gerakkan tangan secara memutar pada fundus uteri sehingga uterus berkontraksi Waspodo, 2007.
2.6 Prosedur Penanganan Perlengketan Plasenta
Menurut Manuaba 2002, dalam penanganan kasus perlengketan plasenta memiliki suatu prosedur tetap yaitu dengan teknik pelaksanaan plasenta manual dan
prosedur ini sesuai dengan teori asuhan persalinan normal yaitu pada penatalaksanaan perlengketan plasenta, apabila masih ada sisa plasenta yang tertinggal maka
dilakukan tindakan curettage. Oleh karena itu setiap tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penanganan perlengketan plasenta tersebut harus sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan. Sikap bidan dalam menghadapi perlengketan plasenta yaitu:
1. Sikap umum bidan a. Memperhatikan keadaan umum penderita apakah anemis
- Bagaimana jumlah perdarahannya - Keadaan umum penderita: tekanan darah, nadi dan suhu
- Keadaan fundus uteri kontraksi dan tinggi fundus uteri b. Mengetahui keadaan plasenta
- Apakah plasenta inkarserata - Melakukan tes plasenta lepas
c. Memasang infus dan memberikan cairan pengganti
Universitas Sumatera Utara
2. Sikap khusus bidan a. Perlengketan plasenta dengan perdarahan
- Langsung melakukan plasenta manual b. Perlengketan plasenta tanpa perdarahan
- Setelah dapat memastikan keadaan umum penderita segera memasang infus dan memberikan cairans
- Merujuk penderita ke pusat dengan fasilitas cukup, untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik
- Memberikan transfusi - Proteksi dengan antibiotika
- Mempersiapkan plasenta manual dengan legeartis dalam keadaan pengaruh narkosa.
2.7 Faktor-Faktor yang Memengaruhi terjadinya Perlengketan Plasenta pada Ibu Bersalin
Beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya perlengketan plasenta pada ibu bersalin menurut Manuaba 2002 adalah:
1. Umur Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan yang pertama kali adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari
pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal
Universitas Sumatera Utara
meningkat sesudah usia 30-35 tahun jika melahirkan anak pertama. Pada usia ibu yang masih muda organ- organ reproduksi belum cukup matang sehingga dapat
mengganggu kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin dalam kandungan. Bertambahnya usia ibu akan diikuti dengan perubahan perkembangan
dari organ-organ tubuh terutama organ reproduksi. Pada keadaan ini kontraksi rahim akan semakin melemah dan juga akan terjadi penurunan kecukupan decidua secara
progresif, kadang decidua basalis tidak ada sebagian atau seluruhnya sehingga plasenta akan melekat langsung pada miometrium. Vili plasenta tersebut bisa tetap
super visal pada otot uterus atau dapat menembus lebih dalam sehingga kemungkinan akan terjadi perlengketan plasenta.
Menurut penelitian yang dilakukan Asmarni 2004 di RSUP H. Adam Malik Medan, dari 35 kasus perlengketan plasenta paling tinggi ditemukan pada umur 35
tahun yaitu 19 kasus 54,3, diduga hal ini terjadi karena pada usia tersebut merupakan masa untuk mengakhiri kehamilan, karena pada usia ini organ reproduksi
tidak aman lagi untuk bereproduksi. Pada usia 35 tahun kesuburan ibu telah berkurang sehingga kontrasi uterusnya sudah melemah. Sedangkan angka terendah
terdapat pada umur 20-35 tahun karena masa ini merupakan kurun reproduksi sehat sehingga komplikasi yang terjadi pada persalinan lebih kecil.
2. Paritas Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh ibu baik lahir hidup
maupun lahir mati. Paritas 2-3 merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi lebih dari 3 mempunyai angka
Universitas Sumatera Utara
kematian maternal yang lebih tinggi. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetri lebih baik sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau
dicegah dengan keluarga berencana. Angka kejadian perlengketan plasenta pada multigravida lebih tinggi
dibandingkan pada primigravida yang hampir tidak ditemui karena pada multigravida sering terjadi perlengketan plasenta yang lebih dalam pada rahim yaitu dalam bentuk
plasenta adhesiva, plasenta akreta, plasenta inkreta dan plasenta perkreta. Menurut penelitian Asmarni 2004 di RSUP H. Adam Malik Medan,
perlengketan plasenta paling tinggi pada multipara. Menurut penelitian hal ini disebabkan karena terjadi cacat endometrium sehingga plasenta melekat lebih dalam
pada dinding rahim. Hasil penelitian yang dilakukan Rismalia 2002-2003 di RSU Hasan Sadikin Bandung, perlengketan plasenta paling banyak ditemukan pada paritas
3 yaitu sekitar 67,56. Menurutnya hal ini terjadi karena pertolongan persalinan banyak yang dilakukan oleh bidan serta dukun yang kurang terampil dalam
melakukan manajemen aktif kala III yang baik dan benar sehingga memengaruhi besarnya angka kejadian perlengketan plasenta pada ibu dengan paritas tersebut.
3. Jarak Kehamilan Jarak kehamilan adalah jarak antara kehamilan ini dengan kehamilan
sebelumnya. Menjaga jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayinya dari sisi kesehatan namun juga memperbaiki hubungan psikologis keluarga. Interval
kehamilan yang pendek akan mempengarui terjadinya perlengketan plasenta karena kontraksi uterus semakin melemah sehingga plasenta akan tetap berada di dalam
Universitas Sumatera Utara
kavum uteri. Jarak persalinan atau kehamilan yang pendek yaitu kurang dari 2 tahun merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perdarahan postpartum karena
perlengketan plasenta. Menurut kesehatan reproduksi interval kehamilan yang sehat minimal 2 tahun.
4. Riwayat Persalinan Lalu Riwayat persalinan lalu akan mempengaruhi kejadian perlengketan plasenta.
Pada beberapa kasus terjadi perlengketan plasenta berulang habitual retensio plasenta selain itu ibu dengan riwayat persalinan lalu seperti sectio caesarea,
plasenta previa juga berisiko terjadi perlengketan plasenta karena pada keadaan ini pengembangan desidua pada uterus relatif jelek dan sering kurang memadai sehingga
villi plasenta melekat, memasuki, atau menembus miometrium. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Martina 2001 di RSU Sundari
Medan, kejadian perlengketan plasenta paling banyak ditemukan dengan riwayat persalinan lalu partus spontan sebanyak 16 kasus dari 19 kasus. Menurut penelitian
hal ini kemungkinan terjadi karena penderita mempunyai jarak persalinan yang pendek sehingga jaringan parut atau luka pada uterus pada persalinan lalu belum
sembuh sehingga terjadi perlengketan plasenta walaupun riwayat persalinan lalunya tidak berisiko.
2.8 Penanganan Perlengketan Plasenta