Dimensi Keyakinan Dimensi-dimensi Keberagamaan Pekerja

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA HASIL PENELITIAN

A. Dimensi-dimensi Keberagamaan Pekerja

Dengan berpedoman pada teori R. Stark dan C.Y. Glock tentang lima dimensi keberagamaan yaitu: dimensi keyakinan, dimensi praktek agama, dimensi pengalaman, dimensi pengetahuan agama, dan dimensi konsekuensi, maka temuan penelitian ini penulis sesuaikan dengan kelima dimensi tersebut. Dari 35 pertanyaan angket yang ada, penulis membaginya sebagai berikut: 5 pertanyaan tentang dimensi keyakinan, 10 pertanyaan tentang dimensi praktek agama, 5 pertanyaan tentang dimensi pengalaman, 5 pertanyaan tentang dimensi pengetahuan agama, dan 5 pertanyaan tentang dimensi konsekuensi. Sementara 5 pertanyaan lagi tentang aktivitas agama pekerja di perusahaan. Berikut ini adalah analisa data kelima dimensi keberagamaan pekerja ditambah aktivitas agama pekerja di perusahaan yang penulis peroleh melalui penyebaran angket kepada dua puluh responden yang terpilih.

1. Dimensi Keyakinan

Dari jawaban kedua puluh responden terhadap angket yang disebarkan dapat dilihat bahwa kadar keyakinan agama mayoritas mereka sangat tinggi. Rata-rata mereka menjawab sangat percaya dari lima pertanyaan mengenai keyakinan. Tingkat keyakinan mereka dapat dilihat dari beberapa tabel berikut ini ditambah dengan penuturan beberapa responden sendiri. Mengenai keyakinan terhadap rukun iman, kedua puluh responden 100 sangat percaya terhadap rukun iman. Perhatikan tabel berikut ini: Tabel 1 Keyakinan Terhadap Rukun Iman No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Sangat Percaya 20 100 B Percaya - - C Kurang Percaya - - D Tidak Percaya - - Jumlah 20 100 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat keyakinan mereka terhadap rukun iman sangat tinggi. Ternyata mereka sangat memegang teguh keyakinan terhadap hal-hal sakral atau suci dan gaib. Seperti penuturan responden berikut ini: “Percaya. Karena iman berarti percaya, maka kita wajib percaya akan adanya Allah, Malaikat, Kitab-kitab Allah, Rasulullah, Hari Akhir, dan Takdir.” 43 Sebenarnya alasan sederhana mengapa responden begitu yakin terhadap rukun iman adalah karena merupakan kewajiban. Keyakinan responden bisa juga karena pemahaman mereka tentang iman itu sendiri seperti penuturan responden di atas. Di dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 3 disebutkan: … ا ذﻠ ﻦﻴ ﺆﻴ نﻮﻨﻤ … ﺐﻴﻐﻠﺎﺒ “...yaitu orang-orang yang percaya dengan hal gaib...” 44 Yang dimaksud hal gaib tersebut tidak lain adalah keenam rukun iman yaitu: percaya kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab Allah tidak hanya Al-Quran tapi juga kitab suci agama lain—pen., Rasulullah, Hari Akhir, dan Takdir. 43 Wawancara Pribadi dengan Taufik Dwinanto, Asisten Unit Pemasaran Bisnis BNI Syariah, Jakarta, 12 Maret 2007. 44 Q.S. Al-Baqarah ayat 3. Begitu juga mengenai keyakinan terhadap segala sesuatu yang datang dari Allah akan kembali kepada Allah, kedua puluh responden 100 sangat percaya. Perhatikan tabel berikut ini: Tabel 2 Keyakinan Terhadap Segala Yang Datang dari Allah Akan Kembali Kepada Allah No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Sangat Percaya 20 100 B Percaya - - C Kurang Percaya - - D Tidak Percaya - - Jumlah 20 100 Ini sama halnya dengan keyakinan terhadap rukun iman. Mereka begitu yakin akan segala sesuatu yang ada di dunia ini merupakan milik Allah dan akan kembali kepada Allah sewaktu-waktu. Hal ini dibuktikan oleh penuturan responden berikut ini: “Saya percaya banget bahwa semua yang ada di dunia ini milik Allah, karena Allah sendiri yang menciptakan segalanya, termasuk kita sendiri. Makanya, suatu saat Allah pasti akan mengambil kembali segala miliknya.” 45 Segala sesuatu yang ada di alam ini milik Allah karena Dia yang menciptakan. Maka, Allah berhak untuk berbuat apa saja terhadap milik-Nya itu. Termasuk menarik kembali segala sesuatu yang telah diturunkan-Nya ke alam ini. Peristiwa kematian merupakan satu contoh yang mengingatkan kepada kita betapa Allah pasti akan mengambil kembali apa yang telah Dia ciptakan atau turunkan ke alam ini. Itulah mengapa Allah memerintahkan keapada kita, ketika terjadi musibah, apalagi kematian, maka kita harus mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi rajiun, segalanya dari Allah dan akan kembali kepada Allah. 45 Ibid. Sementara mengenai keyakinan terhadap surga dan neraka 17 orang 85 sangat percaya dan 3 orang 15 percaya. Perhatikan tabel berikut ini: Tabel 3 Keyakinan Terhadap Surga dan Neraka No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Sangat Percaya 17 85 B Percaya 3 15 C Kurang Percaya - - D Tidak Percaya - - Jumlah 20 100 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden sangat mempercayai adanya surga dan neraka. Ada juga beberapa orang yang sekedar percaya. Hal ini bisa disebabkan karena mereka tidak terlalu menganggap penting keberadaan surga dan neraka itu. Sebagaimana penuturan responden berikut ini: “Saya percaya aja adanya surga dan neraka. Meski saya nggak tau banyak tentang surga dan neraka itu.” 46 Terkadang memang orang tidak mau ambil pusing tentang seluk beluk surga dan neraka. Mereka cukup percaya saja. Bahkan mereka tidak peduli akan ke mana mereka nanti dimasukkan. Setiap orang pasti sangat mendambakan berada di surga pada kehidupan akhirat nanti. Namun, beberapa orang memiliki pemikiran bahwa apapun yang mereka lakukan di dunia ini biarlah Tuhan yang menilainya, biarlah Tuhan yang mengaturnya. Mengenai keyakinan terhadap ajaran-ajaran agama yang mereka peroleh 18 orang 90 sangat percaya dan 2 orang 10 menjawab percaya. Perhatikan tabel berikut ini: 46 Wawancara Pribadi dengan Retno, Staf BNI Syariah, Jakarta, 16 Maret 2007. Tabel 4 Keyakinan Terhadap Ajaran Agama No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Sangat Percaya 18 90 B Percaya 2 10 C Kurang Percaya - - D Tidak Percaya - - Jumlah 20 100 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sama halnya dengan keyakinan terhadap surga dan neraka, mayoritas responden sangat mempercayai ajaran- ajaran agama yang mereka peroleh. Beberapa orang mengaku cukup percaya. Seperti yang dikatkan oleh responden berikut ini: “Saya percaya. Selama ajaran agama yang saya peroleh tidak menyesatkan saya.” 47 Itu berarti bahwa keyakinan mereka terhadap ajaran-ajaran agama yang mereka peroleh berdasarkan pertimbangan dampak dari ajaran-ajaran agama itu sendiri. Terlepas dari apakah mereka benar-benar meyakininya dan apakah mereka benar-benar mengamalkan ajaran-ajaran agama yang mereka peroleh. Sedangkan mengenai pengabulan doa 12 orang 60 sangat percaya, 6 orang 30 percaya, dan 2 orang 10 kurang percaya. Perhatikan tabel berikut ini: Tabel 5 Keyakinan Terhadap Pengabulan Doa No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Sangat Percaya 12 60 B Percaya 6 30 C Kurang Percaya 2 10 D Tidak Percaya - - Jumlah 20 100 47 Ibid. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa keyakinan terhadap pengabulan doa lebih beragam dibandingkan dengan keyakinan-keyakinan terhadap empat hal sebelumnya. Meski banyak yang sangat percaya akan pengabulan doa, ada beberapa yang cukup percaya, bahkan ada juga yang kurang percya. Seperti penuturaan responden berikut ini: “Saya agak kurang percaya. Karena saya sering berdoa tapi jarang terkabul. Mungkin saya doanya kurang ikhlas kali ya.” 48 Alasan ini mengesankan adanya keputusasaan akan doa-doa yang jarang terkabul. Itu bisa saja karena mereka kurang ikhlas dalam berdoa. Atau mereka belum mengerti benar makna sebenarnya tentang doa itu. Dari data di atas dapat dilihat bahwa tidak ada satu pun renponden yang tidak percaya sama sekali terhadap keyakinan mereka. Hanya saja ada beberapa responden yang cukup percaya dan kurang percaya, namun itupun persentasenya sangat kecil jika dibandingkan dengan yang sangat percaya terhadap keyakinan tersebut. Sedangkan untuk mengetahui rata-rata responden yang sangat percaya melalui perhitungan sebagai berikut: Rata-rata = 100 + 100 + 85 + 90 + 60 : 5 = 435 : 5 = 87 Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa 87 dari kedua puluh responden sangat percaya terhadap rukun iman, segala sesuatu datang dari Allah dan akan kembali kepada Allah, surga dan neraka, ajaran agama, serta pengabulan doa. 48 Ibid. Rata-rata = Jumlah persentase responden yang menjawab Sangat Percaya : Jumlah Pertanyaan

2. Dimensi Praktek Agama