hasil nilai tersebut merupakan nilai akhir. Setelah itu hasil akhir dicocokan pada kriteria penilaian sebagai berikut:
90-100 = Istimewa 80 - 89 = Sangat Baik
70 - 79 = Baik 60 - 69 = Cukup
50 - 59 = Kurang 0 – 49 = Buruk
Sebagai contoh, pada sebuah dokumen hukum terdapat 10 poin kalimat yang tidak diterjemahkan; 5 poin pada terjemahan yang salah pesan; dan 14 poin pada
diksi,ejaan dan tata bahasa yang tidak tepat. Setelah itu kesalahan dijumlahkan. Contoh tersebut penulis rumuskan pada tabel berikut:
Jenis Kesalahan Kasus Kesalahan
Skor Nilai
Kalimat tidak diterjemahkan -10
Kalimat terjemahan salah pesan
-5
Ketidaktepatan diksi, ejaan dan tata bahasa
-14
Jumlah Total -29
Selanjutnya, 100 poin awal dikurangi jumlah total kesalahan, maka skornya menjadi 71 poin. Kemudian dicocokan dengan kriteria penilaian dan hasilnya
adalah baik.
3.3 Aspek Gramatikal
Pada aspek gramatikal, sebagaimana telah penulis tuturkan di kajian terdahulu penulis memfokuskan pada diksi pilihan kata dan kalimat efektif. Diksi pilihan
48
kata adalah kemampuan untuk menentukan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, sedangkan kalimat efektif adalah kalimat
yang disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku, baik dari unsur-unsurnya subjek-predikat maupun dari ejaan dan diksi yang tepat.
Masalah diksi dan kalimat efektif bukanlah masalah yang sederhana. Jika seseorang salah memilih kata yang tepat, maka akan timbul makna yang berbeda.
Begitu pula pada kalimat efektif, kalimat yang menurut tata bahasa yang struktur dan pola bahasanya benar, belum tentu efektif. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan diksi yang tepat dan kalimat yang efektif dalam menganalisis dokumen-dokumen, penulis berpedoman pada beberapa kamus, antara lain kamus
Al-Ashri 2003, kamus Al-Munawwir 2002, Kamus Kontemporer Arab– Indonesia: Politik-Ekonomi 2006, dan Kamus Besar Bahasa Indonesi 2005.
Menurut penulis kamus-kamus tersebut merupakan kamus yang lengkap dan pemilihan diksinya tepat. Sementara itu, khusus KBBI selain memilih diksi yang
tepat, kamus ini juga digunakan untuk mencari makna sebuah kata, baik yang terdapat dalam Tsu maupun yang terdapat dalam Tsa, sehingga cukup membantu
penulis dalam menganalisis dokumen. Selain berpedoman pada beberapa kamus, penulis juga merujuk pada
dokumen-dokumen bahasa Indonesia sebagai bahan perbandingan. Dokumen- dokumen bahasa Indonesia tersebut penulis peroleh baik dari internet maupun
milik pribadi. Khusus untuk surat kuasa, penulis membandingkan dengan beberapa contoh pola surat kuasa yang terdapat pada buku 99 Contoh Surat
Bisnis , karena sebagian besar surat kuasa itu bersifat rahasia atau pribadi sehingga
49
contoh surat kuasa asli seperti dokumen-dokumen bahasa Indonesia yang lainnya sulit didapatkan baik di internet maupun sumber lainnya.
Semua dokumen bahasa Indonesia dan pola surat kuasa akan penulis masukan pada kumpulan lampiran. Dokumen tersebut penulis lampirkan dengan alasan
agar mempermudah penulis dalam menganalisis dokumen dan agar mempermudah pembaca dalam memahami maksud isi skripsi yang penulis buat.
Penulis juga berpedoman pada buku-buku mengenai penulisan surat, menimbang dokumen yang penulis analisis umumnya berbentuk surat. Pada
penulisan surat, surat tersebut harus memiliki kriteria surat yang baik, antara lain bahasanya singkat tidak bertele-tele dan jelas; mengikuti aturan penulisan yang
benar; isinya bersifat sopan dan jelas; dan tampilan surat terlihat rapih dan bersih tanpa coretan.
Sebagaimana pada salah satu kriteria surat yang baik, yaitu mengikuti aturan penulisan yang benar, maksudnya cara penulisan surat harus teratur dan tertib,
seperti penulisan surat pada umumnya. Kemudian surat tidak boleh ditulis secara singkat, kecuali pada penulisan Yth.. Buku yang penulis pakai sebagai buku
pedoman adalah Penuntun Perkuliahan Bahasa Indonesia karya Daeng Nurjamal dan Warta Sumirat.
Sementara itu, dalam menganalisis dokumen tersebut penulis juga memperhatikan ketepatan dalam penulisan ejaan dan tanda baca dalam
terjemahan, sehingga terjemahan tersebut dapat dianggap baik. Pada ejaan dan tanda baca, penulis merujuk pada buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan 2005. Buku tersebut penulis pakai menimbang ejaan yang
disempurnakanlah yang harus dipakai di Indonesia, agar pemakaian ejaan dalam
50
teks bahasa Indonesia terlihat baik. Selanjutnya, dapat membantu dalam menggambarkan maksud tulisan. Selain itu, pedoman Ejaan ini dapat membantu
penulis dalam menilai teks terjemahan khususnya dari segi ejaan dan tanda baca.
51
BAB IV PROFIL PENERJEMAH TERSUMPAH AL-HADI