode demonstrasi adalah sebagai berikut :

a. Perhatian siswa dapat difokuskan pada titik berat yang dianggap penting bagi guru

b. Dengan keterlibatan siswa secara aktif terhadap jalannya suatu proses tertentu melalui pengamatan dan percobaan, siswa mendapatkan pengalaman praktis, yang biayanya bersifat tahan lama.

c. Menghindarkan pengajaran yang bersifat verbalisme, di mana siswa tidak bisa memahami dan mengerti apa yang diucapkan, atau bisa membaca Alquran tetapi tak bisa menulis dengan benar.

18


(31)

d. Dapat mengurangi kesalahan bila dibandingkan dengan membaca buku, karena siswa telah meemperoleh gambaran yang jelas dari hasil pengamatan langsung.

e. Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada diri siswa dapat dijawab di waktu mengamati demonstrasi.

Sedangkan kelemahan metode demonstrasi adalah sebagai berikut : a. Dalam pelaksanaannya demonstrasi memerlukan waktu dan

persiapan yang matang, sehingga dapat menyita waktu yang cukup banyak.

b. Demonstrasi dalam pelaksanaannya banyak menyita biaya dan tenaga yang tidak sedikit (jika memakai alat-alat yang mahal). c. Tidak semua hal yang dapat didemonstrasikan di dalam kelas.

Misalnya alat-alat peraga demonstrasi sangat besar / berat atau berada di tempat jauh.

d. Demonstrasi akan menjadi tidak efektif bila siswa tidak turut akif dan suasana gaduh.19

4.

Cara Mengatasi Kelemahan Metode Demonstrasi

Metode yang digunakan oleh guru pasti ada kelemahannya, namun bagaimana cara mengatasi kelamahan yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Menurut Tayar Yusuf, untuk mengatasi kelemahan metode demonstrasi adalah sebagai berikut :

a. Merumuskan tujuan yang jelas dari sudut kecakapan atau kegiatan yang hendak dicapai.

b. Menetapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan.

19

Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Gaung Persada, 2004), h. 67


(32)

c. Memperhitungkan waktu yang akan diperlukan, termasuk waktu siswa untuk bertanya, memberi komentar, kesimpulan serta catatan yang diperlukan.

d. Selama demonstrasi berlangsung kita dapat mengajukan pertanyaan, apakah keterangan itu dapat didengar oleh siswa dan apakah alat sudah ditempatkan pada posisi yang tepat dsb. e. Menetapkan rencana penelitian, mengenai hasil yang dicapai

melalui demonstrasi.

f. Dapat merekam kembali/mengulangi kembali proses demonstrasi, jika siswa merasa belum paham/mengerti tentang masalah yang dibicarakan.20

C.

Mata pelajaran Fiqh di MTs

1.

Pengertian Fiqh

Mata pelajaran Fiqh adalah salah satu unsur Pendidikan Agama Islam (PAI) yang mengarah pada pengenalan, pemahaman, penghafalan, serta pengamalan Fiqh dalam kehidupan sehari-hari sesuai syariat hukum Islam yang berlaku, Serta meluruskan pandangan hidup sesuai dengan syariat hukum Islam yang menjadi pengalaman dan kebiasaan.

“Fiqh secara bahasa adalah fahmun yang berarti paham. Adapun makna Fiqh secara syara’ adalah mengetahui hukum-hukum syara’ yang berkenaan dengan amal, baik amal anggota maupun amal hati”.21 Seperti dalam surat At-taubah ayat 122



























…..



“...Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama... ( QS. At-taubah : 122)

20

Yusuf, op. cit, h.50-52

21

Abdul Karim Amrullah, Pengantar Ushul Fiqh, (Jakarta : Pustaka Panjimas,1984), cet. IV. h. 2


(33)

Sebagian ulama menyatakan bahwa fiqh ialah pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ yang didapati dari kekuatan ijtihad (kesungguhan) mujtahid. Misalnya berniat adalah wajib sewaktu mengerjakan wudhu.22 Maka permasalahan hukum yang tidak terbit dari ijtihad mujtahid, tidaklah termasuk dalam fiqh lagi. Karena nyatalah bahwa pengetahuan yang yakin atau Qath’i, melainkan kekuatan sangka zhanni.

Menurut Zakiah Darajat menyatakan, “Fiqh menurut para fuqaha ialah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syariat Islam yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci”.23

Berdasarkan definisi di atas dapat di atas peneliti dapat simpulkan bahwa yang dimaksud dengan Fiqh adalah mengetahui hukum-hukum syara’ yang berhubungan dengan perbuatan, baik perbuatan dari prilaku ataupun melalui hati yang didapat dari dalil-dalil tertentu ataupun ijtihad para ulama.

Sedangkan Menurut Mushthafa Zarqa sebagaimana dikutip oleh Dede Rosyada membagi pembahasan fiqh itu menjadi enam bidang yaitu :

a. Ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan bidang ubudiyah, seperti shalat, puasa, dan haji. Inilah yang disebut fiqh ibadah

b. Ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan kehidupan keluarga, seperti perkawinan,perceraian, nafakah dan ketentuan nasab. Inilah ahwal al syakhsyiyah.

c. Ketentuan hukum yang berkaitan dengan hubungan sosial antara umat islam., dalam konteks hubungan ekonomi dan jasa. Seperti jual beli, sewa menyewa dan gadai. Inilah fiqh Mu’amalah

22

Ibid. h. 3

23


(34)

d. Ketentuan hukum yang berkaitan dengan sangsi-sangsi terhadap pelaku tindak kejahatan criminal. Seperti Qishash. Inilah fiqh jinayah.

e. Ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur masalah-masalah hubungan warga Negara dengan pemerintahnya, serta hubungan antara satu Negara dengan yang lainnya. Yaitu fiqh siyasah.

f. Ketentuan-ketentuan yang mengatur etik pergaulan antara seorang muslim dengan yang lainnya dalam tatanan kehidupan sosial.yaitu al-ahkan khuluqiyah.24

2.

Tujuan Mata Pelajaran Fiqh di Madrasah Tsanawiyah

Fiqh di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali siswa agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh baik berupa dalil naqli dan aqli.

Menurut Abdul Wahab Khallaf, “Tujuan mempelajari ilmu fiqh ialah menerapkan hukum syari’at Islam terhadap perbuatan dan ucapan manusia”.25

Jadi, ilmu fiqh itu adalah rujukan (tempat kembali) seorang hakim (qadhi) dalam keputusannya, rujukan seorang Mufti dalam fatwanya, dan rujukan seorang Mukallaf untuk mengetahui hukum syari’at dalam ucapan dan perbuatannya. Inilah tujuan yang dmaksudkan dari semua Undang-Undang untuk umat manusia. Karena dari Undang-Undang itu tidak dimaksudkan kecuali untuk menerapkan materi hukumnya terhadap perbuatan dan ucapan manusia. Selain itu juga untuk membatasi setiap Mukallaf terhadap hal-hal yang diwajibkan atau diharamkan baginya.

Pembelajaran fiqh di Madrasah Tsanawiyah diarahkan untuk mengantarkan siswa dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikankan dalam

24

Dede Rosyada, Hukum Islam Dan Pranata Sosial, ( Jakarta : PT Rajawali pers,1993),h. 64

25

Abdul wahab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 6


(35)

kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara kaffah (sempurna).

Pembelajaran fiqh di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali siswa agar dapat:

a. Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur dalam fiqh ibadah dan hubungan manusia dengan sesama yang diatur dalam fiqh muamalah.

b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.

Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan social. Pembelajaran fiqh diarahkan untuk mengantarkan siswa dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara kaffah (sempurna).26

3.

Ruang Lingkup Materi Pembelajaran Fiqh di MTs

Adapun ruang lingkup Fiqh meliputi keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara lain :

a. Hubungan manusia dengan Allah SWT

b. Hubungan manusia dengan sesama manusia, dan

26

Peraturan Menteri Agama RI nomor 2 tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah.h. 84


(36)

c. Hubungan manusia dengan alam semesta (selain manusia) dan lingkungan.27

D.

Penelitian Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini di antaranya:

1. Hasil penelitian Robiatul Adawiyah (2013) yang berjudul “Penggunaan Metode Demonstrasi Guna Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Fiqh” dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa di Mts Ad-Da’wah kelas IX pada pokok bahasan tata cara pengurusan jenazah. hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar Fiqh pada siklus I siswa dilihat dari keaktifannya dalam mendemonstrasikan materi pada tindakan kelas sebanyak 4 orang (17,23%), pada siklus II siswa dilihat dari keaktifan dalam mendemonstrasikan materi pada tindakan kelas sebanyak 6 orang (28,57), pada tindakan kelas siklus III sebanyak 12 orang (57,14%) . Pada siklus III ini sudah mencapai kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan sekolah dibandingkan dengan keaktifan siswa pada siklus II. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dalam keaktifan siswa melalui penerapan metode Demonstrasi. Yang menjadikan beda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa peneliti lebih mengkhususkan kepada Peningkatan efektivitas penggunaan metode demonstrasi hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fiqh.

2. Hasil penelitian dari Maria Ulfah (2012) yang berjududl “Efektivitas Penerapan Metode Demonstrasi Terhadap Prestasi Belajar Fiqh Siswa Di Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah Jakarta” hasil penelitiannya menunjukkan bahwa nilai r terhitung sebesar 0,464 dan termasuk kategori sedang ( nilai r hitung pada rentang 0,400-0.700) dengan nilai KD sebesar 21,52 %. Dengan demikian terdapat hubungan yang cukup kuat dan signifikan antara penerapan metode

27

Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi,


(37)

demonstrasi terhadap prestasi belajar. Yang menjadikan beda dengan penelitian ini bahwa peneliti lebih mengkhususkan kepada peningkatan efektivitas penggunaan metode demonstrasi hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fiqh.

3. Hasil penelitian dari Anwaruddin (2009) salah satu mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam yang berjudul, “Pengaruh Metode Demonstrasi Terhadap Keberhasilan Belajar PAI Di SMA Mandiri 99 Tangerang”, hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa metode demonstrasi yang diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Mandiri 99 sudah menunjukkan pengaruh yang nyata, oleh karena itu dapat dijadikan andalan bagi guru ketika akan menyampaikan Pendidikan Agama Islam di sekolah. Yang menjadikan beda dengan penelitian ini bahwa penelitian ini lebih mengkhususkan peningkatan efektivitas penggunaan metode demonstrasi dalam mata pelajaran Fiqh.

E.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Dengan menggunakan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran fiqh di Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat, maka diharapkan dapat meningkatkan efektivitas hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar bidang studi fiqh pada siswa kelas VII.1 Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat.

Mata pelajaran Fiqh dengan materi pelajaran shalat jama’, qashar dan jama’ qashar dan ketentuan shalat dalam keadaan darurat , sedangkan bidang kajiannya adalah metode demonstrasi.

Shalat jama’,qashar dan jama’ qashar dan ketentuan shalat dalam keadaan darurat merupakan materi mata pelajaran Fiqh yang memerlukan adanya pemahaman mendalam dan terperinci. Karena proses shalat jama’, qashar dan jama’ qashar berbeda-beda raka’at serta niatnya. Sehingga dalam pelaksanaan shalat jama’, qashar dan


(38)

jama’ qashar itu tidak asal melaksanakan shalat itu harus jelas halangan untuk melakukannya shalat jama’, qashar dan jama’ qashar, dsb.

Kurangnya pemahaman terhadap materi ini menjadikan siswa akan mengalami kesulitan, terlebih dalam dunia nyata mereka dihadapkan dengan persoalan-persoalan yang menuntut mereka untuk melakukan hal itu. Untuk mempelajari shalat jama’, qashar, dan jama’ qashar dan ketentuan shalat dalam keadaan darurat perlu adanya penyajian yang menarik yang dikemas meggunakan metode demonstrasi agar dalam praktiknya siswa dapat mengaplikasikan berdasarkan pemahaman yang mereka dapat di sekolah.


(39)

25

A.

Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di MTs Islamiyah Ciputat Jl. KH. Dewantara No. 23 Ciputat-Tangerang Selatan. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas VII.1 pada semester genap tahun ajaran 2013/2014, dimulai dari bulan Maret 2014 sampai dengan bulan Juli 2014.

Tabel 3.1

Waktu dan Jadwal Penelitian

No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli

1. Persiapan dan

perencanaan √ √

2. Observasi (studi

lapangan) √ √

3. Kegiatan penelitian √ √

4. Analisis data √

5. Laporan penelitian √

B.

Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan

1.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini penelitian tindakan kelas atau classroom action research yang difokuskan pada situasi kelas, Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam


(40)

situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.1 Metode penelitian kelas ini dilakukan pada pembelajaran Fiqh dengan menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari model Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebenarnya model Kemmis dan Mc Taggart merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin, hanya saja model penelitian tindakan Kemmis dan Mc Taggart komponen acting (tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara penerapan acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan harus dilakukan dalam satu kesatuan waktu, ketika tindakan dilaksanakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan.2

Penelitian Tindakan Kelas ini diawali dengan melakukan penelitian study pendahuluan atau observasi (pra penelitian) setelah refleksi awal dan akan dilanjutkan dengan 2 siklus. Dalam setiap siklus atau putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula, dilakukan empat kegiatan pokok, yaitu:

a. Perencanaan

Pada tahap ini juga peneliti membuat RPP, instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi aktivitas belajar mengajar siswa dan guru, catatan lapangan, lembar wawancara dan soal tes untuk awal pre test dan akhir siklus post test, serta kisi-kisi instrumen.

1

Wina sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 26

2

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Prestasi Pustakarya, 2011) h. 30


(41)

b. Tindakan

Pada kegiatan ke-2, adalah pelaksanaan tindakan yang merupakan penerapan yang dilakukan oleh peneliti dan guru yaitu RPP dengan menggunakan metode demonstrasi sesuai dengan fokus masalah dan perencanaan yang telah dibuat oleh peneliti dan guru.

c. Observasi

Kegiatan observasi ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan proses pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan dengan dibantu oleh guru kelas yang bertugas sebagai observer dan kolaborator.

d. Refleksi

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis bersama peneliti dan guru, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang telah dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan.

2.

Desain Penelitian

Setelah melakukan kegiatan pokok PTK yaitu, perencanaan, tindakan, observasi serta analisis dan refleksi maka siklus I selesai, kemudian penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Apabila hasil siklus II sudah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Akan tetapi apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada desain yang dikemukakan oleh Wina sanjaya, sebagai berikut:


(42)

Bagan I

Alur Pelaksanaan PTK

Siklus I

Siklus II

Pelaksanaan tindakan I Perencanaan

tindakan I

permasalahan

Refleksi I Pengamatan/

Pengumpulan data

Permasalahan baru hasil refleksi

Pelaksanaan tindakan II Perencanaan

tindakan II

Refleksi II Pengamatan/

Pengumpulan data II

Apabila permasalahan belum

terselesaikan

Dilanjutkan ke siklus


(43)

C.

Subjek Penelitian dan Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII.1 Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat Observer yang terlibat dalam kegiatan penelitian ini yaitu guru bidang studi Fiqih kelas VII.1 sebagai pengamat jalannya penelitian sekaligus berperan sebagai kolaborator.

Pada saat pelaksanaan tindakan, guru Fiqh membantu peneliti mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Selain itu, guru Fiqh juga melakukan observasi dan penilaian terhadap peneliti pada saat melakukan tindakan dan untuk mendapatkan informasi dalam rangka perbaikan pada pelaksanaan tindakan selanjutnya.

D.

Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku penelitian. Peneliti bekerja sama dengan guru bidang study Fiqh sebagai kolaborator dan observer. Sebagai kolaborator yaitu bekerja dalam hal membuat rancangan pembelajaran, melakukan refleksi dan menentukan tindakan-tindakan pada siklus selanjutnya.

Kerja sama antara guru Fiqh dan peneliti menjadi hal yang sangat penting dan memiliki kedudukan yang setara dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, dalam arti masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan.

E.

Tahapan Intervensi Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini Dimaksudkan untuk melihat bagaimana efektivitas belajar siswa setelah diberikan tindakan.

1) Observasi Pendahuluan

a. Observasi kegiatan belajar

pada kegiatan ini peneliti mengamati kondisi pembelajaran metode demonstrasi pada kelas VII-1 Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat.


(44)

b. Wawancara dengan guru dan siswa

Wawancara dilakukan sebelum tindakan, wawancara sebelum tindakan untuk mengetahui bagaimana kondisi pembelaran metode demonstrasi di kelas VII-1 dan juga untuk mengetahui sejauh mana tingkat efektivitas belajar siswa dalam belajar fiqh.

2) Tahapan Penelitian a. Tahap Perencanaan

1) Pembuatan rancangan perencanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode demonstrasi

2) Penentuan materi shalat jama’, qashar dan jama’ qashar dalam RPP dan disusun berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

b. Tahap Pelaksanaan

1) Memberikan pre test untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa 2) Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi 3) Pembelajaran menggunakan 2 siklus, pada siklus 1 terdiri dari 3kali

pertemuan sedangkan siklus ke II terdiri dari 2 kali pertemuan

4) Pertemuan pertama, menjelaskan pengertian shalat jama’ dan shalat qashar

5) Pertemuan kedua, menjelaskan pengertian shalat jama’ qashar serta membagikan kelompok yang ditentukan oleh peneliti serta menjelaskan langkah-langkah metode demonstrasi.

6) Pertemuan ketiga, siswa melakukan praktek shalat jama’, qashar dan jama’ qashar dengan aturan yang telah dijelaskan sebelumnya oleh peneliti dan peneliti mengawasi jalannya metode demonstrasi, kemudian diakhiri dengan post test.

7) Pada setiap pertemuan guru kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya.


(45)

c. Tahap Pengamatan

1) Melakukan wawancara guru dan siswa setelah tindakan kelas.

2) Melakukan wawancara setelah tindakan dengan guru fiqh kelas VII-1 untuk mengetahui respon guru mengenai metode demonstrasi.

3) Wawancara bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas belajar siswa telah digunakan metode demonstrasi serta untuk mengetahui perubahan yang ada pada siswa dari segi efekivitas dan hasil belajar siswa dalam belajar fiqh.

d. Tahap Refleksi

1) Pada tahap refleksi dilakukan analisis dari hasil observasi yang telah diisi oleh guru kolaborator dan juga hasil wawancara sebelum dan sesudah dilakukan tindakan.

2) Analisis didiskusikan dengan guru kolaborator, kemudian dibuat perbaikan-perbaikan berdasarkan kekurangan yang ada.

3) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penelitian.

4) Membandingkan hasil sebelum dan sesudah tindakan kelas.

F.

Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah meningkatnya efektivitas penggunaan metode demonstrasi hasil belajar siswa dalam belajar Fiqh menggunakan metode pembelajaran metode demonstrasi yaitu semua siswa mampu mencapai skor belajar lebih besar dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang mencapai 75 %.

G.

Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian dianalisis berdasarkan hasil pre test dan post test, lembar observasi, serta hasil wawancara terhadap guru kolaborator dan siswa. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah guru, siswa dan peneliti.


(46)

Tahap penelitian ini diawali dengan dilakukannya pra penelitian atau penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan yang berupa siklus, terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada tindakan I, penelitian akan dilanjutkan dengan tindakan II, jika data yang diperoleh memerlukan penyempurnaan akan dilanjutkan kembali pada tindakan III dan seterusnya. Bagan kegiatan ini sebagai berikut:

Siklus I Kegiatan

1. Perencanaan  Mempersiapkan rencana pembelajaran sesuai dengan materi yang telah disiapkan.

 Mempersiapkan lembar kegiatan sesuai dengan metode Demonstrasi.

 Mempersiapkan instrumen (tes bacaan, lembar observasi, catatan lapangan, dan wawancara).

 Mempersiapkan lembar tes akhir (post tes) untuk mengetahui hasil dari kegiatan tersebut. 2. Tindakan  Melaksanakan langkah-langkah sesuai rencana

pembelajaran yang telah disusun.

 Melaksanakan proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Demonstrasi .

 Melakukan post tes untuk mengetahui hasil belajar siswa sesudah diterapkannya metode Demonstrasi.

3. Pengamatan (observasi)

 Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran dengan menggunakan metode Demonstrasi.

 Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran.


(47)

 Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dengan aktivitas siwa.

4. Refleksi  Peneliti bersama kolaborator mengevaluasi proses pembelajaran siklus I. Hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan hasil evaluasi siklus I digunakan sebagai acuannya.

Siklus II dan seterusnya Siklus II akan dilanjutkan apabila tidak memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yaitu siswa harus tuntas belajar. Pelaksanaan alur siklus II sama dengan pelaksanaan alur siklus I dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I.

Penyusunan laporan

penelitian

Hasil tes pada siklus I dan II, hasil observasi dan hasil wawancara.

Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. 1. Data kualitatif : hasil observasi proses pembelajaran, hasil observasi

aktivitas belajar Fiqih siswa, hasil observasi aktivitas demonstrasi siswa, lembar catatan lapangan, hasil wawancara terhadap guru dan siswa, dan hasil dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran).

2. Data kuantitatif : nilai hasil tes tiap siklus.

3. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru dan peneliti.

H.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian terdiri atas dua jenis yaitu:


(48)

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tes (pre Test dan post test)

Tes tertulis itu berupa tes awal (pre test) dan tes akhir (post test). tes awal adalah tes yang dilaksanakan awal pembelajaran untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Sedangkan tes akhir dilaksanakan pada akhir pembelajaran untuk mengetahui kemampuan siswa setelah pembelajaran berlangsung. Soal-soal tes awal dibuat sama dengan soal-soal tes akhir.

Tes tersebut dalam bentuk tes obyektif jenis Essay sebanyak 5 butir. Tes ini diberikan kepada siswa kelas VII.I sebelum dan sesudah pembelajaran untuk memperoleh gambaran hasil belajar siswa sebelum dan sesudah aktivitas pembelajaran dengan menggunakan metode Demonstrasi.

2. Lembar observasi

Untuk memperoleh data tentang kondisi pelaksanaan metode pembelajaran di kelas dan sebagai bahan refleksi untuk perbaikan pada siklus selanjutnya. 3. Pedoman Wawancara

Pada wawancara, tahap analisis dilakukan dengan menginterpretasikan hasil wawancara guru kolaborator dan subyek. Sehingga dapat diketahui respon dan kesan guru kolaborator dan subyek pada proses pembelajaran yang menggunakan metode Demonstrasi.

4. Kisi-kisi instrument

a. Tes pengetahuan (Kognitif)

Tes tertulis pre test Dan post test yang diberikan kepada subyek yang teramat dalam bentuk soal objektif.


(49)

Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil belajar Siklus I

No Kompetensi

Dasar

Indikator Kemampuan Bentuk

Soal

Nomor Soal C1 C2 C3

1.

2.

Menjelaskan ketentuan shalat jama’, qashar, dan jama’ qashar

Mempraktikan shalat jama’, qashar dan jama’ qashar

Memberikan

definisi tentang pengertian shalat jama’, qashar dan jama’ qashar

√ Essay 1, 2

Menjelaskan syarat-syarat shalat jama’, qashar dan jama’ qashar √ Essay 4 Menjelaskan macam-macam shalat jama', qashar dan jama’ qashar

Essay 2

Menjelaskan tata cara shalat jama’, qashar dan jama’ qashar

√ Essay 5

Mendemonstrasikan shalat jama’, qashar dan jama’ qashar

Jumlah 5

Keterangan: C1 = Ingatan

C2 = Pemahaman


(50)

Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil belajar Siklus II

No Kompetensi

Dasar

Indikator Kemampuan Bentuk

Soal

Nomor Soal C1 C2 C3

1.

2.

Menjelaskan ketentuan Shalat dalam keadaan darurat ketika sedang sakit dan dikendaraan. Mempraktikan shalat dalam keadaan darurat ketika sedang sakit dan di kendaraan.

Mengidentifikasi pengertian shalat dalam keadarurat dan dalilnya

√ Essay 1, 2, 3

Menjelaskan tata cara ketentuan shalat dalam keadaan sakit

Essay

4

Menjelaskan tata cara ketentuan shalat dalam kendaraan

Essay 5

Mendemonstrasikan shalat dalam keadaan darurat

Jumlah 5

Keterangan: C1 = Ingatan

C2 = Pemahaman


(51)

5. Foto

Foto digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan yang berlangsung pada siklus I dan II.

I.

Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi aktivitas belajar Fiqh siswa; diperoleh dari lembar observasi aktivitas yang diisi oleh observer pada setiap pertemuan. Hasil observasi proses pembelajaran Fiqh di kelas, data ini berasal dari hasil observasi terhadap tindakan pembelajaran.

2. Observasi aktivitas kerjasama siswa dalam kelompok; diperoleh dari lembar observasi yang diisi oleh observer pada setiap pertemuan.

3. Nilai hasil belajar diperoleh dari tes hasil belajar siswa yang dilakukan pada setiap akhir siklus.

4. Wawancara : peneliti melakukan wawancara terhadap guru bidang studi Fiqih dan siswa pada tahap pra penelitian dan pada akhir siklus.

5. Catatan lapangan; catatan lapangan ini dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung untuk mencatat kejadian-kejadian selama proses pembelajaran yang tidak teramati dari lembar observasi.

6. Dokumentasi ; dokumentasi yang dimaksud adalah berupa foto-foto yang diambil pada saat proses pembelajaran yang diperoleh dari setiap siklus.

Setelah semua data terkumpul, peneliti bersama guru kolaborator melakukan analisis dan evaluasi data untuk mengambil kesimpulan tentang perkembangan hasil belajar Fiqih siswa, tentang kelebihan dan kekurangan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan.

J.

Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Study

Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik tentunya diperlukan instrument yang kualitasnya baik pula. Instrument yang baik dapat ditinjau dari validitas.


(52)

Validitas adalah derajat ketetapan suatu alat ukur tentang pokok isi atau arti sebenarnya yang diukur.3 Suatu instrument dapat dikatakan valid apabila instrument tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Instrument yang digunakan adalah untuk mengukur kemampuan efektif atau tidaknya hasil belajar Fiqh siswa dilihat dari formatif akhir siklus. Validitas yang digunakan untuk instrument kemampuan keefektivitasan hasil belajar Fiqh siswa. Yaitu content validity (validitas isi) yang termasuk validitas Rasional Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.4 Dalam validitas yang digunakan dengan mengkonsultasikan instrument tes kepada para pakar. Dalam hal ini peneliti berkonsultasi dengan dosen pembimbing dan guru pamong yang merupakan pakar di bidang pendidikan termasuk dalam mata pelajaran Fiqh.5

K.

Teknik Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis

Menganalisis hasil observasi proses pembelajaran yaitu hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran peneliti dan hasil observasi prestasi belajar siswa. Menganalisis jurnal harian dengan mengelompokkan respons siswa ke dalam kelompok berkomentar positif, negatif, netral dan tidak berkomentar kemudian dihitung presentasenya.

Tahap analisis data di mulai dengan menyajikan keseluruhan data yang diperoleh dari berbagai sumber, membaca data, kemudian mengadakan rekapitulasi data dan menyimpulkannya. Data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat dan skala penilaian hasil belajar siswa diubah menjadi kalimat-kalimat yang bermakna.

Efektivitas pembelajaran diukur dengan ketentuan KKM mata pelajaran Fiqh di MTs Islamiyah Ciputat, yaitu 75. Dalam menganalisis tingkat keberhasilan atau

3

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta :PT Raja Grafindo Persada, 2011), h.164

4

Ibid., h.164

5


(53)

persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya (siklus) dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir siklus. Teknis analisis data kuantitatif pada hasil belajar menggunakan analisis statistik deskriptif dengan menjumlah, mencari mean (rata-rata) dan presentase keberhasilan belajar.

L.

Pengembangan Perencanaan Tindakan

Setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Fiqh maka akan ditindak lanjuti untuk melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Siklus ini terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II.

Penelitian ini berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa penelitian ini telah berhasil menguji penerapan metode pembelajaran melalui Metode Demonstrasi dalam meningkatkan prestasi belajar Fiqh siswa dalam proses pembelajaran.

Kegiatan penelitian yang peneliti akan lakukan memerlukan perencanaan dan persiapan yang cukup panjang. Adapun perencanaan tindakannya adalah peneliti mempersiapkan instrumen penelitian seperti lembar observasi aktivitas belajar siswa, soal-soal yang dipergunakan untuk latihan dan soal-soal tes formatif untuk menilai hasil belajar Fiqh siswa serta lembar wawancara untuk guru dan siswa. Peneliti juga dapat menggunakan lembar kerja siswa yang dibuat peneliti sendiri atau yang disarankan pihak sekolah.

Dalam melakukan penelitian, guru bidang studi Fiqh berkolaborasi dengan observer yang dalam hal ini adalah teman seprofesi untuk membantu kelancaran penelitian dan dapat juga sebagai kolaborator untuk berdiskusi membicarakan kegiatan untuk siklus selanjutnya.


(54)

Penelitian ini berakhir, setelah berhasil menguji penerapan pembelajaran metode demonstrasi pada materi Fiqh dalam peningkatan efektivitas pembelajaran hasil belajar.


(55)

41

A.

Profil Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat

1.

Sejarah Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di MTs Islamiyah Ciputat pada kelas VII semester genap tahun pelajaran 2013/2014 dengan materi ketentuan shalat jama’, qashar dan jama’ qashar serta ketentuan shalat dalam keadaan darurat.

Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat berdomisili di Jl. KH. Dewantara No. 23 Ciputat Telp. 28752974 Kecamatan Ciputat, Kota Tanggerang Selatan 15411 yang secara geografis terletak dekat kantor Kelurahan Ciputat, dan mudah dijangkau dari segala arah melalui banyak sarana transportasi.

Madrasah Tsanawiyah ini merupakan cikal bakal tebentuknya Yayasan Islamiyah Ciputat, ini dikarenakan Madrasah Tsanawiyah Islamiyah adalah unit sekolah pertama yang berdiri dari diantara sekolah-sekolah yang ada di Yayasan Islamiyah Ciputat. Tahun berdirinya sekitaran tahun 1978 adapun bulan tepatnya sekitaran bulan Agustus. Dan kemudian berdirilah sekolah-sekolah yang lain hingga jejang STIE Islamiyah Ciputat.

Yayasan Islamiyah itu sendiri membawahi beberapa sekolah termasuk didalamnya Madrasah Tsanawiyah Islamiyah, SMP Islamiyah, MA Islamiyah, SMK Islamiyah, yang terakhir adalah STIE Islamiyah. Padaperkembangannya Mts ini cukup bagus dan telah menciptakan lulusan yang banyak berkompeten di bidangnya masing-masing. Setelah adanya SMP Islamiyah banyak orang tua yang memilihkan anaknya untuk disekolahkan di SMP, ini mengakibatkan berkurangnya jumlah siswa di Madrasah Tsanwiyah itu sendiri.


(56)

Adapun karena Madrasah Tsanawiyah merupakan sebuah lembaga yang bernuansakan Islam, maka dari jenis pelajarannya pun cukup padat. Ini dikarenakan agar para siswa mempunyai jiwa keislaman yang lebih dari sekolah-sekolah lain. Selain itu ekstrakulikulernya pun banyak yang bernuansakan keislaman. Contohnya seperti nasyid, marawis, pidato dan jenis-jenis kegiatan keislaman lainnya.

Salah satu pendiri Yayasan Islamiyah bernama Bapak Zarkasih Noor, beliau bersama-sama dengan saudaranya mengembangkan yayasan tersebut hingga seperti sekarang.

2.

Visi, Misi dan Tujuan

a.

Visi

Terbentuknya manusia unggul dalam iman, ilmu, dan amal yang berhaluan ahlussunah wal jamaah

b.

Misi

- Membentuk siswa yang berakhlakul karimah

- Meningkatkan prestasi siswa baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler

- Melatih dan membimbing siswa untuk selalu ikhlas dalam tindakan maupun perbuatan

- Menjunjung tinggi dan melaksanakan kaidah-kaidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah

3.

Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Kebanyakan tenaga pengajar ataupun tenaga kependidikan yang ada di MTs. Islamiyah berlatar belakang pendidikan sarjana tingkat satu. Yang berasal dari universitas yang berada disekitar Jakarta, dan kebanyakan berasal dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(57)

Guru yang ada di Mts. Islamiyah berjumlah 18 orang dan seorang staf TU. Karena MTs banyak memuat mengenai materi yang bermuatan Islam tenaga kependidikannyapun banyak yang berlatar belakangkan jurusan-jurusan Islam. Adapun kepala sekolahnya ditunjuk langsung oleh pihak yayasan yang memayungi MTs. Islamiyah. Tenaga pengajar di MTs ini tidak hanya memegang satu mata pelajaran hal ini dikarenakan kurangnya tenaga pengajar yang berada di MTs ini.

Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan yayasan ini pun sering melakukan program peningkatan kualitas guru. Ini dilakukan agar meningkatnya kualitas pengajaran agar sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini. Dalam pengajarannya guru-guru disi sudah mulai menggunakan metode yang berpusat pada siswa (Student Center) ini dilakukan agar siswa tidak bosan dalam melakukan pembelajaran. Hal ini pula dilakukan agar siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Guna menunjang proses pembelajaran yang berlasung guru-guru di Mts.Islamiyah diwajibkan lulusan S1. Ini sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sedangkan dari staff TU sendiri hanya satu dan mereka saling berkordinasi dengan kantor pusat yaitu Yayasan Islamiyah, maka latar belakang dari staff tersbut juga masih dalam proses gelar S1.

4.

Data Siswa

Siswa-siswi yang bersekolah di Mts. Islamiyah ini berasal dari sekitaran Ciputat ini dikarenakan letak Mts ini yang mudah diakses dari segala arah transportasi. Kebanyakan siswanya berasal dari kalangan menengah kebawah. Siswa sangat kurang minat membacanya.

Dari tahun ketahun jumlah siswa yang ada di MTs ini mengalami peningkatan ini dikarenakan semakin baiknya pola pengajaran yang dilakukan oleh guru-guru. Berikut ini adalah data jumlah siswa MTs. Islamiyah tiga tahun kebelakang.


(58)

Tahun Ajaran

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah VII

– IX Jml Sisw a Jml Rombe l Jml Sisw a Jml Rombe l Jml Sisw a Jml Rombe l Jml Sisw a Jml Rom bel 2010/201

1 70 2 76 2 74 2 220 6

2011/201

2 88 2 72 2 70 2 230 6

2012/201

3 102 3 91 2 74 2 267 7

2013/201

4 102 3 100 3 81 2 283 8

5.

Sarana Prasarana

Sarana yang ada di sekitaran MTs. Islamiyah ini cukup memadai untuk standar sekolah. Tetapi sangat disayangkan belum lengkapnya perpustakan yang ada di sekolah di MTs. Islamiyah ini hanya mempunyai perpustakaan mini. Berikut ini data sarana yang berada di sekolah MTs. Islamiyah.

No. Jenis

Prasarana Jumlah Ruang Jumlah Ruang Kondisi Baik Jumlah Ruang Kondisi Rusak Kategori Kerusakan Ket Rusak Ringan Rusak Sedang Rusak Berat

1 Ruang Kelas 8 8

2 Perpustakaan 1 1

3. R. Lab IPA 1 1

4 R. Lab Biologi - -


(59)

6 R. Lab Kimia - -

7

R. Lab

Komputer 2 2

8 R. Lab Bahasa 1 1

9 R. Pimpinan 1 1

10 R. Guru 1 1

11 R. Tata Usaha 1 1

12 R. Konseling 1 1

13 Tempat Ibadah 1 1

14 R. UKS 1 1

15 Jamban 5 5

16 Gudang 1 1

17 R. Sirkulasi - -

18

Tempat

Olahraga 2 2

19 R. OSIS 1 1

20 R. Lainnya - -

B.

Deskripsi Data

1.

Kondisi Awal

Untuk mengetahui data penelitian, peneliti melakukan pengumpulan data sebelum melakukan tindakan kelas. Pengumpulan data penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan test untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa mengenai materi tentang ketentuan shalat jama’, qashar dan jama’ qashar serta ketentuan shalat dalam keadaan darurat. Wawancara dengan guru serta pengamatan pada siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 4 Maret - 13 Mei 2014 Tujuan penelitian pendahuluan ini untuk menentukan fokus penelitian.


(60)

Pada hari selasa, tanggal 4 Maret 2014 peneliti menemui kepala sekolah untuk memperjelas tujuan dan maksud kadatangan peneliti ke sekolah. Sekaligus menemui guru bidang study fiqh dan siswa. Kemudian pada tanggal 11 Maret 2014 peneliti melakukan wawancara dan pengamatan pembelajaran di Kelas.

Pengamatan peneliti berdasarkan hasil wawancara dengan 3 siswa kelas VII.1 bahwa pada saat pembelajaran mereka merasa jenuh, bosan dan kurang asyik dalam pembelajaran. Dalam pengamatan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung terdapat sebagian siswa yang merasakan kurang semangat, mengantuk, ada yang asyik bercanda serta mengobrol dan tidak memperhatikan dan bosan serta jenuh dan kurang adanya timbal balik antara guru dan siswa karena, guru terlalu monoton dalam mengajar.

Sebelum melakukan tindakan kelas, peneliti bersama guru mata pelajaran Fiqh mendiskusikan masalah yang sedang dihadapi oleh siswa. Masalah yang perlu diatasi adalah metode pembelajaran yang monoton sehingga siswa bosan dan jenuh dalam proses pembelajaran.

Indikator yang digunakan peneliti untuk peningkatan efektivitas penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran mata pelajaran Fiqh serta meningkatnya hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil observasi awal dan hasil wawancara dengan guru dan siswa, maka dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan efektivitas dalam penggunaan metode demonstrasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran fiqh. Maka, peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan metode PTK.

2.

Tindakan Pembelajaran Siklus I

Tindakan pembelajaran siklus I merupakan tindakan awal yang sangat penting, hal ini dikarenakan analisis dari hasil tindakan pembelajaran ini akan dijadikan sebagai refleksi bagi peneliti pada tindakan pembelajaran selanjutnya. Kegiatan penelitian pada siklus I dilaksanakan tiga kali pertemuan, setiap


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Minat membaca buku pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS) Islamiyah Ciputat: studi kasus pada siswa Kelas VII MTs Islamiyah Ciputat

2 99 121

“Pengaruh Metode Pembelajaran Demonstrasi terhadap Hasil Belajar Siswa” (Sebuah Penelitian Quasi Eksperimen di MTs Islamiyah Ciputat).

1 17 196

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VII Smp Islamiyah Ciputat : penelitian tindakan kelas di SMP Islamiyah Ciputat

0 8 0

METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN ELEMEN GERAK TARI MATA PELAJARAN SENI BUDAYA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 26 SEMARANG

1 43 108

EFEKTIFITAS METODE DEMONSTRASI PADA PEMBELAJARAN FIQH DI MADRASAH IBTIDAIYYAH YAPPI PUCUNG SEMIN GUNUNGKIDUL

0 3 81

PENINGKATAN PEMBELAJARAN FIQH IBADAH DENGAN MENERAPKAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS VII C SMP Peningkatan Pembelajaran Fiqh Ibadah Dengan Menerapkan Metode Demonstrasi Di Kelas Vii C SMP Muhammadiyah 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017.

0 2 16

PENINGKATAN PEMBELAJARAN FIQH IBADAH DENGAN MENERAPKAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS VII C SMP Peningkatan Pembelajaran Fiqh Ibadah Dengan Menerapkan Metode Demonstrasi Di Kelas Vii C SMP Muhammadiyah 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017.

0 4 17

PENDAHULUAN Peningkatan Pembelajaran Fiqh Ibadah Dengan Menerapkan Metode Demonstrasi Di Kelas Vii C SMP Muhammadiyah 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017.

0 2 4

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI TERHADAP PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN MATA Efektivitas Penggunaan Metode Demontrasi Terhadap Pemahaman Siswa Pada Materi Interaksi Manusia Dengan Lingkungan Mata Pelajaran IP

0 2 11

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI TERHADAP PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI INTERAKSI MANUSIA Efektivitas Penggunaan Metode Demontrasi Terhadap Pemahaman Siswa Pada Materi Interaksi Manusia Dengan Lingkungan Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII MTs

0 5 17