Kemudian penilaian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Jumlah skor tiap halaman 100-jumlah kesalahan = NILAI AKHIR
Jumlah halaman yang dinilai
2.3 Kajian Terdahulu tentang Teori Penerjemahan, Aspek Gramatikal, dan Penerjemah Dokumen Hukum
2.3.1 Teori penerjemahan
Pada teori penerjemahan penulis menggunakan buku Moch. Syarif Hidayatullah sebagai pedoman. Buku-buku tersebut adalah Tarjim al-An: Cara Mudah
Menerjemahkan Arab-Indonesia 2009 dan Diktat Teori dan Permasalahan
Penerjemahan 2007. Di samping itu, penulis tetap memperhatikan buku-buku
lainnya apabila diperlukan dalam menganalisi data.
2.3.1.1 Definisi Penerjemahan
Banyak definisi yang diberikan oleh para ahli. Eugene A. Nida dan Charles Taber sebagaimana telah dikutip oleh Widyamartaya, memberikan definisi tentang
penerjemahan, yaitu “Translating consists in reproducing in the receptor language the closest natural aquivalent of the source language message, first in
terms of meaning and secondly in terms of style ” Penerjemahan adalah usaha
menghasilkan kembali pesan dalam bahasa sumber Bsu ke dalam bahasa sasaran Bsa dengan padanan alami sedekat mungkin, pertama menyangkut maknanya,
kemudian gaya bahasanya.
30
Seperti yang dikutip Sayogie, P. Newmark memberikan definisi tentang penerjemahan, yaitu “Rendering the meaning of a text into another language in
30
Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, Yogyakarta: Kanisius, 1989, h. 11
31
the way that the author intended the text ” menerjemahkan makna sustu teks ke
dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksudkan pengarang.
31
J.C. Catford menggunakan pendekatan kebahasaan dalam melihat kegiatan penerjemahan, ia mendefinisikan sebagaimana yang telah dikutip oleh Machali
“The replacement of textual material in the one language SL by equivalent textual material in another language TL
” Penerjemahan adalah mengalihkan makna teks dari bahasa sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam bahasa
sasaran.
32
Sementara itu, Isadore Pinhuck juga memberikan definisi yang telah dikutip oleh Sayogie, yaitu “a process of finding a TL target language aquivalent for an
SL source Language utterance ” suatu proses menemukan padanan dari bahasa
sumber ke dalam bahasa sasaran.
33
Dengan demikian, berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa penerjemahan adalah
memindahkan pesan atau gagasan pengarang yang terdapat dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan memperhatikan kesepadanan dan gaya
bahasanya.
2.3.1.2 Proses Penerjemahan
Dalam proses penerjemahan ada 13 proses yang harus dilalui antara lain: 1
struktur luar Tsu yaitu teks masih berupa teks sumber Tsu, belum mengalami proses apapun;
31
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, h. 7
32
Rohayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, h. 5
33
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. cit
32
2 pemahaman leksikal Tsu mengharuskan penerjemah memiliki kepekaan
leksikal, sehingga dia bisa memahami makna kosakata yang terlihat pada Tsu;
3 pemahaman morfologis Tsu mengharuskan penerjemah memahami bentuk
morfologis kosakata Tsu, sehingga dia mengerti perubahan bentuk kosakata pada Tsu berimbas pada perubahan makna;
4 pemahaman sintaksis Tsu mengharuskan penerjemah memahami pola kalimat
dalam Tsu, yang pada gilirannya mengontraskannya dengan Tsa; 5
pemahaman semantik Tsu mengharuskan penerjemah memahami pemaknaan yang berlaku pada Tsu;
6 pemahaman pragmatis Tsu mengharuskan penerjemah memahami
pemahaman yang dikaitkan dengan konteks yang berlaku pada Tsu; 7
pada struktur batin Tsu dan Tsa terjadi transformasi pada diri penerjemah untuk kemudian menyelaraskan pemadanan Tsu ke dalam pemadanan Tsa;
8 pemadanan leksikal Tsa mengharuskan penerjemah memilih padanan yang
tepat untuk tiap kata yang ditemuinya pada Tsu; 9
pemadanan morfologis Tsa mengharuskan penerjemah memiliki pengetahuan soal padanan yang tepat pada suatu kata setelah mengalami perubahan
bentuk; 10
pemadanan sintaksis Tsa mengharuskan penerjemah memiliki kepekaan makna pada tiap pola kalimat dalam Tsa, sehingga dapat memilih padanan
yang akurat pada tiap kalimat yang ada dihadapannya; 11
pemadanan semantik Tsa berhubungan dengan pemadanan sintaksis Tsa;
33
12 pemadanan pragmatis Tsa merupakan hasil dari pemahaman kontekstual Tsu,
sehingga penerjemah dapat menerjemahkan dengan tepat kalimat dalam konteks tertentu, yang tentusaja akan berbeda maknanya meskipun bentuknya
sama; 13
ramuan dari pemahaman yang kemudian menghasilkan pemadanan itulah yang bisa melahirkan Struktur Luar Tsa yang layak dikonsumsi.
34
Proses penerjemahan tersebut dapat dirumuskan dalam bagan sebagai berikut:
Struktur Luar Tsu 1
Pemadanan Leksikal Tsa
8 Pemadanan
Morfologis Tsa 9
Pemahaman Leksikal Tsu
2 Struktur Batin
Tsu dan Tsa 7
Pemadanan Sintaksis Tsa
10 Pemahaman
Morfologis Tsu 3
Pemahaman Pragmatis Tsu
6 Pemadanan
Semantik Tsa 11
Pemahaman sintaksis Tsu
4 Pemahaman
Semantik Tsu 5
Pemadanan Pragmatis Tsa
12 Struktur Luar Tsa
13
Gambar 1. Bagan Proses Penerjemahan
2.3.2 Aspek Gramatikal