Undang-undang Ketenagakerjaan Undang-undang Ketenagakerjaan dan Institusi

bukan semata-mata untuk mendapatkan kesenangan material. 32 Bisa dikatakan bekerja juga untuk mendapatkan kesenangan atau keuntungan spiritual.

2. Undang-undang Ketenagakerjaan dan Institusi

a. Undang-undang Ketenagakerjaan

1 Pengupahan Tercantum dalam Pasal 88 bagian kedua tentang pengupahan: 1 Setiap pekerja atau buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. 2 Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja atau buruh. 3 Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja atau buruh sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 meliputi: a. Upah minimum; b. Upah kerja lembur; c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan; d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya; e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerja;dan sebagainya Juga tercantum pada Pasal 93 yang berbunyi: 32 Syamsuddin Abdullah, Agama dan Masyarakat: Pendekatan Sosiologi Agama Jakarta: Logos, 1997, h. 32. 1 Upah tidak dibayar apabila pekerja atau buruh tidak melakukan pekerjaan. 2 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 tidak berlaku, dan pengusaha wajib membayar upah apabila: a. Pekerja atau buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan; b. Pekerja atau buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan; c. Pekerja atau buruh tidak masuk bekerja karena menikah, menikahkan, mengkhitan, membaptiskan anaknya, istri melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau istri atau anak atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia; d. Pekerja atau buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan kewajibannya terhadap negara; e. Pekerja atau buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya; dan sebagainya 2 Fasilitas Kesejahteraan Dalam hal ini terdapat dalam beberapa pasal di antaranya bagian ketiga Pasal 99 tentang kesejahteraan: 1 Setiap pekerja atau buruh dan keluarga berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja. 2 Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Diikuti oleh Pasal 100 tentang kesejahteraan: 1 Untuk meningkatkan kesejahteraan bagi pekerja atau buruh dan keluarga, pengusaha wajib menyediakan fasilitas kesejahteraan. 2 Penyediaan fasilitas kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pekerja atau buruh dan ukuran kemampuan perusahaan. 3 Ketentuan mengenai jenis dan kriteria fasilitas kesejahteraan sesuai dengan kebutuhan pekerja atau buruh dan ukuran kemampuan perusahaan. 4 Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan 2, diatur dengan peraturan pemerintah. Juga terdapat dalam Pasal 80 yaitu, perusahaan wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada pekerja atau buruh untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya. 3 Mogok Kerja Terdapat dalam Pasal 137 tentang mogok kerja. Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja atau buruh dan serikat pekerja atau buruh dilakukan secara sah, tertib, dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan. 4 Kesempatan dan Perlakuan yang Sama Setiap pekerja atau buruh memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan dan setiap pekerja atau buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa adanya diskriminasi. Hal ini tercantum dalam Undang-undang Ketenagakerjaan Pasal 5 dan 6 tentang kesempatan dan perlakuan yang sama. 5 Waktu Kerja Penetapan waktu kerja terdapat dalam beberapa pasal di antaranya Pasal 77 Bab X tentang perlindungan pengupahan dan kesejahteraan: 1 Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja. 2 Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 meliputi: a. 7 tujuh jam 1 satu hari dan 40 empat puluh jam 1 satu minggu untuk 6 enam hari kerja dalam 1 satu minggu; atau b. 8 delapan jam 1 satu hari dan 40 empat puluh jam 1 satu minggu untuk 5 lima hari kerja dalam 1 satu minggu 3 Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu. 4 Ketentuan waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 diatur dengan keputusan menteri. Juga terdapat dalam Pasal 79 yang berbunyi: 1 Pemerintah wajib memberikan waktu istirahat dan cuti kepada pekerja atau buruh. 2 Waktu istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 meliputi: a. Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 empat jam terus-menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja; b. Istirahat mingguan 1 satu hari dalam 6 enam hari kerja dalam 1 satu minggu atau 2 dua hari dalam 5 lima hari kerja dalam 1 satu minggu; dan sebagainya

b. Institusi