dengan keberagamaan mereka. Baik yang berpengaruh buruk atau yang berpengaruh baik terhadap keberagamaan mereka.
Hal ini bisa disebabkan karena beberapa responden tidak terlalu mempedulikan kejadian-kejadian yang menimpa mereka. Apakah kejadian
tersebut berkaitan dengan keberagamaan mereka atau tidak. Artinya mereka menganggap kejadian tersebut biasa saja dan mereka tidak terlalu mengkait-
kaitkannya dengan keberagamaan mereka.
4. Dimensi Pengetahuan Agama
Pengetahuan agama masing-masing responden juga cukup beragam. Mulai dari latar belakang agama mereka, 10 orang 50 berasal dari
keluarga yang agamis, 8 orang 40 berasal dari keluarga yang kurang agamis, dan 2 orang 10 berasal dari keluarga yang tidak agamis.
Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 21 Latar Belakang Keluarga Agamis atau Tidak
No. Alternatif Jawaban
Frekwensi Persentase
A Sangat Agamis
- -
B Agamis
10 50
C Kurang Agamis
8 40
D Tidak Agamis
2 10
Jumlah 20 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa latar belakang keluarga responden bervariasi antara yang agamis, kurang agamis, dan tidak agamis.
Separuh dari mereka mengaku memiliki keluarga yang agamis, selebihnya agamis dan hanya beberapa saja yang mengaku memiliki keluarga yang tidak
agamis, bukan berarti tidak agamis sama sekali. Seperti penuturan responden berikut ini:
“Keluarga saya mah orang biasa, nggak agamis. Soalnya pengetahuan agamanya rata-rata nggak banyak.”
72
Pengakuan mereka atas latar belakang keluarga didasarkan pada pengetauan agama yang dimiliki. Seperti pengakuan responden di atas
menunjukkan bahwa latar belakang keluarganya tidak agamis karena pengetahuan agama yang sedikit. Berbeda dengan responden yang mengaku
keluarganya agamis karena memang pengetahuan agamanya yang cukup banyak, ditambah adanya penekanan agama dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti penuturan responden berikut ini: “Ya. Kebetulan keluarga saya keluarga agamis. Tapi, nggak agamis
banget sih. Pokonya orang tua saya tuh nekanin banget yang namanya hal-hal agama. Dia bilang buat bekal juga, karena kita nggak cuma hidup di dunia tapi
juga di akhirat.”
73
Sementara dengan lingkungan tempat tinggal mereka, 10 orang 50 tinggal di lingkungan yang agamis dan 10 orang 50 tinggal di lingkungan
yang kurang agamis. Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 22 Latar Belakang Lingkungan Agamis atau Tidak
No. Alternatif Jawaban
Frekwensi Persentase
A Sangat Agamis
- -
B Agamis
10 50
C Kurang Agamis
10 50
D Tidak Agamis
- -
Jumlah 20 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa berbeda dengan latar belakang keluarga yang cukup bervariasi, latar belakang lingkungan tempat tinggal
responden lebih berimbang antara yang agamis dan kurang agamis. Tapi tidak terlalu agamis dan tidak juga tidak agamis sama sekali.
72
Wawancara Pribadi dengan Retno, Staf BNI Syariah, Jakarta, 16 Maret 2007.
73
Wawancara Pribadi dengan Taufik Dwinanto, Asisten Unit Pemasaran Bisnis BNI Syariah, Jakarta, 12 Maret 2007.
Sementara untuk latar belakang pendidikan agama mereka, kedua puluh renponden 100 lebih banyak mendapatkan pendidikan agama di
lembaga pendidikan. Pehatikan tabel berikut ini:
Tabel 23 Tempat Memperoleh Banyak Pengetahuan Agama
No. Alternatif Jawaban
Frekwensi Persentase
A Keluarga -
- B Lingkungan
- -
C Lembaga Pendidikan
20 100
D Lainnya -
- Jumlah 20
100 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lembaga pendidikan, baik formal
maupun nonformal, menjadi tempat yang memberikan pengetahuan agama lebih banyak dibandingkan dengan keluarga, lingkungan, dan tempat lainnya.
Terlebih lagi karena mereka mengenyam pendidikan sampai tingkat tinggi. Paling tidak, di sekolah mereka mendapatkan pengetahuan agama yang lebih
mendetail. Sementara di rumah atau di lingkungan, mereka mendapatkan pengetahuan agama secara praktek dan seadanya saja. Sebagian responden
memilih sekolah madrasah sebagai lembaga pendidikaan yang lebih konsern terhadap pengetahuan agama. Seperti penuturan responden berikut ini:
“Saya banyak dapet ilmu agama di sekolah. Rata-rata di keluarga saya pernah sekolah madrasah. Karena kalo madrasah kan pengetahuan agamanya
lebih lengkap.”
74
Begitu juga dengan tingkat pengetahuan agama mereka, kedua puluh responden 100 memiliki tingkat pengetahuan agama yang sedang-sedang
saja. Perhatikan tabel berikut ini:
74
Ibid.
Tabel 24 Tingkat Pengetahuan Agama
No. Alternatif Jawaban
Frekwensi Persentase
A Sangat Tinggi
- -
B Tinggi -
- C Sedang
20 100 D Rendah
- -
Jumlah 20 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua responden mengaku tingkat pengetahuan agama mereka tidak terlalu tinggi atau tidak terlalu
rendah. Jika dikaitkan dengan aktivitas agama mereka, pengetahuan agama mereka cukup menjadi pedoman dalam mengerjakan ibadah dan aktivitas
agama lainnya. Beberapa responden mengaku memiliki pengetahuan agama yang biasa saja, karena dalam beberapa hal yang berkaitan dengan agama
mereka masih harus menanyakan kepada yang lebih memahaminya. Seperti penuturan responden berikut ini:
“Nggak tau deh semana. Biasa lah... masih awam dikit, nggak jago- jago banget. Soalnya masih sering nanya juga sih kalo ada masalah agama.”
75
Sedangkan untuk mengikuti pengajian guna menambah pengetahuan agama mereka, 6 orang 30 selalu mengikutinya, 8 orang 40 jarang,
dan 6 orang 30 lainnya kadang-kadang. Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 25 Menikuti Pengajian Untuk Menambah Pengetahuan Agama
No. Alternatif Jawaban
Frekwensi Persentase
A Selalu 6 30
B Sering 8 40
C Kadang-kadang 6
30 D Tidak
Pernah -
- Jumlah 20
100 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa antusiasme responden dalam
menambah pengetahuan agama mereka masih terbilang rendah. Hanya
75
Wawancara Pribadi dengan Retno, Staf BNI Syariah, Jakarta, 16 Maret 2007.
sepertiga dari mereka yang rutin mengikuti pengajian guna menambah pengetahuan agama. Bahkan selain mengikuti pengajian yang diadakan
perusahaan, mereka juga masih menyempatkan diri untuk mengikuti pengajian di lingkungan tempat tinggal mereka. Seperti penuturan responden berikut ini:
“Saya sering ngikutin pengajian, baik yang diadain di perusahaan maupun di lingkungan tempat tinggal.”
76
Namun, sebagian mengaku mengikuti pengajian tergantung kemauan saja. Seperti penuturan responden berikut ini:
“Saya jarang sih mengikuti pengajian. Kalau lagi mau saja atau kalau lagi ada yang nemenin.”
77
Dari data di atas dapat dilihat bahwa terlepas dari latar belakang keluarga dan lingkungan, tingkat pengetahuan agama mereka sedang-sedang
saja, itupun kebanyakan mereka peroleh dari lembaga pendidikan. Stidaknya, pengetahuan agama yang seperti itu benar-benar sudah mereka aplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tidak terlalu banyak yang berantusias untuk menambah pengetahuan agama mereka dengan mengikuti pengajian-
pengajian rutin. Sungguh sangat disayangkan sekali.
5. Dimensi Konsekuensi