Hubungan Variabel Individu Pengetahuan, Umur, Masa Kerja,

Kesehatan selalu memotivasi dan memberikan penghargaan kepada bidan dalam melakukan tindakan dalam penanganan perlengketan plasenta sebanyak 32 bidan 66,7.

4.3 Hubungan Variabel Individu Pengetahuan, Umur, Masa Kerja,

Pendidikan, Keterampilan dengan Variabel Dependen Penanganan Perlengketan Plasenta 4.3.1 Hubungan Variabel Individu Pengetahuan Bidan dengan Penanganan Perlengketan Plasenta pada Ibu Bersalin Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan penanganan perlengketan plasenta diperoleh data bahwa dari 31 bidan yang berpengetahuan baik ditemukan bidan yang menangani perlengketan plasenta secara tepat sebesar 48,4 dan 51,6 menangani perlengketan plasenta secara tidak tepat. Sedangkan dari 17 bidan berpengetahuan kurang dengan penanganan perlengketan plasenta sebanyak 8 bidan 47,1 menangani perlengketan plasenta secara tepat dan 9 bidan 52,9 menangani perlengketan plasenta secara tidak tepat. Hasil uji statistik didapat nilai p = 0,930 p 0,05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penanganan perlengketan plasenta, dapat dilihat pada Tabel 4.14 berikut ini : Tabel 4.14 Hubungan Variabel Individu Pengetahuan Bidan dengan Penanganan Perlengketan Plasenta pada Ibu Bersalin Pengetahuan Penanganan Perlengketan Plasenta Jumlah p χ2 Tepat Tidak tepat n n n Baik 15 48,4 16 51,6 31 100,0 0,930 0,008 Kurang 8 47,1 9 52,9 17 100,0 Universitas Sumatera Utara 4.3.2 Hubungan Variabel Individu Umur Bidan dengan Penanganan Perlengketan Plasenta pada Ibu Bersalin Berdasarkan hasil analisis hubungan umur bidan dengan penanganan perlengketan plasenta didapat hasil umur bidan ≥ 35 tahun ada 20 bidan yaitu yang menangani perlengketan plasenta secara tepat sebanyak 14 bidan 70,0 dan yang menangani perlengketan plasenta secara tidak tepat sebanyak 6 bidan 30,0. Bidan berumur 35 tahun sebanyak 28 orang, yang menangani perlengketan plasenta secara tepat sebanyak 9 bidan 32,1 dan yang menangani perlengketan plasenta secara tidak tepat sebanyak 19 bidan 67,9. Hasil uji statistik dengan uji chi square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara umur bidan dengan penanganan perlengketan plasenta pada ibu bersalin p = 0,010. Hubungan umur dengan penanganan perlengketan plasenta pada ibu bersalin dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut ini: Tabel 4.15 Hubungan Variabel Individu Umur Bidan dengan Penanganan Perlengketan Plasenta pada Ibu Bersalin Umur Penanganan Perlengketan Plasenta Jumlah p χ2 Tepat Tidak tepat n n n ≥ 35 tahun 14 70,0 6 30,0 20 100,0 0,010 6,70 35 tahun 9 32,1 19 67,9 28 100,0 4.3.4 Hubungan Variabel Individu Masa Kerja Bidan dengan Penanganan Perlengketan Plasenta pada Ibu Bersalin Diperoleh data dari 16 bidan yang memiliki masa kerja ≥ 5 tahun sebanyak 13 bidan 76,5 menangani perlengketan plasenta secara tepat dan 4 bidan 23,5 Universitas Sumatera Utara menangani perlengketan plasenta secara tidak tepat, sedangkan dari 31 bidan yang memiliki masa kerja 5 tahun sebanyak 10 bidan 32,3 menangani perlengketan plasenta secara tepat dan 21 bidan 67,7 menangani perlengketan plasenta secara tidak tepat. Berdasarkan hasil terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan penanganan perlengketan plasenta p = 0,006, yang dapat dilihat pada Tabel 4.16 berikut ini: Tabel 4.16 Hubungan Variabel Individu Masa Kerja Bidan dengan Penanganan Perlengketan Plasenta pada Ibu Bersalin Masa Kerja Penanganan Perlengketan Plasenta Jumlah p Tepat Tidak tepat χ2 n n n ≥ 5 tahun 13 76,5 4 23,5 17 100,0 0,006 8,600 5 tahun 10 32,3 21 67,7 31 100,0 4.3.5 Hubungan Variabel Individu Pendidikan Bidan dengan Penanganan Perlengketan Plasenta pada Ibu Bersalin Pada Tabel 4.17 didapatkan dari 29 bidan yang pendidikannya tinggi, ada 17 bidan 58,6 menangani perlengketan plasenta secara tepat dan 12 bidan 41,4 menangani perlengketan plasenta secara tidak tepat. Sebanyak 19 bidan yang pendidikannya menengah ada 6 bidan 31,6 menangani perlengketan plasenta secara tepat dan 13 bidan 68,4 menangani perlengketan plasenta secara tidak tepat. Hasil uji analisis menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan bidan dengan penanganan perlengketan plasenta dengan nilai p = 0,067, secara jelas dapat dilihat sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.17 Hubungan Variabel Individu Pendidikan Bidan dengan Penanganan Perlengketan Plasenta pada Ibu Bersalin Pendidikan Penanganan Perlengketan Plasenta Jumlah p Tepat Tidak tepat χ2 n n n Tinggi 17 58,6 12 41,4 29 100,0 0,067 3,364 Menengah 6 31,6 13 68,4 19 100,0 4.3.6 Hubungan Variabel Individu Keterampilan Bidan dengan Penanganan Perlengketan Plasenta pada Ibu Bersalin Hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara keterampilan dengan penanganan perlengketan plasenta, dengan nilai p = 0,001. Dari 17 bidan yang memiliki keterampilan sesuai dengan prosedur terdapat 14 bidan 82,4 menangani perlengketan plasenta secara tepat dan 3 bidan 17,6 menangani perlengketan plasenta secara tidak tepat, sedangkan 31 bidan tidak memiliki keterampilan sesuai dengan prosedur terdapat 9 bidan 29,0 menangani perlengketan plasenta secara tepat dan 22 bidan 71,0 menangani perlengketan plasenta secara tidak tepat Tabel 4.18 Hubungan Variabel Individu Keterampilan Bidan dengan Penanganan Perlengketan Plasenta pada Ibu Bersalin Keterampilan Penanganan Perlengketan Plasenta Jumlah p Tepat Tidak tepat χ2 n n n Terampil 14 82,4 3 17,6 17 100,0 0,001 12,508 Tidak terampil 9 29,0 22 71,0 31 100,0 Universitas Sumatera Utara 4.4 Hubungan Variabel Organisasi Ketersediaan Alat dengan Penanganan Perlengketan Plasenta pada Ibu Bersalin Pada Tabel 4.19 terlihat bahwa dari 20 bidan menyediakan alat yang lengkap terdapat 15 bidan 75,0 yang menangani perlengketan plasenta secara tepat dan 5 bidan 25,0 yang menangani perlengketan plasenta secara tidak tepat, sedangkan dari 28 bidan menyediakan alat yang tidak lengkap terdapat 8 bidan 28,6 yang menangani perlengketan plasenta secara tepat dan 20 bidan 71,4 yang menangani perlengketan plasenta secara tidak tepat. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan alat dengan penanganan perlengketan plasenta dengan nilai p = 0,002. Tabel 4.19 Hubungan Variabel Individu Ketersediaan Alat dengan Penanganan Perlengketan Plasenta pada Ibu Bersalin Ketersediaan Alat Penanganan Perlengketan Plasenta Jumlah p Tepat Tidak tepat χ2 n n n Lengkap 15 75,0 5 25,0 20 100,0 0,002 10,077 Tidak lengkap 8 28,6 20 71,4 28 100,0 4.5 Hubungan Variabel Psikologis Dukungan Dinas Kesehatan dengan Penanganan Perlengketan Plasenta pada Ibu Bersalin Berdasarkan hasil analisis hubungan dukungan dinas kesehatan dengan penanganan perlengketan plasenta didapatkan sebanyak 25 bidan yang mendapatkan dukungan dari dinas terdiri dari 10 bidan 40,0 yang menangani perlengketan plasenta secara tepat dan 15 bidan 60,0 yang menangani perlengketan plasenta secara tidak tepat. Bidan yang tidak mendapatkan dukungan dari dinas sebanyak 23 Universitas Sumatera Utara bidan terdiri dari 13 bidan 56,5 yang menangani perlengketan plasenta secara tepat dan 10 bidan 43,5 yang menangani perlengketan plasenta secara tidak tepat. Hasil uji statistik dengan uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan dinas kesehatan dengan penanganan perlengketan plasenta pada ibu bersalin p = 0,252. Hubungan dukungan dinas kesehatan dengan penanganan perlengketan plasenta pada ibu bersalin dapat dilihat pada Tabel 4.20 berikut ini: Tabel 4.20 Hubungan Variabel Individu Dukungan Dinas Kesehatan dengan Penanganan Perlengketan Plasenta pada Ibu Bersalin Dukungan Dinas Kesehatan Penanganan Perlengketan Plasenta Jumlah p Tepat Tidak tepat χ2 n n n Ada dukungan 10 40,0 15 60,0 25 100,0 0,252 1,310 Tidak ada dukungan 13 56,5 10 43,5 23 100,0 4.6 Pengaruh Variabel Independen yaitu Individu Pengetahuan, Umur, Masa Kerja, Pendidikan, Keterampilan, Variabel Organisasi Ketersediaan Alat dan Variabel Psikologis Dukungan Dinas Kesehatan terhadap Variabel Dependen Penanganan Perlengketan Plasenta Untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi bidan umur, masa kerja, pendidikan, keterampilan, ketersediaan alat, dan dukungan dinas kesehatan dalam penanganan perlengketan plasenta pada ibu bersalin menggunakan uji regresi logistik ganda multiple logistic regression yaitu salah satu pendekatan model matematis untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen kategorik yang bersifat dikotomi atau binary. Variabel yang Universitas Sumatera Utara dimasukkan dalam model prediksi regresi logistik ganda adalah variabel yang mempunyai nilai p 0,25 pada analisis bivariatnya. Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh bahwa variabel independen yang memiliki nilai probabilitas p lebih kecil dari 0,25 adalah variabel umur, masa kerja, pendidikan, keterampilan dan ketersediaan alat. Selanjutnya adalah pemilihan model yang dilakukan secara bersama dengan cara semua variabel dimasukkan ke dalam model, kemudian variabel yang tidak signifikan p 0,05 secara otomatis dikeluarkan komputer dari dalam model secara bertahap backward LR. Hasil akhir analisis multivariat dapat dilihat pada Tabel 4.21 berikut : Tabel 4.21 Hasil Akhir Uji Regresi Logistik Berganda Pengaruh Variabel Independen Masa Kerja, Keterampilan dan Ketersediaan Alat terhadap Penanganan Perlengketan Plasenta pada Ibu Bersalin di Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2012 Variabel B Sig. Exp B 95 Cl Masa kerja 2,043 0,025 7,715 1,287-46,242 Keterampilan 2,994 0,002 19,963 3,000-132,833 Ketersediaan alat 1,902 0,028 6,697 1,223-36,683 Constant -4,343 0,001 0,013 - Setelah dilakukan analisis multivariat, didapatkan hasil bahwa masa kerja p=0,025, keterampilan p=0,002 dan ketersediaan alat p=0,028 berpengaruh terhadap penanganan perlengketan plasenta pada ibu bersalin di Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara tahun 2013. Variabel yang paling dominan adalah variabel keterampilan yaitu pada nilai koefisien regresi B= 2,994. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, variabel masa kerja diperoleh nilai Exp B sebesar 7,715, sehingga dapat disimpulkan bahwa bidan yang memiliki masa Universitas Sumatera Utara kerja 5 tahun akan mempunyai kemungkinan 7,7 kali lebih besar untuk menangani perlengketan plasenta dengan tindakan tidak tepat dibanding dengan bidan dengan masa kerja ≥ 5 tahun . Keterampilan memiliki nilai Exp B sebesar 19,963 artinya jika bidan tidak terampil maka peluang untuk menangani perlengketan plasenta dengan tindakan tidak tepat lebih besar 20 kali dibanding dengan bidan yang terampil. Variabel ketersediaan alat diperoleh nilai Exp B sebesar 6,697, sehingga dapat disimpulkan bahwa bidan yang memiliki ketersediaan alat tidak lengkap mempunyai kemungkinan 6,7 kali lebih besar untuk menangani perlengketan plasenta dengan tindakan tidak tepat dibanding dengan bidan yang memiliki ketersediaan alat lengkap. Nilai Percentage Correct diperoleh sebesar 83,3 yang artinya variabel keterampilan, masa kerja dan ketersediaan alat bisa menjelaskan pengaruhnya terhadap penanganan perlengketan plasenta sebesar 83,3, sedangkan sisanya sebesar 16,7 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar variabel yang diteliti. Model persamaan regresi logistik berganda yang dapat memprediksi keterampilan, masa kerja dan ketersediaan alat yang memengaruhi penanganan perlengketan plasenta, adalah sebagai berikut: 3 902 , 1 2 994 , 2 1 043 , 2 343 , 4 1 1 X X X e y p + + + − − + = Keterangan: P : Probabilitas Penanganan Perlengketan Plasenta secara tidak tepat X 1 : Masa kerja bidan Universitas Sumatera Utara X 2 X : Keterampilan bidan 3 a : Konstanta -4,343 : Ketersediaan alat bidan Persamaan di atas diketahui bahwa bidan yang memiliki masa kerja 5 tahun, tidak terampil dan ketersediaan alat yang tidak lengkap memiliki probabilitas sebesar 93 untuk penanganan perlengketan plasenta dengan tindakan tidak tepat. Sedangkan bidan yang memiliki masa kerja 5 tahun, terampil dan ketersediaan alat yang lengkap memiliki probabilitas sebesar 1,3 untuk penanganan perlengketan plasenta dengan tindakan tepat. Universitas Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Penanganan Perlengketan Plasenta

Berdasarkan hasil penelitian dengan penanganan perlengketan plasenta dalam kategori tindakan tepat 47,9, dan selebihnya dengan kategori tindakan tidak tepat 52,1, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar bidan dalam tindakan tidak tepat. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum bidan di Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara belum mampu melakukan pertolongan persalinan dalam penanganan perlengketan plasenta sesuai prosedur dengan baik. Tetapi masih terdapat responden yang terampil dalam penanganan perlengketan plasenta. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Simaibang 2005 yang menyatakan bahwa sebagian besar responden yang pernah menangani persalinan retentio placenta 89,7 melakukan tindakan penanganan persalinan retentio placenta pada kategori baik, hal ini menunjukkan bahwa secara umum bidan praktek swasta di Kecamatan Medan Johor sudah mampu melakukan pertolongan persalinan dengan indikasi retentio placenta dengan baik. Tetapi masih terdapat 10,3 responden yang tindakannya dalam proses penanganan persalinan pada kategori sedang. Setiap penanganan perlengketan plasenta harus berpedoman kepada standar pelayanan yang telah ditetapkan, disiplin bidan praktek swasta dalam penanganan perlengketan plasenta menajdi faktor yang harus diperhatikan, karena setiap tindakan Universitas Sumatera Utara