BAB II KAJIAN TERDAHULU
2.1 Pengantar
Pada bab ini ada dua bahasan yang penulis uraikan, yaitu 1 kajian terdahulu tentang kritik dan penilaian terjemahan; dan 2 kajian terdahulu tentang teori
penerjemahan, aspek gramatikal dan seputar penerjemah terseumpah.
2.2 Kajian Terdahulu tentang Kritik dan Penilaian Terjemahan
Banyak sekali para tokoh yang memberikan kajian tentang kritik dan penilaian penerjemahan. Oleh karena itu, dalam bab kajian terdahulu ini penulis hanya
menyajikan kajian dari beberapa tokoh saja, antara lain Rohayah Machali, Frans Sayogie, Maurits D.S. Simatupang, E. Sadtono, dan Moch. Syarif Hidayatullah.
2.2.1 Rohayah Machali
2.2.1.1 Pengantar
Rohayah Machali dalam bukunya, Pedoman Bagi Penerjemah, menyebutkan bahwa penilaian terjemahan sangat penting. Hal ini disebabkan oleh dua alasan:
1 untuk menciptakan hubungan dialektik antara teori dan praktik penerjemahan; 2 untuk kepentingan kriteria dan standar dalam menilai kompetensi penerjemah.
Di samping itu, Machali mempunyai dua konsep penilaian yaitu, penilaian umum dan penilaian khusus. Seperti yang dikutip Machali, Newmark meletakan
penilaian umum pada dua metode penerjemahan, yaitu metode semantik dan komunikatif. Sementara itu penerjemahan khusus berkenaan dengan teks-teks
jenis khusus. Menurut Machali, pada saat melakukan penilaian umum, ada tiga hal
10
yang harus diperhatikan: 1 segi-segi yang perlu diperhatikan dalam penilaian; 2 kriteria penilaian; 3 cara penilaian.
7
2.2.1.2 Penilaian Umum 2.2.1.2.1 Segi-Segi yang Perlu Diperhatikan dalam Penilaian
Machali berpendapat bahwa penilaian penerjemahan bukan sekedar dari segi benar salah, bagus buruk, dan harfiah-bebas. Ada beberapa segi dalam
penerjemahan yang harus dipertimbangkan dalam penilaiannya, yaitu segi ketepatan padanan. Segi ketepatan padanan tersebut meliputi aspek linguistik,
semantik dan pragmatik.
2.2.1.2.2 Kriteria Penilaian
Menurut Machali penilaian harus mengikuti prinsip validitas dan reliabilitas. Akan tetapi, karena penilaian karya terjemahan bersifat relatif berdasarkan
kriteria lebih-kurang, maka validitas penilaian dapat dipandang dari aspek conten validity
dan face validity. Alasannya adalah karena menilai terjemahan berarti melihat aspek isi conten validity dan sekaligus juga aspek-aspek yang
menyangkut “keterbacaan” seperti ejaan face validity.
8
Di samping itu kriteria yang diajukan Machali seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Kriteria penilaian Rohayah Machali Segi dan Aspek
Kriteria
A. Ketepatan reproduksi makna
1. Aspek linguistis
a transposisi
b modulasi
c leksikon kosakata
d idiom
Benar, jelas, wajar
7
Rohayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, h. 108
8
Rohayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, h. 115
11
2. Aspek semantic
a makna referensial
b makna interpersonal
i gaya bahasa
ii aspek interpersonal lain
misalnya konotatif-denotatif 3.
Aspek pragmatis a.
Pemadanan jenis teks termasuk maksud tujuan penulis
b. Keruntutan makna pada tataran
kalimat dengan tataran teks Menyimpang? lokaltotal
Berubah? lokaltotal Menyimpang? lokaltotal
Tidak runtut? lokaltotal
B. Kewajaran ungkapan dalam arti kaku
Wajar danatau harfiah? C.
Peristilahan Benar, baku, jelas
D. Ejaan benar, baku
Benar, baku Catatan untuk table 1.
a “lokal” maksudnya menyangkut beberapa kalimat dalam perbandingannya
dengan jumlah kalimat seluruh teks persentase; b
“total” maksudnya menyangkut 75 atau lebih bila dibandingkan dengan jumlah kalimat seluruh teks;
c “runtut” maksudnya sesuaicocok dalam hal makna;
d “wajar” artinya alami, tidak kaku;
e “penyimpangan” selalu menyiratkan kesalahan, dan tidak demikian halnya
untuk “perubahan” misalnya perubahan gaya.
2.2.1.2.3 Cara Penilaian
Machali memberikan asumsi sebagai berikut: a tidak ada penerjemahan sempurna, artinya dalam teks Bsa itu tidak sedikitpun kehilangan informasi,
pergeseran makna, transposisi, ataupun modulasi. Dengan kata lain tidak ada keruntutan sempurna dalam penerjemahan. Maka penerjemahan “yang paling”
bagus harus diartikan sebagai “hampir sempurna”; b penerjemahan semantik dan komunikatif adalah reproduksi pesan yang umum, wajar dan alami dalam Bsa; c
Penilaian penerjemahan disini adalah penilaian umum dan relatif.
12
Sementara itu, penilaian dapat dilakukan melalui tiga tahap. Tahap pertama, penilaian fungsional, yaitu kesan umum untuk melihat apakah tujuan umum
penulisan menyimpang. Bila tidak penilaian dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Tahap kedua , penilaian terinci berdasarkan segi-segi dan kriteria yang sudah
dibahas sebelumnya pada tabel 1. Tahap ketiga, penilaian terinci pada tahap kedua tersebut digolong-golongkan dalam suatu skalacontinuum dan dapat
diubah menjadi nilai.
9
Untuk memudahkan penempatan golongan atau kategori, kriteria pada tahap kedua diwujudkan dalam indikator umum seperti pada tabel
berikut:
Table 2. rambu-rambu penilaian terjemahan Rohayah Machali Kategori Nilai
Indikator
Terjemahan hampir sempurna
86-90 A
Penyampaian wajar; hampir tidak terasa seperti terjemahan;tidak ada kesalahan ejaan; tidak ada
kesalahan penyimpangan tata bahasa; tidak ada kekeliruan penggunaan istilah.
Terjemahan sangat bagus
76-85 B
Tidak ada distori makna; tidak ada terjemahan harfiah yang kaku; tidak ada kekeliruan
penggunaan istilah; ada satu-dua kesalahan tata bahasaejaan untuk bahasa Arab tidak boleh ada
kesalahan ejaan.
Terjemahan baik 61-75
C Tidak ada distori makna; ada terjemahan harfiah
yang kaku, tapi relative tidak lebih 15 dari keseluruhan teks. Ada satu-dua penggunaan
istilah yang tidak bakuumum. Ada satu-dua kesalahan tata ejaan untuk bahasa Arab tidak
boleh ada kesalahan ejaan.
Terjemahan cukup
46-60 D
Terasa sebagai terjemahan; ada beberapa terjemahan harfiah yang kaku, tetapi relative
tidak lebih dari 25. Ada beberapa kesalahan idiom dan tata bahasa, tetapi relative tidak lebih
dari 25 keseluruhan teks. Ada satu-dua penggunaan istilah yang tidak baku tidak umum
danatau kurang jelas.
9
Rohayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, h. 119-120
13
Terjemahan buruk
20-45 E
Sangat terasa sabagai terjemahan; terlalu banyak terjemahan harfiah yang kaku relative lebih dari
25 dari keseluruhan teks. Distori makna dan kekeliruan penggunaan istilah lebih dari 25
keseluruhan teks.
Catatan: 1.
nilai dalam kurung adalah nilai ekuivalen 2.
istilah “wajar” dapat dipahami sebagai “wajar dan komunikatif”
2.2.1.3 Penilaian Khusus
Machali mengatakan bahwa penelitian khusus menyangkut teks-teks khusus, baik dari hal jenis misalnya puisi, dokumen hokum seperti akte maupun dalam
fungsinya misalnya ekspresif, vokatif. Dalam penilaian terjemahan, penilaian yang diberikan harus secara khusus pula menyangkut segi-segi tersebut.
10
Sebagai teks yang sifat dan bentuknya khusus, maka fungsinya pun khusus. Misalnya, suatu akte notaris berfungsi untuk memberikan kesaksian tertentu,
sehingga ungkapan-ungkapannya yang secara nyata mendukung fungsi itu tidak dapat diganti dengan ungkapan lainnya, misalnya berfungsi sebagai jaminan
asuransi. Dengan demikian, menurut Machali dalam penilaian teks-teks yang
khusus, segi bentuk, sifat dan fungsi harus diikutsertakan dalam penilaian. Sedangkan kriteria yang dapat digunakan adalah: apakah ada pengubahan atau
tidak, menyeluruh atau tidak, jelas atau tidak, baku atau tidak, wajar atau tidak, serta benar atau tidak.
11
Kemudian semua segi dan kriteria tersebut dapat menjadi acuan penilaian seperti pada tabel 2.
10
Rohayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, h. 121
11
Rohayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah
14
2.2.2 Frans Sayogie 2.2.2.1 Pengantar
Frans Sayogie dalam bukunya, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia
, menyebutkan bahwa penilaian terjemahan merupakan bagian penting dalam konsep teori penerjemahan. Oleh karena itu, kriteria aspek penilaian
terjemahan membawa pada konsep terjemahan yang berbeda-beda dan penilaian yang berbeda pula. Namun Sayogie berharap penilaian yang diberikan dapat
menilai terjemahan dengan baik karena untuk menentukan kualitas terjemahan, penilaian sangat diperlukan.
12
2.2.2.2 Prinsip-Prinsip Penilaian yang Baik
Menurut Sayogie ada prinsip-prinsip penerjemahan yang baik ada lima, yaitu: 1.
Terjemahan yang tidak menyimpang dari isi yang terdapat dalam teks bahasa sumber,
2. Terjemahan yang dapat dimengerti dan mudah dipahami pembaca,
3. Terjemahan yang menggunakan kalimat-kalimat yang mengikuti aturan
kaidah-kaidah bahasa sasaran dan tidak asing bagi pembaca, 4.
terjemahan yang lebih mementingkan pengungkapan isi teks daripada persamaan bentuk ujaran,
5. Terjemahan yang tidak tampak sebagai terjemahan tetapi sebagai karya asli.
13
2.2.2.3 Model penilaian penerjemahan
Sayogie mengemukakan bahwa model merupakan realisasi teori berupa objek yang dapat diukur. Model adalah acuan dari sesuatu yang akan dibuat atau
12
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008, h. 145
13
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, h. 147
15