Setelah ditetapkan jenis parameter dan jenis satuan yang akan dinilai, maka penilaian dapat dilakukan dengan dua macam cara. Pertama, penilaian secara
umum dengan memberi nilai + atau -. Kedua, penilaian lebih terperinci, yaitu dengan memberi angka, misalnya dari 0-10. kemudian ditetapkan nilai dari angka
tersebut, misalnya 0-5,9 buruk, 6-7,9 sedang, 8-8,9 baik, 9-10 baik sekali.
19
2.2.3 Maurits D.S. Simatupang
Maurits D.S. Simatupang dalam bukunya, Pengantar teori terjemahan, menyebutkan bahwa menilai terjemahan didasarkan pada kriteria yang telah
ditentukan terlebih dahulu, sehingga suatu terjemahan dapat dikatakan baik jika telah memenuhi semua kriteria tersebut. Beberapa kriteria yang dimaksud adalah
penerjemahan yang berdasarkan maknanya dan kewajaran menurut kaidah yang berlaku bagi bahasa sasaran. Berdasarkan kriteria tersebut, penilaian terhadap
sebuah terjemahan dapat ditujukan pada makna atau isi teks dan kewajaran menurut bahasa sasaran.
Dalam penilaian isi teks, hal yang perlu diperhatikan adalah isi terjemahan tersebut akurat atau tidak. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah apakah ada
yang ditambah dan dikurangi. Jika teks terjemahan tidak mengungkapkan seluruh makna yang terdapat di dalam teks sumber Tsu, maka terjemahan dianggap
kurang baik. Kemudian harus diperiksa pula apakah teks terjemahan ada yang tidak sesuai dengan Tsu. Jika ada, maka terjemahan dianggap tidak baik.
Seandainya makna dapat ditimbang, maka bobot makna Tsu harus sama dengan bobot makna teks sasaran Tsa.
20
19
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, h. 160
20
Maurits D.S. Simatupang, Pengantar Teori Terjemahan, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 1999, h. 130-131
22
Menurut Simatupang, menilai hasil terjemahan, harus diingat bahwa penilaian tidaklah dapat dilakukan seperti penilaian di bidang matematika. Pada matematika
tidak sulit untuk menentukan bahwa hasil tersebut salah atau benar. Jika, 2x4=8, benar; 2x4=7, salah. Pertanyaan dalam menilai terjemahan adalah sejauh mana
benarnya how right atau sejauh mana salahnya how wrong. Sementara itu, keakuratan hanya bisa dicapai dalam jenis-jenis terjemahan
tertentu. Misalnya teks terjemahan karya sastra seperti sajak. Kesalahan menerjemah di bidang ini bisa berakibat fatal dan sangat sulit mencapai
keakuratan. Menerjemahkan karya sastra merupakan penciptaan kembali suatu karya sastra di dalam bahasa sasaran berdasarkan karya aslinya, tanpa ada yang
ditambah atau dikurangi. Secara umum, dapat dikatakan bahwa mencapai ketepatan dalam terjemahan teks ilmiah atau prosa faktual lebih mungkin
dilakukan daripada terjemahan karya sastra.
21
2.2.4 E. Sadtono