Sifat-Sifat Dai Pengertian Dai

menepatkanya pada jalan yang hak. Jika seorang da’i sudah melaksanakan tiga syarat di atas, insya Allah setiap ucapan akan di dengar dan diikuti orang. Tak ada ucapan yang lebih dari pada ucapanya.

b. Sifat-Sifat Dai

Dengan merujuk kepada da’i pertama yaitu Rasulullah Saw, dan da’i dari Iman tabiin Imam Hasan Al-Bashri, Abu Bakar Zakri menegaskan bahwa seorang dai harus melengkapi diri dengan ilmu dan sifat-sifat mulia dan ahklaq terpuji. Diantara sifat-sifat itu, ialah sifat memelihara diri dari keburukan iffah, benar atau jujur shidiq, berani syaja’ah, tulus ikhlas, rendah hati tawadlu, bersih hati, adil, luwes, dan memiliki kepribadian sosial yang tinggi. Seorang da’i, menurut Zakri, harus memiliki kualifikasi moralitas dan keluhuran budi pekerti seperti Rasulullah SAW atau paling tidak mendekatinya. lihat abubakar zakri, op,cit.h. 79-83 Di atas telah di jelaskan kedudukan akhlaq dalam sistem ajaran Islam. begitupula telah disinggung mengenai pentingnya nilai-nilai akhlaq itu bagi seorang da’i. Menurut Sayyid Quthub, di antara sifat-sifat mulia dan amat penting dan mutlak harus dimiliki seorang da’i adalah sifat kasih sayang rahman, seperti kasih sayang yang dimiliki dan diperlihatkan oleh pelaku dakwah yang pertama, yaitu Rasulullah SAW. 43 Sayyid Quthub menuturkan tentang kasih sayang Nabi Muhammad SAW yang luas dan lapang. Dikatakan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah marah karena dirinya sendiri, tidak pula sempit dada kerena kesalahan atau kelemahan orang lain. Beliau tidak pernah berebut sesuatu bernilai duniawi untuk kepentinggan dirinya. Bahkan 43 Sayyid Quthub, ibid, fi Zbillal,jilid I, h. 500-501 beliau memberikan semua yang dimilikinya untuk orang lain dengan lapang dada penuh kesenangan. Manusia dapat menikmati kesantunan beliau, setiap orang yang pernah berteman atau bergabung dengan Nabi, ia pasti terkesan dan jatuh hati kepada beliau. Ini tidak terlepas dari keluhuran budi pekerti beliau dan kasih sayangnya yang amat tinggi kepada setiap orang.lihat Sayyid Quthub, ibid, fi zahilal, jilid, I, h. 500-501 Menurut Imam Khomaeni, Da’i harus waspada dengan sifat egoisme yaitu sifat rasa cinta terhadap kedudukan, cinta kekuasaan, cinta harta, dan sebagainya adalah hanya berimplikasi pada rasa cinta terhadap diri sendiri yang dapat menyebabkan da’i terlepas sedikit demi sedikit terhadap keyakinanya yaitu agama, 44 kehidupan masa depan kita akan suram, dan dunia muslim akan terongrong dan menjadi sasaran dominasi dunia. 45 Da’i haruslah megamalkan sifat zuhud, taqwa, dan hidup sederhana serta suci. 46 Sebab cinta dunia itu menurut imam Khomeini adalah sebagai pangkal dari perselisihan dan perpecahan yang dapat menghilangkan tujuan suci dalam berdakwah. 47 44 Imam Khomeini, munajat sya’baniyah penyuci jiwa kotor, dalam sandy Alison peny.- pesan sang imam , bandung : al- jawad publizer, 2000, cet.I,h .80 45 Ibid, h. 83 46 Imam khomaini, kenapa kita selalu berpecah belah, dalam sandy al-lison peny- bandung : al- jawad publizer, 2000, cet.I,h .113. 47 Ibid, h. 115 Dengan tidak adanya sifat cinta dunia pada seorang da’i niscaya da’i itu akan beramal dengan ikhlas dalam menegakkan Islam dan akhirya nanti mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat. 48 Seorang da’i harus mempunyai akhlaq yang baik, yakni ahklaq Islam, dan menjauhkan ahklaq- ahklaq yang buruk sebagai mana di jelaskan dalam al-qur’an dan As Sunnah. Diantara ahklaq atau sifat-sifat terpenting yang harus dimiliki seorang dai adalah : Jujur, ikhlas, arif, sabar, lembut, kasih sayang, pemaaf, rendah hati, tepat janji, mementingkan orang lain, berani, cerdas, kemauan yang kuat, disiplin terhadap waktu, konsisten dengan Islam, perbuatan-Nya sesuai dengan ucapanya, zuhud, wara, istikomah, peka, moderat, merasakan kehadiran Allah SWT, berpegang teguh padanya, dan dalam berdakwah selalu bermulai dengan bagian yang dianggap paling penting. Alhasil, ia berdakwah sebagai mana Rasulullah SAW, berdakwah. 49 Menurut Sufyan Ats-Tsauri berkata, “seorang da’i tidak mungkin dapat melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar, kecuali mempunyai tiga sifat, yakni lembut dalam memerintah dan melarang, adil dalam memerintah dan melarang, serta sesuatu yang di perintah dan dilarang”. 50 Menurut Imam Muhamad Al- Maqdisi, “sebagian salap berpendapat bahwa seseorang tidak dapat melakukan Amal Ma’ruf Nahi Munkar kecuali dengan cara lembut, sabar, dan arif.” 48 Imam Khomeini, pesan imam untuk umat 2, dalam sandy al-lison peny- bandung : al- jawad publizer, 2000, cet.I,h . 49 Al qotani, said bin ali bin wahif.dakwah Islam dakwah bijak,Jakarta: gema insani press, cet. Ke,I,h. 99 50 Ibid, h. 100 Dalam hal yang sama, Syekhul Islam Ibnu Tamiyah berkomentar, ada tiga sifat yang sangat diperlukan seorang da’i . Pertama, Berilmu mengetahui sebelum memerintah dan melarang, Kedua Lembut. Dan Ketiga Sabar, Ketiga sifat ini saling melengkapi.” Adapun menurut Ibnu Qayyim, ada empat cara menyingkirkan kemungkaran. Pertama, menghilangkan kemungkaran dan menggantinya dengan lawannya. Kedua mengguranginya, Ketiga menggantinya dengan yang lebih mirip. Keempat menggantinya dengan yang lebih buruk. Dua syarat pertama disyariatkan Islam, yang ketiga perlu ijtihad, sedang yang keempat dilarang. 51

3. Madu