BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan perekonomian di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari semakin bertambahnya perusahaan-
perusahaan besar yang bermunculan bagaikan jamur di musim hujan. Keuntungannya adalah selain menambah pemasukan devisa negara juga—
sitidaknya—mampu mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia. Perusahaan- perusahaan yang bermunculan sangat beragam dari perusahaan kecil sampai
perusahaan besar, dari perusahaan nasional sampai perusahaan multinasional. Perusahaan nasional yang lebih dikenal dengan Badan Usaha Milik
Negara BUMN yaitu badan usaha milik negara yang didirikan sesuai Undang- undang No. 9 tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang No. 1 tahun 1969 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara menjadi Undang-undang, dan badan usaha lainnya yang didirikan dengan Undang-undang
tersendiri yang terdapat unsur kepemilikan negara.
1
Salah satu contoh PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk. yang lebih dikenal dengan BNI. BNI merupakan bank umum pemerintah pertama yang
didirikan pada tanggal 5 Juli 1946. Selain sebagai Badan Usaha Milik Negara BUMN, BNI juga merupakan salah satu pelopor dalam pengembangan bank
syariah di Indonesia. Hal ini merupakan perealisasian dari Undang-undang Nomor
1
“Penjelasan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 4PBI2002 Tentang Pemantauan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan Umum,” artikel diakses
. id
. go
. bi
. www
: http
dari ,
2007 Januari
7 tanggal
10 Tahun 1998 yang memungkinkan bank-bank umum untuk membuka layanan syariah, BNI membuka layanan perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah
dengan konsep dual system banking yakni dua layanan perbankan, umum dan syariah sekaligus. Diawali dengan pembentukan Tim Bank Syariah di tahun 1999,
Bank Indonesia BI kemudian memberikan izin prinsip dan usaha untuk beroperasinya Unit Usaha Syariah.
Sebagai bank yang beroperasi berdasarkan syariah Islam dan berlandaskan pada Al-Quran dan Hadis, sudah selayaknya pula pekerja-pekerja di BNI Syariah
memiliki kinerja yang disesuaikan dengan latar belakang operasional bank tersebut. Paling tidak, ada perbedaan jika dibandingkan dengan pekerja pada
bank-bank umum pada umumnya. Dalam konteks ketenagakerjaan, tenaga kerja dan perkerja memiliki
perbedaan makna. Undang-undang tentang ketenagakerjaan menyebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Sedangkan pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
2
Namun, kata yang sering digunakan adalah tenaga kerja. Meskipun demikian, selanjutnya penulis akan
menggunakan kata pekerja, sesuai dengan kaidah yang ada dan sesuai dengan obyek kajian adalah orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan.
Setiap tenaga kerja belum tentu pekerja tetapi setiap pekerja sudah pasti tenaga kerja. Karena setiap tenaga kerja adalah orang yang mampu melakukan pekerjaan
tetapi belum bekerja, sedangkan pekerja merupakan srtiap orang yang sudah
2
Undang-undang RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Bandung: Citra Umbara, 2003, Bab I ketentuan umum, Pasal I ayat 2 dan 3, h. 3.
bekerja dan merupakan tenaga kerja, yaitu dengan menerima upah atau imbalan lainnya.
Pada awalnya manusia sejak awal sejarah telah menunjukkan kecenderungan bekerja sebagai upaya memenuhi kebutuhan hidup, sebab itulah
manusia disebut makhluk bekerja homo faber. Pekerjaan merupakan usaha yang direncanakan untuk menghasilkan nilai atau manfaat bagi orang lain.
3
Pekerja berarti orang yang bekerja. Bekerja berarti melakukan pekerjaan. Maka pekerja
berarti orang yang melakukan suatu usaha yang direncanakan untuk menghasilkan nilai atau manfaat.
Dilihat dari kacamata agama, bekerja bukan hanya sekedar mencari nafkah untuk kelangsungan hidup tetapi juga merupakan suatu pengabdian kepada
sesama manusia, rumah tangga, bangsa dan negara, serta yang lebih penting lagi adalah pengabdian kepada Tuhan Yang Mahakuasa.
4
Pengabdian kepada Tuhan Yang Mahakuasa ini merupakan pencerminan keberagamaan pekerja dalam
menjalankan keyakinan agamanya masing-masing. Pekerja seperti ini meyakini bahwa apapun yang mereka lakukan semata-mata karena Tuhan Yang Mahakuasa
lillahi taala. Kata keberagamaan berasal dari kata beragama yang mendapat awalan
ke- dan akhiran -an. Kata beragama sendiri dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan: menganut memeluk agama, beribadat, taat kepada agama
baik hidupnya menurut agama. Misalnya, ia berasal dari keluarga yang taat
3
Ir. Herlianto, M.Th., Urbanisasi, Pembangunan, dan Kerusuhan Kota Jakarta: PT Alumni, 1997, h. 55.
4
M. Syaufii Syamsuddin, Norma Perlindungan dalam Hubungan Industrial Jakarta: Sarana Bhakti Persada, 2004, h. 1.
beragama.
5
Kata keberagamaan dalam penelitian sosial keagamaan lebih dikenal dengan sebutan religiusity atau religiusitas. Religiusitas berbeda
dengan pemahaman tentang agama-agama yang lebih menunjukkan keadaan kelembagaan, kebaktian kepada Tuhan atau kepada dunia atas dalam aspeknya
yang resmi, yuridis, peraturan-peraturan dan hukum-hukumnya. Religiusitas lebih melihat aspek-aspek yang di dalam hati, riak getaran hati nurani, dan sikap
personal.
6
Kondisi-kondisi yang menurut R.Stark dan C.Y. Glock dapat menunjuk kepada ketaatan dan komitmen kepada agama.
7
Adapun Dalam sebuah perusahaan BUMN sendiri ketaatan dan koitmen kepada agama setiap pekerja sekiranya
menjadi aspek lain yang menarik untuk ditelusuri lebih dalam. Dalam UUD 1945 negara menjamin kemerdekan tiap-tiap penduduk untuk
memluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
8
Agama sebagai sebuah sistem yang mengatur hubungan hamba dengan Tuhannya. Agama adalah prinsip kepercayaan terhadap Tuhan atau
dewa atau lainnya dengan menjalankan kebaktian, kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.
9
Agama membawa peraturan yang merupakan hukum-hukum yang harus dipatuhi dan dapat menguasai diri seseorang sehingga
membuat patuh dan tunduk kepada Tuhan dengan menjalankan agama.
10
Jika demikian, maka kebebasan beragama menjamin manusia untuk mengabdikan diri
5
J.S. Badudu Sota Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994, h. 11.
6
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metodologi Penelitian Survei Jakarta: LP3ES, 1989, hh. 126-127.
7
R. Stark dan C.Y. Glock, Dimensi-dimensi Keberagamaan, dalam Roland Robertson, ed., Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis Jakarta: PT RajaGarafindo Persada, 1993,
h. 291.
8
Ibid., h. 24.
9
Departemen Pndidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1998, h. 9.
10
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek Jakarta: UI Press, h. 9.
kepada Tuhannya masing-masing. Dengan tidak bermaksud mencampuri privasi masing-masing dalam menjalankan agamanya penulis mencoba memberikan
gambaran singkat mengenai keberagamaan atau religiusitas setiap pekerja muslim tentunya. Terlebih pekerja BNI Syariah, yang notabene BNI Syariah beroperasi
berdasarkan syariah Islam dan berlandaskan Al-Quran dan Hadis, maka keberagaman pekerja menjadi menarik untuk dibahas. Apakah keberagamaan
orang yang bekerja pasti sejalan dengan perusahaannya atau malah sebaliknya? Berdasarkan pemikiran tersebut di atas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dan menganalisa tentang keberagamaan pekerja. Selanjutnya hasil penelitian tersebut akan penulis tuangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul
“Keberagamaan Pekerja Perusahaan BUMN” .
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah