Metode Dakwah Dakwah dan Unsur-unsurnya

4. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta” melalui dan “ bodos” jalan, cara . 56 Maka, metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan . Dalam Bahasa Jerman metode berasal dari kata methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam Bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan, sedangkan dalam Bahasa Arab artinya thariq . 57 sehinga metode adalah cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud. Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i komunikator kepada mad’u untuk mencapai tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. 58 Para da’i dalam menyampaikan pesan dakwahnya menggunakan berbagai metode dan media sesuai dengan kebutuhan sasaran dakwah, paling tidak proses pelaksanaan dakwah betul-betul bisa menyentuh sasarannya. Para da’i dalam menyampaikan dakwahnya menggunakan metode yang tertera dalam Al-Qur’an yang dijelaskan dalam QS. An-Nahl ayat 125, yang artinya:  +- . 1234 5 6 789: ; = 6 ?+ 8: 7 ; A 7  B : 6 ?+ 8: CD . E8- FAG 56 M.Arifin, ilmu pendikan Islam, Jakarta: Bumi Askara, 1996, cet ke-I, h. 63 57 Hasanudin, Hukum dakwah, Jakarta :pedoman ilmu jaya1996,cet. Ke-I, h.35 58 Toto Asmara, Komunikasi Dakwah,Jakarta: Gaya Media Pratama, 1007, Cet. Ke-I, h,43 “Serelah manusia kejalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bermujadalahlah dengan mereka dengan cara yang baik, sesungguhnya Tuhan mengetahui tentang orang-orang yang memperoleh pentunjuk”. 28 a Berdakwah menggunakan metode hikmah menurut Al-maghari berdakwah dengan ucapan yang sangat bijaksana disertai dengan alasan dan dalil yang dapat memperjelas kebenaran dan menghilangkan ketidakjelasan. 29 b Mauidzah hasanah, menurut Ibnu Sayyidhi memberikan irjat yang dilakukan olehmu kepada orang lain dengan pahala dan siksa yang dapat menjinakan hatinya. c Berdakwah dengan mudjadalah ialah berdakwah dengan berdebat dan bertukar pikiran untuk mendudukan orang yang menentang dan membangkang ajaran Islam yang disampaikan oleh da’i dengan sangat hati- hati dan tetap menghormati dan tidak menyalahkan. Dalam menyampaikan dakwah, seorang da’I harus memperhatikan mad’u yang dihadapi. Pertama bila mad’unya itu kaum cendekiawan dari kalangan muslim, maka ia harus menyampaikan-Nya secara ilmiah bil hikmah, Kedua bila mad’unya golongan awam, maka ia harus menyampaikan dakwahnya dengan penuh nasehat yang menyejukkan hati mereka bil mau’izhatil hasanah, Ketiga bila mad’unya pada golongan rasional baik dari kalangan muslim maupun non muslim maka da’I harus menyampaikan dakwahnya dengan argumen-argumen yang bisa diterima mereka. Berikut Beberapa metode dakwah: 59 28 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung : Gema Risalah Press, 1993, h.421 29 Imas Rosyanti, Sari Tafsir II, Bandung : Fa Sumatra, 1996, h. 14 a. Metode Ceramah ceramah adalah suatu tekhnik atau metode yang banyak diwarnai oleh ciri-ciri krakteristik bicara oleh seorang da’i pada suatu aktivitas dakwah. b. Metode Tanya Jawab Metode Tanya Jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasaranya objek dakwah untuk menyatakan suatu masalah yang dirasakan sebelum dimengerti dan da’i sebagai penjawabnya. c. Debat Debat sebagai metode dakwah pada dasarnya mencari kebenaran bukan kemenangan dalam arti menunjukan kebenaran dan kehebatan Islam. d. Percakapan Antar Pribadi percakapan pribadi individual konference adalah percakapan bebas antara da’i dengan individu-individu sebagai sasaran dakwah. e. Metode Peragaan Metode Peragaan suatu metode dakwah dimana seorang da’i memperlihatkan suatu contoh yang baik pada muridnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Misalnya memperagakan cara sholat . Metode dakwah dapat diaktualisasikan melalui dakwah yang disampaikan dengan hikmah, mau’idhah hasanah dan mujadallah dengan cara yang baik dan tidak mengunakan paksaan ataupun kekerasan. Selain itu juga dengan melalui Tarbiyah Islamiyah yang asasnya adalah minhaj Al Qur’an dan metode Rasulullah SAW yaitu dengan menanamkan akhlaq yang mulia, nilai-nilai kehidupan yang kokoh dan pemahaman Islam yang benar. Serta mendirikan bangunan islami sebagai tempat mereka dididik dengan pendidikan Islam. 60 Dengan demikian maka terciptalah pengertian yang sesungguhnya bahwa Islam memang rahmat bagi semesta alam. Sudah seharusnya seorang muslim mampu menjadi tuan rumah yang baik, hangat dan sanggup menjamu tamu- tamunya non muslim di bumi Allah SWT. Dengan menciptakan individu, keluarga, lingkungan dan pemerintah yang berakhlak Islam, akan lebih mudah bagi umat Islam untuk membuktikan bahwa Islam bukanlah agama pedang, agama teroris dan menakutkan. 59 Drs. Hasanuddin, MA, manajemen dakwah, jkarta: UIN Jakarta press, 2005, cet. I , h.61 60 Jum’ah Amin Abdul Azis, Fiqh Dakwah, Solo, Era Intermedia, 2000 cet. Ke-3, h, 65-66

5. Media Dakwah