Rukun dan Syarat Murabahah
17
orang yang melakukan akad. Para ulama fiqh sepakat bahwa orang yang melakukan aqad murabahah itu harus memenuhi syarat-syarat yaitu baligh
dan yang melakukan akad adalah orang-orang yang berbeda. Artinya seseorang tidak dapat bertindak dalam waktu yang bersamaan sebagai penjual
sekaligus pembeli.
23
Sedangkan syarat yang berkaitan dengan ijab dan qabul, para ulama fiqh sepakat bahwa unsur utama dari murabahah adalah kerelaan
kedua belah pihak. Kerelaan kedua belah pihak ini dapat dilihat dari ijab dan qabul yang dilangsungkan. Untuk itu, para ulama fiqh mengemukakan bahwa
syarat qabul itu harus sesuai dengan ijab. Misalnya, penjual mengatakan: “Saya jual buku ini seharga Rp. 15.000,- Ijab dan qabul itu dilakukan dalam
satu majelis. Artinya kedua belah pihak yang melakukan akad murabahah hadir dan membicarakan topik yang sama.
24
Adapun syarat-syarat yang berkaitan dengan barang yang diperjualbelikan disebutkan bahwa barang itu ada atau tidak ada di tempat,
tetapi pihak penjual menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang itu. Kemudian dapat manfaatkan dan bermanfaat bagi manusia. Oleh sebab
itu, bangkai, khamar dan darah tidak sah menjadi obyek jual beli. Barang tersebut adalah milik orang yang berakad dan boleh diserahkan saat akad
berlangsung atau pada waktu yang disepakati bersama ketika transaksi berlangsung.
25
23
Nasroen Harun, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000, Cet. ke-1, h. 115
24
Nasroen Harun, Fiqh Muamalah, h. 115
25
Nasroen Harun, Fiqh Muamalah, h. 116
18
Menurut Syafi’i Antonio, syarat murabahah itu meliputi penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah, kontrak pertama harus sah sesuai
dengan rukun yang ditetapkan, kontrak harus bebas dari riba, penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian
dan penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
26
Secara prinsip, jika syarat-syarat tidak terpenuhi, maka pembeli memiliki beberapa
pilihan yaitu melanjutkan pembelian seperti apa adanya, kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual dan
membatalkan kontrak.
27