Pengertian Pembiayaan Murabahah Pembiayaan Murabahah

11 ditentukan atau dibayar secara cicilan. 4 Pengertian yang sama juga diberikan Karim bahwa cara pembayaran murabahah dapat dilakukan baik dalam bentuk lump sum sekaligus maupun dalam bentuk angsuran. 5 Menurut Sutan Remy, murabahah adalah jasa pembiayaan dengan mengambil bentuk transaksi jual beli dengan cicilan. 6 Sedangkan menurut Sumitro, murabahah adalah persetujuan jual beli suatu barang dengan harga sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan yang disepakati bersama dengan pembayaran ditangguhkan satu bulan sampai satu tahun. Persetujuan tersebut juga meliputi cara pembayaran sekaligus. 7 Jika ditinjau dari aspek definisi, maka murabahah juga dapat dipahami sebagai keuntungan yang disepakati. Oleh sebab itu, menurut Karim karakteristik murabahah adalah sebagai berikut : Si penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut. Misalnya si fulan membeli unta 30 dinar, biaya-biaya yang dikeluarkan 5 dinar, maka ketika ia menawarkan untanya ia mengatakan : saya jual unta ini 50 dinar, saya mengambil keuntungan 15 dinar. 8 Manan menegaskan dengan operasi murabahah, para nasabah BMT membeli suatu komiditi menurut rincian tertentu dan menghendaki agar BMT 4 M. Syafi’i Anwar, “Alternatif Terhadap Sistem Bunga”, Jurnal Ulumul Qur’an II, Edisi 9 Oktober 1991, h. 13 5 Adiwarman A. Karim, Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: IIIT Indonesia, 2003, Cet. ke-1, h. 161 6 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan di Indonesia , Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1999, Cet. ke-1, h. 64 7 Warkum Sumitro, Azas-Azas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait; BMI dan Takaful di Indonesia , Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, h. 37 8 Adiwarman A. Karim, Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan, h. 161 12 mengirimkannya kepada mereka berdasarkan tambahan harga tertentu menurut persetujuan diawal akad antara kedua belah pihak. 9 Dalam transaksi murabahah , penjual harus menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual- belikan dan tidak termasuk barang haram. Demikian juga harga pula harga pembelian dan keuntungan yang diambil dan cara pembayarannya harus disebutkan dengan jelas. 10 Dengan cara ini, si pembeli dapat mengetahui harga sebenarnya dari barang yang dibeli dan dikehendaki penjual. Melihat beberapa definisi di atas, maka dapat dipahami bahwa pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi. 11 Melalui akad murabahah, nasabah dapat memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh dan memiliki barang yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang tunai terlebih dahulu. Dengan kata lain, nasabah telah memperoleh pembiayaan dari BMT untuk pengadaan barang yang dibutuhkan. Dari beberapa pengertian di atas baik dalam literature fiqh maupun praktisi perbankan, dapat disimpulkan bahwa murabahah adalah kontrak jual beli barang antara penjuyal dan pembeli dengan fasilitas penundaan pembayaran baik untuk pembelian asset modal kerja maupun investasi dengan harga asal ditambah dengan keuntungan dan jangka waktu yang telah 9 Potan Arif Harahap, Ekonomi Islam; Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Intermasa, 1992, Cet. ke-1, h. 168 10 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, Jakarta: Alvabet, 2002, Cet. ke-1, h. 25 11 Muhammad Syafi’i Antonio, et.al., Apa dan Bagaimana Bank Syari’ah, Jakarta: Gema Insani Press, 1992, Cet. ke-1, h. 25 13 disepakati kedua belah pihak dan cara pembayarannya dapat dilakukan sekaligus pada saat jatuh tempo ataupun dengan angsuran.

2. Landasan Hukum Murabahah

Murabahah adalah aqad yang telah dikenal oleh umat muslim sejak zaman Nabi, bahkan telah dipraktekkan oleh bangsa Arab sebelum turunnya Islam. Ketika Rasulullah SAW berprofesi sebagai pedagang, 12 ia melakukan aqad murabahah dengan Khadijah. Dengan demikian ditinjau dari aspek hukum Islam, maka praktek murabahah ini dibolehkan baik menurut Al- Qur’an, hadits maupun ijma’ ulama. 13 Adapun landasan hukum dari pembiayaan murabahah adalah firman Allah SWT sebagai berikut : ⌧ ☺ ءﺎ ا : 29 . Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu, 12 Saat itu Rasulullah SAW berusia kira-kira 25 tahun, dan belum menjadi nabi. Lihat M. Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Bandung: Mizan, 1997, h. 75 13 M. Anwar Ibrahim, Konsep Profit and Loss Sharing System Menurut Empat Mazhab, makalah tidak diterbitkan, h. 1 – 2. Menurut Al-Qur’an, lihat misalnya dalam surat Al-Mujammil ayat 20. Menurut Hadits, di antaranya adalah hadits Ibnu Abbas ra bahwa Nabi mengakui syarat-syarat yang ditetapkan Al-‘Abbas bin Abdul Muthalib kepada mudharib. Menurut ijma’ ulama, karena sistem ini sudah dikenal sejak zaman nabi dan zaman sesudahnya para sahabat banyak yang mempraktekkannya dan tidak ada yang mengingkarinya. 14 dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu ” QS. Al-Nisa’ : 29. Dalam ayat lain yang masih berkaitan dengan landasan hukum pembiayaan murabahah adalah firman Allah SWT sebagai berikut : ... ... ةﺮ ا : 275 . Artinya : “…. Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba …” QS. Al-Baqarah : 175 Pembiayaan murabahah tidak hanya tertera dalam Al-Qur’an, tetapi juga terdapat dalam hadits Rasulullah SAW sebagai berikut : ْﻦ ْﻴﻬ ﻲﺿر ﷲا ْ نأ ﻲ ا ﻰ ﷲا ْﻴ و لﺎ : ث ﺛ ﻦﻬْﻴﻓ ﺔآﺮ ْا : ْﻴ ْا ﻰ ا ، ﺟﺁ ،ﺔﺿرﺎ ْاو ْﺧو ﺮ ْا ﺮْﻴ ﺎ ﺖْﻴ ْ ْﻴ ْ اور ﻦ ا ﺟﺎ . 14 Artinya : “Dari Suhaeb ra. sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda : Ada tiga hal yang mengandung berkah yaitu jual beli tidak secara tunai, dan mencampuri gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual ” HR. Ibnu Majah. Hadits lain yang erat kaitannya dengan masalah pembiayaan murabahah adalah sabda Rasulullah SAW sebagai berikut : ْﻦ ﺮ ﻦْا فْﻮ ﻲﺿر ﷲا ْ ،لﺎ لﺎ لْﻮ ر ﷲا ﻰ ﷲا ْﻴ و : ْ ا ﺰﺋﺎﺟ ﻦْﻴ ﻦْﻴ ْ ْا ا ﺎ ْ مﺮ ْوا ا ﺎ اﺮ نْﻮ ْ ْاو ﻰ ْ ﻬ ْوﺮ ا ﺎ ْﺮ مﺮ ْوا ا ﺎ اﺮ اور ﺬﻴ ﺮﺘ ا . 15 Artinya : “Dari Amr bin Auf ra. berkata, bersabda Rasulullah SAW : Perdamaian itu dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram, dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat 14 Al-Shan’any, Subul Al-Salaam, Bandung: Dahlan Press, t.th, Juz III, h. 76 15 Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulug Al-Marram Min Adillatil Ahkam, Beirut: Daar Al- Ihya, 1973, h. 175 - 176