kavum uteri. Jarak persalinan atau kehamilan yang pendek yaitu kurang dari 2 tahun merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perdarahan postpartum karena
perlengketan plasenta. Menurut kesehatan reproduksi interval kehamilan yang sehat minimal 2 tahun.
4. Riwayat Persalinan Lalu Riwayat persalinan lalu akan mempengaruhi kejadian perlengketan plasenta.
Pada beberapa kasus terjadi perlengketan plasenta berulang habitual retensio plasenta selain itu ibu dengan riwayat persalinan lalu seperti sectio caesarea,
plasenta previa juga berisiko terjadi perlengketan plasenta karena pada keadaan ini pengembangan desidua pada uterus relatif jelek dan sering kurang memadai sehingga
villi plasenta melekat, memasuki, atau menembus miometrium. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Martina 2001 di RSU Sundari
Medan, kejadian perlengketan plasenta paling banyak ditemukan dengan riwayat persalinan lalu partus spontan sebanyak 16 kasus dari 19 kasus. Menurut penelitian
hal ini kemungkinan terjadi karena penderita mempunyai jarak persalinan yang pendek sehingga jaringan parut atau luka pada uterus pada persalinan lalu belum
sembuh sehingga terjadi perlengketan plasenta walaupun riwayat persalinan lalunya tidak berisiko.
2.8 Penanganan Perlengketan Plasenta
Penanganan adalah suatu proses yang dikerjakan secara intensif dalam menyelesaikan sebuah permasalahan oleh orang yang ahli. Penanganannya harus
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan prosedur agar lebih efektif, yang tujuannya untuk menyelesaikan permasalahan atau kasus yang terjadi sehingga dibutuhkan penanganan yang khusus
Manuaba, 2005. Penanganan perlengketan plasenta adalah suatu proses pengeluaran plasenta
secara manual yang dilakukan oleh bidan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan jika tidak dikeluarkan. Dalam melakukan pengeluaran plasenta secara
manual perlu diperhatikan tekniknya sehingga tidak menimbulkan komplikasi seperti perforasi dinding uterus dan bahaya infeksi Manuaba, 2005.
Apabila plasenta belum lahir melebihi waktu setengah jam setelah bayi lahir, apabila terjadi perdarahan maka harus segera dikeluarkan. Penanganan yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan plasenta manual. Plasenta manual merupakan teknik untuk melahirkan perlengketan plasenta
dengan menggunakan tangan. Teknik plasenta manual tidaklah sukar, akan tetapi harus dipikirkan bagaimana persiapan agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan
jiwa penderita Manuaba, 2005. Adapun prosedur dari pelaksanaan plasenta manual menurut Manuaba 2005
dan Waspodo 2007 adalah sebagai berikut:
1. Penyediaan alat secara :
a. Sistematis b. Tanpa Bantuan
c. Tepat dan Lengkap
Universitas Sumatera Utara
2. Persiapan Infus : a. Abocat
b. Infus Set c. NaCl 0.9
d. Plester e. Gunting Perban
f. Kain Kasa g. Nierbekken
h. Bethadine i. Piring Plasenta
j. Tiang Infus 3. Persiapan Obat-Obatan
a. Obat-obatan Analgetik b. Obat-Obatan sedative
c. Spuit 3 cc d. Obat Utero Tonika Methergin
4. Bak Instrumen Steril berisi : a. Hand Scoon panjang steril 1 pasang
b. Doek Stril 2 buah c. Kain kasa secukupnya
d. Arteri Klem
Universitas Sumatera Utara
5. Persiapan sebelum tindakan baik pada pasien maupun penolong yaitu operator dan asisten.
a. Melakukan pencegahan infeksi sebelum tindakan b. Tindakan penetrasi ke kavum uteri dengan cara:
6. Memberikan sedative dan analgetika melalui karet infuse. Lakukan kateterisasi kandung kemih apabila klien tidak dapat berkemih sendiri.
a. Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegangkan tali pusat sejajar lantai. b. Secara obstetric masukkan satu tangan punggung tangan ke bawah ke dalam
vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah. c. Setelah tangan mencapai pembukaan servik, minta asisten untuk memegang
kocher, kemudian tangan lain penolong menahan fundus uteri. d. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam kavum uteri sehingga
mencapai tempat implantasi plasenta. e. Buka tangan obstetric seperti memberi salam ibu jari merapat kepangkal jari
telunjuk. 7. Melepas plasenta dari dinding uterus
a. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah. b. Kemudian gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke
kranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
Universitas Sumatera Utara
8. Mengeluarkan plasenta a. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi ulang
untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus.
b. Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat plasenta dikeluarkan.
c. Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat sambil menarik plasenta keluar hindari percikan darah.
d. Letakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan. e. Lakukan sedikit pendorongan uterus dengan tangan luar ke dorso cranial
setelah plasenta lahir. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Renata 2005 di RSU Dr. Pirngadi
Medan, dari 41 kasus perlengketan plasenta semua penanganan kasus tersebut dilakukan dengan manual plasenta.
Apabila dengan tindakan tersebut di atas perdarahan tersebut masih belum dapat dihentikan, maka demi menyelamatkan jiwa tindakan yang paling akhir harus
dilakukan adalah histerektomi. Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim dari sebagian sub total tanpa servik uteri ataupun
seluruhnya total berikut servik uteri Saifuddin, 2002. Berdasarkan uraian di atas maka ingin diketahui jenis tindakan penanganan
yang dilakukan pada kasus perlengketan plasenta sehingga penanganan dijadikan sebagai salah satu variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
2.9 Kinerja
Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang. Sedangkan menurut whitmore kinerja merupakan yang menunutut kebutuhan paling
minim untuk berhasil. Oleh karena itu, whitmore mengemukakan pengertian kinerja yang dianggapnya representatif, maka pengertian tergambarnya tanggung jawab yang
besar dari pekerjaan seseorang. Kinerja dapat disimpulkan sebagai perilaku seseorang yang membuahkan
hasil kerja tertentu setelah memenuhi sejumlah persyaratan. Berhubung dengan konsep kinerja seperti yang telah dibahas di atas, selanjutnya akan dibahas
persyaratan yang menetukan kinerja seseorang. Karena itu, evaluasi kinerja ini harus dipahami oleh karyawan maupun pemimpin, agar keduanya saling puas dalam rangka
mewujudkan kinerja secara optimal. Sekedar melihat bagaimana kinerja pendidikan kita dan cara mengukurnya Hamzah, 2012.
2.10 Faktor - faktor yang Memengaruhi Bidan dalam Penanganan Perlengketan Plasenta
Beberapa faktor yang memengaruhi bidan dalam penanganan perlengketan
plasenta adalah: 1. Pengetahuan
Bloom 1974 dalam Notoatmodjo 2003, menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia
Universitas Sumatera Utara
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behaviour.
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers 1974 dalam Notoatmodjo 2005, mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru berperilaku baru, di dalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : 1. Awareness kesadaran yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus objek terlebih dahulu 2. Interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus objek
3. Evaluation menimbang-nimbang baik dan tidak baiknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru 5. Adoption, subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian dari penelitian selanjutnya, Rogers menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat
Universitas Sumatera Utara
langgeng long lasting. Sebaliknya apabila perilaku ini tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama Notoatmodjo, 2005.
2. Umur
Umur adalah karakteristik bidan yang memengaruhi pertolongan persalinan perlengketan plasenta pada ibu bersalin. Umur dapat menentukan keputusan dalam
melakukan pertolongan persalinan perlengketan plasenta pada ibu bersalin. Menurut analisis teori Sarwono 2004, menyimpulkan bahwa keputusan pertolongan
persalinan perlengketan plasenta pada ibu bersalin dapat dipengaruhi oleh faktor karakteristik individu bidan seperti umur dan pendidikan.
3. Masa Kerja Masa kerja adalah Rata-rata masa kerja responden yang dihitung setelah dia
menyelesaikan pendidikannya dan mulai bekerja pertama kalinya sebagai tenaga penolong persalinan khususnya dalam penanganan perlengketan plasenta. Lamanya
bekerja berkaitan erat dengan pengalaman-pengalaman yang telah didapat selama menjalankan tugas. Dan pengalaman seseorang dalam melakukan tugas tertentu
secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama dapat meningkatkan kedewasaan teknisnya. Semakin lama masa kerja kecakapan seseorang semakin baik karena sudah
menyesuaikan dengan pekerjaannya.
4. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang berbanding lurus dengan tingkat kesehatan, semakin tinggi pendidikan maka individu lebih mudah menerima
konsep tentang kesehatan. Apabila pendidikan seseorang tinggi maka akan
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh terhadap pengetahuannya, pengetahuannya akan lebih baik serta tindakannya juga akan lebih baik karena didasari oleh pengetahuan yang baik.
5. Keterampilan
Keterampilan adalah batasan kemampuan knowledge, skill, and profesional attitude minimal yang harus dikuasai oleh masing-masing individu guna bisa melakukan
kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi Heni, 2009.
Keterampilan adalah kemampuan seseorang menerapkan pengetahuan ke dalam bentuk tindakan. Keterampilan seorang bidan diperoleh melalui pendidikan
dan latihan. Ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan adanya pendidikan dan latihan yakni : a membantu individu untuk dapat membuat keputusan dan pemecahan
masalah secara lebih baik; b internalisasi dan operasionalisasi motivasi kerja, prestasi, tanggung jawab, dan kemajuan; c mempertinggi rasa percaya diri dan
pengembangan diri; d membantu untuk mengurangi rasa takut dalam menghadapi tugas-tugas baru.
Dalam melaksanakan profesinya, bidan memiliki 9 keterampilan. Setiap keterampilan dilengkapi dengan pengetahuan serta keterampilan dasar, pengetahuan
dan keterampilan tambahan, yang wajib dimiliki sekaligus dilaksanakan oleh seorang bidan dalam melakukan kegiatan asuhan kebidanan. Dijelaskan bahwa kompetensi
merupakan pengetahuan, nilai serta sikap dasar yang terefleksikan dalam wujud dalam wujud kebiasaan berfikir dan bertindak yang bersifat dinamis, berkembang
serta bisa digapai pada setiap waktu Heni, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Kebiasaan berfikir sekaligus bertindak yang dilakukan secara konsisten dan kontinu memungkinkan seseorang atau bidan menjadi kompeten. Dalam hal ini, dapat
pula dimaknai memiliki pengetahuan, ketrampilan, nilai serta pola sikap dasar dalam melakukan sesuatu. kebiasaan berfikir dan bertindak tersebut senantiasa dilatari
dengan budi pekerti yang luhur dan baik dalam kehidupan pribadi, sosial, kemasyarakatan, keberagamaan, dan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ketrampilan tersebut diklasifikasikan menjadi dua level. Pertama, ketrampilan dasar. Keterampilan yang secara mutlak harus dimiliki oleh seorang bidan. Kedua,
ketrampilan lanjutan atau tambahan. Pengembangan dari pengetahuan serta keterampilan dasar yang mutlak harus dimiliki oleh seorang bidan guna menunjang
tugasnya sebagai seorang bidan dalam memenuhi tuntutan atau kebutuhan masyarakat yang sangat dinamis seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Heni, 2009. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:
369MenkesSKIII2007, tentang standar profesi bidan. Salah satu komponen yang termuat didalamnya adalah mengenai standar kompetensi bidan di Indonesia. Standar
kompetensi tersebut kemudian menjadi acuan guna melakukan asuhan kebidanan kepada masing-masing individu, keluarga serta masyarakat.
Menurut Heni 2009, keterampilan dan pengetahuan tambahan meliputi: 1. PHC Primary Health Care berbasis masyarakat dengan menggunakan promosi
kesehatan sekaligus strategi upaya pencegahan penyakit.
Universitas Sumatera Utara
2. Infrastruktur kesehatan setempat dan nasional, sekaligus upaya untuk bisa mengakses sumber daya yang dibutuhkan bagi asuhan kebidanan.
6. Ketersediaan alat
Ketersediaan alat adalah tersedianya sarana dan peralatan untuk mendukung tercapainya tujuan pelayanan kebidanan sesuai beban tugasnya dan fungsi institusi
pelayanan. Menurut Heni 2009, prosedur ketersediaan alat meliputi:
a. Tersedia peralatan sesuai dengan standar, ada mekanisme keterlibatan. b. Ada buku inventaris peralatan yang mencerminkan jumlah barang dan kualitas
barang. c. Ada pelatihan khusus untuk bidan tentang penggunaan alat tertentu.
d. Ada prosedur permintaan dan penghapusan alat.
7. Dukungan Dinas Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Menurut Sarfino yang dikutip oleh Niven 2002, dukungan petugas kesehatan merupakan dukungan sosial dalam bentuk dukungan informatif, dimana
perasaan subjek bahwa lingkungan petugas kesehatan memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang diketahui.
Universitas Sumatera Utara
2.11 Landasan Teori
Perilaku yang berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan pekerjaan yang
dipengaruhi oleh motivasi. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program dan kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi dan visi organisasi. Indikator kinerja merupakan ukuran kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan
dengan memperhatikan indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak. Indikator kinerja harus merupakan suatu yang dapat dihitung dan diukur serta
digunakan sebagai dasar untuk menilai tingkat kinerja. Evaluasi kinerja merupakan suatu analisa dari interpretasi keberhasilan atau kegagalan pencapaian suatu kegiatan.
Menurut Gibson yang dikutip dalam Ilyas 2004, ada tiga variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja seseorang, yaitu: variabel individu, variabel
organisasi, dan variabel psikologis. Adapun variabel individu meliputi pengetahuan, keterampilan, fisik, dan latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman
pekerjaan, pendidikan, demografis, umur, etnis. Dalam variabel organisasi ada sumberdaya, sarana dan prasarana, kepemimpinan, insentif, struktur dan disain kerja.
Untuk variabel psikologis meliputi persepsi, sikap, kepribadian, motivasi dan dukungan pemimpin. Ketiga variabel tersebut mempengaruhi perilaku kerja yang
akhirnya akan berpengaruh pada kinerja personel. Pengertian kinerja atau prestasi kerja atau unjuk kerja dikemukakan oleh
sejumlah penulis buku Manajemen Sumber Daya Manusia diantaranya pendapat Ilyas
Universitas Sumatera Utara
2004, menyatakan bahwa kinerja adalah penampilan hasil kerja personal baik secara kualitas dan kuantitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan hasil personal
individu atau organisasi dan tidak terbatas kepada pemangku jabatan struktural ataupun fungsional semata.
Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dan mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk
merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik
maupun ekstrinsik Mulyadi, 2001. Mulyadi 2001, mengungkapkan manfaat penilaian kinerja. Penilaian
dimanfaatkan oleh manajemen untuk : 1 Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian
karyawan secara maksimum. 2 Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti :
promosi, transfer dan pemberhentian. 3 Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk
menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4 Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka
menilai kinerja mereka. 5 Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
Universitas Sumatera Utara
Dari manfaat penilaian kinerja tersebut, maka manajemen sebagai pihak yang menerima wewenang penuh mengelola organisasi usaha agent dari pemilik
principal akan berupaya untuk membawa organisasi atau badan usaha yang dipimpinnya ke arah tujuan yang ditetapkan, dan sebagai dasar akuntabilitas atau
pertanggungjawaban manajemen atas seluruh aktivitas kerjanya. Penilaian kinerja dilaksanakan dalam dua tahap utama, yaitu tahap persiapan
dan tahap penilaian. Seperti yang dijelaskan oleh Mulyadi 2001. Tahap persiapan terdiri dari tiga tahap rinci :
1 Penentuan daerah dan manajer yang bertanggung jawab 2 Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja.
3 Pengukuran kinerja sungguhkan Tahap Penilaian terdiri dari tiga tahap rinci :
1 Perbandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
2 Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya dari yang ditetapkan dalam standar.
3 Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
2.12 Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disusun kerangka konsep penelitian yang menjelaskan arah atau alur penelitian adalah faktor-faktor yang memengaruhi
bidan dalam penanganan perlengketan plasenta pada ibu bersalin di Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara tahun 2012.
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor-faktor yang Memengaruhi Bidan dalam Penanganan Perlengketan Plasenta pada Ibu Bersalin di Kecamatan Padang
Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2012
Variabel individu - Pengetahuan
- Umur - Masa Kerja
- Pendidikan - Keterampilan
Penanganan Perlengketan Plasenta
- Tindakan Tepat - Tindakan Tidak Tepat
Variabel Organisasi
- Ketersediaan Alat
Variabel Psikologis - Dukungan Dinas
Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN