Gambar 3.1. Skema organ bath
Strip otot polos yang telah digantung di dalam chamber direndam dalam larutan Krebs-Henseleit sebanyak 50 cc dengan suhu 37
o
C dan diberikan gas karbogen O
2
97 dan CO
2
3 . Strip otot polos tersebut diberikan tegangan atau resting tension sebesar 0,5 gram dan dibiarkan selama 60 menit. Transducer
pada organ bath tersebut terhubung dengan komputer yang memiliki piranti lunak Labchart dari ADInstrumen untuk menganalisis kontraktilitas strip otot polos
tersebut.
3.6.2. Tahap Pengujian Kontraktilitas
Strip otot polos yang telah diistirahatkan selama 60 menit diinduksi dengan pemberian carbachol dengan konsentrasi 1 µM dan kembali diistirahatkan
selama 60 menit dengan cara mengganti cairan tersebut dengan larutan Krebs- Henseleit yang baru washing. Selanjutnya strip otot polos kembali diberikan
carbachol dengan konsentrasi yaitu 0,01 µM, 0,1 µM, 1 µM, 10 µM, dan 100 µM secara kumulatif. Selanjutnya peneliti menganalisis rekaman hasil kontraktilitas
strip otot polos yang diinduksi oleh carbachol. Hal ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari kontraksi otot polos.
Gambar 3.2. Skema kontraksi otot polos pada pemberian carbachol
Otot polos yang telah diistirahatkan selama 60 menit diinduksi kembali dengan carbachol 1 µM. Setelah kontraksi otot polos stabil, ekstrak daun
Orthosiphon aristatus ditambahkan ke dalam chamber dengan berbagai konsentrasi yaitu 10
-6
, 10
-5
, 10
-4
, 10
-3
, dan 10
-2
secara kumulatif. Besar kontraksi yang dipengaruhi oleh Orthosiphon aristatus dengan berbagai
konsentrasi tersebut dihitung dalam persen terhadap kontraksi yang ditimbulkan oleh carbachol kontraksi relatif.
Gambar 3.3. Skema kontraksi otot polos pada pemberian ekstrak Orthosiphon aristatus
Selain itu, dilakukan juga pengujian dengan pelarut saja yaitu DMSO. Besar kontraksi yang dipengaruhi oleh pemberian Orthosiphon aristatus
KK 10
-4
KK 10
-3
carbachol carbachol
Carbachol 1 µM Carbachol 1 µM
100 µM
10 µM
1 µM
0,1 µM
0,01 µM
KK 10
-6
KK 10
-2
KK 10
-5