Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Lansia Tentang Pemanfaatan Posyandu Lansia Dalam Menunjang Status Gizi Di Puskesmas Petisah Medan Tahun 2009

(1)

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN LANSIA TENTANG PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DALAM MENUNJANG

STATUS GIZI DI PUSKESMAS PETISAH MEDAN TAHUN 2009

S K R I P S I

Oleh :

Enina Tarigan NIM. 071000266

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN LANSIA TENTANG PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DALAM MENUNJANG

STATUS GIZI DI PUSKESMAS PETISAH MEDAN TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

Enina Tarigan NIM. 071000266

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN LANSIA TENTANG PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DALAM MENUNJANG

STATUS GIZI DI PUSKESMAS PETISAH MEDAN TAHUN 2009

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh : Enina Tarigan

NIM. 071000266

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 14 Januari 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(Dr.Ir.Zulhaida Lubis, M.Kes) (Dr.Ir.Evawani Y.Aritonang, M.Si) NIP.196205291989032001 NIP. 132049788

Penguji II Penguji III

(Ernawati Nasution SKM, M.Kes) (Fitri Ardiani SKM, MPH) NIP. 197002121995012001 NIP.198207292008122002

Medan, Desember 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, MSi NIP. 195310181982032001


(4)

ABSTRAK

PERILAKU LANSIA TENTANG PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DALAM MENUNJANG STATUS GIZI DI PUSKESMAS PETISAH MEDAN TAHUN 2009

Posyandu lansia merupakan keterpaduan pelayanan yang dibentuk atas dasar peningkatan populasi lansia, mahalnya biaya pengobatan, rendahnya jangkauan pelayanan kesehatan dan tingginya angka kesakitan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku lansia tentang pemanfaatan posyandu lansia dalam menunjang status gizi di Puskesmas Petisah Medan Tahun 2009.

Jenis penelitian ini adalah survey dengan rancangan sekat silang. Populasi adalah seluruh lansia di Puskesmas Petisah Medan. Sampel sebanyak 100 responden yang dipilih secara acak sederhana. Variabel bebas yaitu karakteristik lansia berupa umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Variabel terikat yaitu perilaku lansia tentang pemanfaatan posyandu dan status gizi lansia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan lansia dalam kategori baik sebesar 96,15%, sikap lansia dalam kategori baik sebesar 100% dan tindakan lansia dalam kategori baik 78,8%. Indeks Massa Tubuh pada lansia diperoleh 62% lansia yang status gizi normal, 30% lansia yang status gizi gemuk tingkat ringan, 8% lansia yang status gizi gemuk tingkat berat. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku lansia tentang pemanfaatan posyandu lansia dalam menunjang status gizi dalam kategori baik.

Disarankan kepada petugas puskesmas tetap mempertahankan program posyandu dan memberikan penyuluhan kesehatan, kepada kader dan kepala lingkungan lebih berperan aktif dalam menghimbau lansia agar tetap mengikuti kegiatan posyandu, dan juga kepada anggota keluarga agar mendampingi lansia dalam mengikuti setiap kegiatan posyandu lansia.


(5)

ABSTRACT

Elderly’s behavior of using posyandu in supporting elderly’nutrition in Puskesmas Petisah Medan 2009

Elderly’ posyandu is integrated health service was formed on basic of improvement aging population, expensive cost, the low coverage of health services and high morbidity. This study aims to determinent behavior of using elderly’s posyandu in supporting nutrition elderly in Puskesmas Petisah 2009.

This research is survey with a cross sectional. Population of this research is all elderly in Puskesmas Petisah Medan. Sample is 100 respondents was taken by simple random sampling. Variable independent is age, sex, education, job and income. Variable dependent is behaviour elderly’s about utilization posyandu.

The results showed that knowledge of the elderly in both category for 96,15%, the attitude of the elderly in both category of 100% and practice of elderly in category 78,8%. Body mass indeks of elderly at normal nutritional status is 62%, 30% of the nutritional status of elderly in the mild fat, 8% of nutritional status of elderly in the level of fat weight. From the result it can be concluded that the behavior off the elderly’s utilization in supporting the elderly posyandu nutritional status in both categories.

It is suggested to health workers posyandu for maintaining posyandu’s programme and provide health education, to cadre and the environment chief be more active in calling elderly for following the posyandu activities, and also to family members to accompany the elderly to following in each posyandu’activities elderly. Keyword: elderly’s behavior, elderly’s posyandu, nutritional status


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : ENINA TARIGAN

Tempat/Tanggal lahir : Medan, 23 Maret 1985 Agama : Kristen Protestan Status Perkawinan : Belum menikah Jumlah Bersaudara : 6 Orang

Alamat Rumah : Jl. Saudara Gg. Pantai II No. 22 Medan

Riwayat Pendidikan

Tahun 1992 – 1998 : SD Swasta Kristen Immanuel Medan Tahun 1998 – 2001 : SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Tahun 2001 – 2003 : SMA Swasta Kristen Immanuel Medan Tahun 2003 – 2006 : Poltekkes Depkes RI Medan

Jurusan Keperawatan


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Lansia Tentang Pemanfaatan Posyandu Lansia Dalam Menunjang Status Gizi Di Puskesmas Petisah Medan Tahun 2009”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Tersusunnya skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat. 2. Dr. Ir Zulhaida Lubis M.Kes, selaku Dosen pembimbing I dan Dr. Ir Evawany

Y. Aritonang, M.Si, selaku Dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran serta memberikan bimbingan hingga selesainya skripsi ini.

3. Dra. Jumirah Apt. M.Kes selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat.

4. Ernawati Nasution, SKM. M.Kes, selaku Dosen Pembimbing Akademik. 5. Dr. Henny Safitri selaku Kepala Puskesmas Petisah yang telah memberikan

izin untuk mengikuti kegiatan akademik.

6. Secara khusus kepada Orang tua tercinta buat Papa Drs. A.M. Tarigan, Apt dan juga buat Mama Dra. B. Ginting, Spd yang telah memberikan kasih


(8)

sayang sepenuhnya bagi penulis. Demikian juga buat kakak dan adikku yang selalu hadir disetiap waktu untuk mendukung, dan memberikan semangat. 7. Buat sahabatku : Hinsa, Esra, Kak Santi, Melisa, Hendra dan teman-teman di

Peminatan Gizi Kesehatan Mayarakat, Ekstensi 2007 serta Regular 2005 lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan, kebersamaan, canda, tawa yang telah terjalin selama ini dan membantu skripsi ini hingga selesai.

8. Teristimewa buat abangku Elwin Ginting, S.Pt yang telah banyak mendukung skripsi ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga penelitian yang telah dilaksanakan dapat berguna bagi penulis, Fakultas Kesehatan Masyarakat dan juga bagi semua pihak yang berkompeten.

Medan, Januari 2010


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Riwayat Hidup Penulis... iv

Kata Pengantar... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Pengertian Lanjut Usia ... 7

2.1.1. Proses Menua... 7

2.1.2. Arti dan Batasan Lansia... 10

2.2. Posyandu Lanjut Usia ... 11

2.2.1. Pengertian Posyandu Lansia... 11

2.2.2. Tujuan Penyelenggaraan... 12

2.2.3. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia... 12

2.2.4. Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia... 13

2.3 Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia ... 15

2.4 Upaya Meningkatkan Pemanfaatan Posyandu Lansia ... 17

2.5 Keukupan Gizi Pada Lansia ... 19

2.6 Pengkajian Status Gizi ... 22

2.7. Kebutuhan Zat Gizi Pada Lansia ... 29

2.8. Perilaku Sehubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu ... 30

2.9. Pengetahuan ... 32

2.10. Sikap ... 33

2.11. Tindakan ... 34

2.12. Kerangka Konsep ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

3.1. Jenis Penelitian ... 36


(10)

3.2.1.Lokasi Penelitian ... 36

3.2.2. Waktu Penelitian ... 36

3.3. Poulasi dan Sampel ... 36

3.3.1. Populasi ... 36

3.3.2. Sampel ... 36

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 37

3.4.1. Data Primer ... 37

3.4.2. Data Sekunder ... 38

3.5 Defenisi Operasional ... 38

3.6. Aspek Pengukuran ... 39

3.7. Analisa Data ... 41

3.8. Instrumen Pengukuran………... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 42

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Petisah Medan ... 42

4.1.1. Lokasi Puskesmas ... 42

4.1.2. Wilayah Kerja Puskesmas ... 42

4.1.3. Data Umum Puskesmas Petisah ... 43

4.1.4. Tenaga Kesehatan Puskesmas Petisah ... 43

4.1.5. Fasilitas Fisik Puskesmas Petisah ... 43

4.1.6. Posyandu Lansia Di Puskesmas Petisah ... 44

4.2 Karakteristik Responden... 44

4.2.1. Umur Responden ... 45

4.2.2. Jenis Kelamin Responden ... 45

4.2.3. Pendidikan Responden ... 45

4.2.4. Pekerjaan Responden ... 46

4.2.5. Penghasilan Responden ... 46

4.3 Pengetahuan Responden ... 47

4.4. Sikap Responden ... 50

4.5. Tindakan Responden ... 51

4.6. Status Gizi Responden ... 53

BAB V PEMBAHASAN ... 55

5.1 Perilaku Lansia ... 55

5.1.1. Pengetahuan Lansia Tentang Pemanfaatan Posyandu 55

5.1.2. Sikap Lansia Tentang Pemanfaatan Posyandu ... 58

5.1.3.Tindakan Lansia Tentang Pemanfaatan Posyandu ... 59

5.2 Status Gizi Lansia ... 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

6.1. Kesimpulan ... 64

6.2. Saran... 65 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 45

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 46

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 46

Tabel 4.5 Distribuusi Responden Berdasarkan Penghasilan ... 46

Tabel 4.6 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pemanfaatan Posyandu Lansia Dalam Menunjang Status Gizi di Puskesmas Petisah Medan Tahun 2009 ... 47

Tabel 4.7 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pemanfaatan Posyandu Lansia Berdasarkan Hasil Pengukuran ... 49

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Pemanfaatan Posyandu Lansia Dalam Menunjang Status Gizi di Puskesmas Petisah Medan Tahun 2009 ... 50

Tabel 4.9 Distribusi Sikap Responden Tentang Pemanfaatan Posyandu Lansia Berdasarkan Hasil Pengukuran ... 52

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Tentang Pemanfaatan Posyandu Lansia Dalam Menunjang Status Gizi di Puskesmas Petisah Medan Tahun 2009 ... 53

Tabel 4.11 Distribusi Tindakan Responden Tentang Pemanfaatan Posyandu Lansia Berdasarkan Hasil Pengukuran ... 53

Tabel 4.12 Status Gizi Lansia Berdasarkan Indeks Masa Tubuh ... 54


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Lansia Tentang Pemanfaatan Posyandu Lansia Dalam Menunjang Status Gizi Lansia di Puskesmas Petisah Medan Tahun 2009.

Lampiran 2. Surat Keterangan Izin Penelitian di Puskesmas Petisah Medan. Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian di Puskesmas Petisah Medan. .


(13)

ABSTRAK

PERILAKU LANSIA TENTANG PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DALAM MENUNJANG STATUS GIZI DI PUSKESMAS PETISAH MEDAN TAHUN 2009

Posyandu lansia merupakan keterpaduan pelayanan yang dibentuk atas dasar peningkatan populasi lansia, mahalnya biaya pengobatan, rendahnya jangkauan pelayanan kesehatan dan tingginya angka kesakitan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku lansia tentang pemanfaatan posyandu lansia dalam menunjang status gizi di Puskesmas Petisah Medan Tahun 2009.

Jenis penelitian ini adalah survey dengan rancangan sekat silang. Populasi adalah seluruh lansia di Puskesmas Petisah Medan. Sampel sebanyak 100 responden yang dipilih secara acak sederhana. Variabel bebas yaitu karakteristik lansia berupa umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Variabel terikat yaitu perilaku lansia tentang pemanfaatan posyandu dan status gizi lansia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan lansia dalam kategori baik sebesar 96,15%, sikap lansia dalam kategori baik sebesar 100% dan tindakan lansia dalam kategori baik 78,8%. Indeks Massa Tubuh pada lansia diperoleh 62% lansia yang status gizi normal, 30% lansia yang status gizi gemuk tingkat ringan, 8% lansia yang status gizi gemuk tingkat berat. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku lansia tentang pemanfaatan posyandu lansia dalam menunjang status gizi dalam kategori baik.

Disarankan kepada petugas puskesmas tetap mempertahankan program posyandu dan memberikan penyuluhan kesehatan, kepada kader dan kepala lingkungan lebih berperan aktif dalam menghimbau lansia agar tetap mengikuti kegiatan posyandu, dan juga kepada anggota keluarga agar mendampingi lansia dalam mengikuti setiap kegiatan posyandu lansia.


(14)

ABSTRACT

Elderly’s behavior of using posyandu in supporting elderly’nutrition in Puskesmas Petisah Medan 2009

Elderly’ posyandu is integrated health service was formed on basic of improvement aging population, expensive cost, the low coverage of health services and high morbidity. This study aims to determinent behavior of using elderly’s posyandu in supporting nutrition elderly in Puskesmas Petisah 2009.

This research is survey with a cross sectional. Population of this research is all elderly in Puskesmas Petisah Medan. Sample is 100 respondents was taken by simple random sampling. Variable independent is age, sex, education, job and income. Variable dependent is behaviour elderly’s about utilization posyandu.

The results showed that knowledge of the elderly in both category for 96,15%, the attitude of the elderly in both category of 100% and practice of elderly in category 78,8%. Body mass indeks of elderly at normal nutritional status is 62%, 30% of the nutritional status of elderly in the mild fat, 8% of nutritional status of elderly in the level of fat weight. From the result it can be concluded that the behavior off the elderly’s utilization in supporting the elderly posyandu nutritional status in both categories.

It is suggested to health workers posyandu for maintaining posyandu’s programme and provide health education, to cadre and the environment chief be more active in calling elderly for following the posyandu activities, and also to family members to accompany the elderly to following in each posyandu’activities elderly. Keyword: elderly’s behavior, elderly’s posyandu, nutritional status


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan dan gizi merupakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang meliputi berbagai bidang termasuk kesehatan telah dirumuskan paradigma baru pembangunan nasional yakni paradigma sehat dimana perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di semua sektor agar mempertimbangkan dampak positif dan negatif pada status kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Untuk mewujudkan paradigma tersebut telah ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010 (Depkes RI, 2000).

Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat lepas dari makanan. Makanan sebagai salah satu kebutuhan pokok bagi manusia, memiliki fungsi yaitu memelihara dan mengganti sel-sel tubuh yang rusak, mengatur metabolisme dan keseimbangan air, mineral dan cairan tubuh lainnya, serta sebagai penghasil energi. Agar makanan dapat berfungsi seperti ini, maka makanan yang dikonsumsi sehari-hari tidak hanya sekedar makanan. Makanan harus mengandung zat-zat tertentu sehingga memenuhi fungsi tersebut, dan zat-zat ini disebut dengan zat gizi. Oleh karena itu, asupan (intake) zat gizi pada makanan dalam jumlah yang seimbang mutlak diperlukan pada lanjut usia.

Seiring kemajuan tingkat perawatan kesehatan dan penurunan jumlah kelahiran, jumlah penduduk usia lanjut juga semakin meningkat. Keadaan ini tidak hanya terjadi di negara industri tetapi juga di negara berkembang. SUPAS (Survei


(16)

Penduduk Antar Sensus) Lembaga Demografi UI 1985 memperkirakan jumlah usia lanjut di Indonesia dewasa ini mencapai 15 juta jiwa atau 7,5 % dari jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang berusia lebih dari 60 tahun pada tahun 2005 diperkirakan akan meningkat lagi pada tahun 2020 menjadi 28,8 juta atau 11,34% dari seluruh populasi. Peningkatan jumlah usia lanjut diperkirakan diikuti dengan peningkatan usia harapan hidup dari usia 59,8 tahun pada tahun 1990 menjadi 71,7 tahun pada tahun 2020.

Menghadapi tantangan di masa yang akan datang, pembinaan kesehatan pada usia lanjut memerlukan penanganan yang lebih serius karena terjadinya perubahan demografi, pergeseran pola penyakit dan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut, sementara jumlah dan kualitas petugas kesehatan dalam pengelolaan pelayanan kesehatan usia lanjut di tingkat pelayanan dasar maupun rujukan saat ini masih belum memadai (Depkes RI, 2001). Oleh karena itu Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengembangkan suatu program pembinaan kesehatan lanjut usia dengan strategi pendekatan edukatif melalui institusi pelayanan kesehatan terutama puskesmas dan posyandu lanjut usia. Dengan adanya program ini diharapkan terbentuk suatu masyarakat lanjut usia yang berdaya guna, mandiri dan aktif dalam menjalankan fungsi kehidupannya secara optimal.

Posyandu lanjut usia merupakan keterpaduan pelayanan yang dibentuk atas dasar peningkatan populasi lansia, mahalnya biaya pengobatan, rendahnya jangkauan pelayanan kesehatan, tingginya angka kesakitan dan lain-lain (Depkes RI, 2000). Posyandu lansia direncanakan dan dikembangkan oleh masyarakat bersama Lurah, Kepala Lingkungan, Petugas Kesehatan dan PKK. Penyelenggaraan dilakukan oleh


(17)

kader yang terlatih. Kader dapat berasal dari anggota PKK, tokoh masyarakat, dan anggota masyarakat lainnya.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2008, jumlah lansia yang dibina sebesar 24.659 atau 3,0% dari seluruh populasi lansia yang jumlahnya mencapai 820.990 jiwa. Begitu juga dengan kegiatan pelayanan kesehatan lansia di puskesmas yang mencakup pengobatan, pemeriksaan kesehatan, penyuluhan konseling, arisan atau pengajian dan kunjungan rumah atau home care hanya sebesar 19,5% (80 dari 409 puskesmas) dan 400 posyandu lansia yang sudah terbentuk atau sekitar 23,2% sementara target yang harus dicapai sebesar 2120 posyandu lansia.

Berdasarkan data Puskesmas Petisah Medan tahun 2008, jumlah kunjungan lansia yang berkunjung di posyandu di setiap kelurahan yaitu Kelurahan Petisah Tengah, Kelurahan Sekip, Kelurahan Sei Putih Timur sebanyak 529 orang (15.85 %). Sedangkan jumlah lansia yang berkunjung langsung ke Puskesmas Petisah Medan sebanyak 3336 orang (11,75%). Hal tersebut menunjukkan bahwa kunjungan ke posyandu lansia masih sangat rendah dikarenakan jumlah penduduk yang lansia berjumlah 5218 orang.

Dalam kenyataannya, kegiatan posyandu lansia yang diselenggarakan oleh Puskesmas Petisah Medan kurang popular bila dibandingkan dengan posyandu untuk balita. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya kunjungan lansia di Puskesmas yang telah ditunjuk sebagai pelaksana dari posyandu lansia.

Hal tersebut dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan lansia itu sendiri bahkan keluarga juga belum memahami cara untuk memperlakukan lansia secara layak. Karena berdasarkan kenyataan yang ada di masyarakat masih banyak


(18)

yang kurang mengetahui akan adanya kegiatan posyandu lansia serta tujuan dari kegiatan tersebut. Karena kegiatan promosi posyandu lansia di masyarakat masih sebatas informasi dari orang ke orang yang sudah pernah memanfaatkan kegiatan posyandu lansia, ataupun informasi yang didapat saat mengunjungi puskesmas sebagai penyelenggara kegiatan posyandu lansia.

Kegiatan- kegiatan posyandu lansia yang telah dilaksanakan oleh Puskesmas Petisah yaitu berupa kegiatan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, olah raga, pemberian makanan tambahan dan penyuluhan kesehatan.

Seyogyanya pelayanan gizi merupakan bagian pelayanan kesehatan bagi usia lanjut yang dapat dilakukan di semua fasilitas pelayanan baik pemerintah atau swasta. Oleh karena itu perlu dikembangkan tatalaksana gizi usia lanjut yang merupakan bagian dalam program kesehatan usia lanjut. Dengan meningkatkan pelayanan gizi pada usia lanjut diharapkan dapat menanggulangi masalah gizi usia lanjut sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan status gizi dan kesehatan usia lanjut.

Sarana atau pelayanan gizi pada usia lanjut di Indonesia masih sangat kurang, terutama di daerah pedesaan, dimana pemahaman masyarakat tentang program kesehatan usia lanjut masih kurang. Di lain pihak, kesadaran untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan pelayanan gizi yang bermutu telah mulai muncul, terutama di kota-kota besar dimana banyak berkembang kelompok-kelompok usia lanjut (Poksila) yang melakukan kegiatan secara mandiri. Pada umumnya poksila-poksila di atas mendapat dukungan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau swasta yang peduli lanjut usia. Walaupun belum optimal, peran pemerintah dalam memperhatikan


(19)

kesehatan usia lanjut sudah mulai ada di beberapa daerah. Sebagai contoh pemerintah kabupaten menyediakan fasilitas gratis bagi lanjut usia yang berobat ke puskesmas (Agate, 1999).

Berdasarkan jumlah kunjungan lansia ke posyandu, jumlah lansia yang dibina masih kurang dari target pencapaian cakupan pelayanan kesehatan lansia pada tahun 2010 berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu sebesar 70%, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan gambaran perilaku lansia tentang pemanfaatan posyandu lansia dalam menunjang status gizi di posyandu lansia.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana Perilaku Lansia Tentang Pemanfaatan Posyandu Lansia Dalam Menunjang Status Gizi di Puskesmas Petisah Medan pada tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku lansia tentang pemanfaatan posyandu lansia dalam menunjang status gizi di Puskesmas Petisah Medan pada tahun 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan lansia tentang pemanfaatan posyandu lansia dalam menunjang status gizi.

2. Untuk mengetahui sikap lansia tentang pemanfaatan posyandu lansia dalam menunjang status gizi.

3. Untuk mengetahui tindakan lansia tentang pemanfaatan posyandu lansia dalam menunjang status gizi.


(20)

4. Untuk mengetahui status gizi lansia yang diukur berdasarkan IMT (Indeks Masa Tubuh).

1.4.Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi petugas puskesmas dan kader kesehatan dalam meninggkatkan kualitas pelayanan kesehatan lanjut usia.

2. Sebagai bahan masukan bagi anggota keluarga dan bagi lansia tersebut untuk lebih memperhatikan kesehatan lansia dengan memanfaatkan sarana yang telah ada di setiap tempat pelayanan kesehatan yaitu bentuk pelayanan posyandu lansia.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Lanjut Usia

2.1.1. Proses Menua

Menua (menjadi tua = aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Semua orang yang dikaruniai umur yang panjang, pada suatu saat pasti akan mengalami suatu proses penuaan. Proses penuaan ini tidak hanya terjadi pada suatu bagian-bagian tertentu saja, tetapi seluruh bagian di tubuh kita akan mengalami proses penuaan. Hal ini dapat dilihat misalnya dengan menjadi kisutnya pipi, tumbuhnya uban pada rambut, berkurangnya proses pendengaran, mundurnya daya ingat dan kemampuan berpikir, serta berkurangnya daya penglihatan sehingga memerlukan bantuan kacamata untuk membaca (Gallo, 1998).

Sebenarnya lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan, sebab manusia sebagai mahluk hidup, umurnya terbatas oleh suatu peraturan alam. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua, dan masa tua merupakan masa hidup yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial sedikit demi sedikit sampai tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari. Sehingga bagi kebanyakan orang, masa tua itu merupakan masa yang kurang menyenangkan (Gallo, 1998)


(22)

Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua, antara lain :

1. Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan jumlah cairan tubuh juga berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis yang menetap. Oleh karena itu, pada usia lanjut seringkali terlihat kurus.

2. Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada usia lanjut sehingga dihubungkan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat. Sedangkan gangguan pada indera pengecap yang dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn dapat menurunkan nafsu makan. Penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel saraf pendengaran. 3. Dengan banyaknya gigi geligi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan

fungsi mengunyah yang berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut. 4. Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan

seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan lanjut usia. Penurunan mobilitas usus dapat juga menyebabkan susah buang air besar yang dapat menyebabkan wasir.

5. Kemampuan motorik yang menurun, selain menyebabkan lanjut usia menjadi lamban, kurang aktif dan kesulitan untuk menyuap makanan, dapat mengganggu aktivitas/ kegiatan sehari-hari.


(23)

6. Pada lanjut usia terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa, kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas bertujuan (apraksia) dan gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid atau perilaku anti-sosial lainnya.

7. Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga berkurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran Natrium sampai dapat terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.

8. Incontintia Urine (IU) adalah pengeluaran urine di luar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok lanjut usia, sehingga usia lanjut yang mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat menyebabkan dehidrasi.

Kemunduran psikologis pada lanjut usia juga terjadi yaitu ketidakmampuan untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain : sindroma lepas jabatan, sedih yang berkepanjangan (Depkes RI, 2000)

Kemunduran sosiologi pada lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pemahaman lanjut usia itu atas dirinya sendiri. Status sosial seseorang sangat penting bagi kepribadiannya di dalam pekerjaan. Perubahan status sosial lanjut usia akan membawa akibat bagi yang bersangkutan dan perlu dihadapi dengan persiapan yang baik dalam menghadapi perubahan tersebut. Aspek sosial ini


(24)

sebaiknya diketahui oleh lanjut usia sedini mungkin sehingga dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin.

2.1.2. Arti dan Batasan Usia Lanjut

Menurut ilmu Gerontologi, lanjut usia bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup manusia yang merupakan kelanjutan dari usia dewasa dan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut tersebut.

Beberapa pendapat tentang batasan umur lanjut usia yaitu:

1. Menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia pasal 1 ayat 2 adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. 2. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun ke atas yang

karena mengalami penuaan berakibat menimbulkan berbagai masalah kesejahteraan di hari tua, kecuali bila sebelum umur tersebut proses menua itu terjadi lebih awal, dilihat dari kondisi fisik, mental dan sosial.

3. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lanjut usia meliputi: a. Usia pertengahan (Middle Age) adalah orang yang berusia 45-59 tahun b. Usia Lanjut (Elderly) adalah orang yang berusia 60-74 tahun

c. Usia Lanjut Tua (Old) adalah orang yang berusia 75-90 tahun d. Usia Sangat Tua (Very Old) adalah orang yang berusia > 90 tahun

Menurut Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992, manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya.


(25)

Berdasarkan dokumen pelembagaan lanjut usia dalam kehidupan bangsa yang diterbitkan oleh Departemen Sosial Republik Indonesia (1996) dalam rangka perancangan Hari Lanjut Usia Nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh Preseiden RI, menetapkan batasan usia lanjut adalah 60 tahun ke atas.

Lanjut usia dapat dikelompokkan dalam beberapa tipe tergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan dan kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Dalam program posyandu lansia, sasaran terkategori atas 3 macam berdasarkan ukuran kemandirian (Activities of Daily Live) untuk mampu melakukan aktifitas sehari-hari, yaitu “kemandiriaan A” lansia yang tidak bisa datang ke posyandu/puskesmas, “kemandirian B” yaitu lansia yang datang ke posyandu/puskesmas dengan dibantu orang lain atau dipapah dan “kemandirian C” lansia yang bisa datang sendiri ke posyandu. (Depkes RI, 2005).

2.2. Posyandu Lanjut Usia

2.2.1. Pengertian Posyandu Lansia

Posyandu lanjut usia perlu diupayakan dan mendapat perhatian dari pemerintah, keluarga dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan meringankan beban masyarakat khususnya lanjut usia.

Menurut Depkes RI bahwa pelayanan kesehatan terpadu (yandu) adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana yang dilaksanakan di tingkat dusun/ desa dalam wilayah kerja puskesmas. Tempat pelayanan program terpadu ini disebut posyandu.

Dalam suatu posyandu dikembangkan beberapa kegiatan terpadu. Kegiatan yang terpadu dan saling mendukung dalam mencapai tujuan dan sasaran yang


(26)

disepakati bersama. Dengan keterpaduan tersebut dapat berkembang dan meluas dari dua program menjadi lebih banyak program. Keterpaduan dapat berupa aspek sasaran, aspek lokasi, kegiatan maupun petugas penyelenggara. Sesuai dengan prinsip posyandu adalah suatu kegiatan yang dikelola masyarakat dan ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

Adapun lanjut usia adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap lanjut usia di tingkat desa/kelurahan dalam masing-masing wilayah kerja puskesmas. Dasar pembentukan posyandu adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama lanjut usia. Kita dihadapkan pada beberapa masalah yaitu jumlah lanjut usia yang semakin meningkat, mahalnya harga dan biaya pengobatan, tingginya angka kesakitan, rendahnya jangkauan pelayanan kesehatan dan lain-lain (Depkes RI, 2000).

2.2.2. Tujuan Penyelenggaraan

Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain : a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.

2.2.3. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada


(27)

yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut:

- Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi badan

- Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II.

- Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan pelayanan pojok gizi.

2.2.4. Kendala Pelaksanaan Posyadu Lansia

Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain:

a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.

Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia. b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau


(28)

Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia

c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu.

Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan yang terjadi pada lansia

d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.

Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan


(29)

kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.

2.3. Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia

Kebijakan Departemen Kesehatan dalam pembinaan kesehatan lansia merupakan upaya yang ditujukan untuk peningkatan kesehatan, kemampuan untuk mandiri, produktif dan berperan aktif dalam komprehensif, azas kekeluargaan, pelaksanaan sesuai protap, dan kendali mutu (Depkes RI, 2003).

Kebijakan tersebut dilakukan dengan pendekatan holistic, pelaksanaan terpadu, pembinaan komprehensif tersebut terdiri dari:

1. Pembinaan kesehatan yang mencakup kegiatan:

a. Promotif, antara lain penyuluhan tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), penyakit pada lansia, gizi, upaya meningkatkan kebugaran jasmani, kesehatan mental, dan kemandirian produktifitas.

b. Preventif, antara lain deteksi dini dan pemantauan kesehatan lansia yang dapat dilakukan POKSILA/puskesmas dengan menggunakan KMS Lansia, buku pemantauan kesehatan pribadi lansia.

2. Pelayanan kesehatan yang mencakup kegiatan;

a. Kuratif, antara lain pengobatan bagi lansia yang sakit baik di Poksila, Pustu, Puskesmas/Rumah Sakit.

b. Rehabilitatif, antara lain upaya medis, psikososial, edukatif untuk dapat mengembalikan kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lansia.

3. Konseling yang mencakup kegiatan: a. Tidak sama dengan penyuluhan.


(30)

b. Dilaksanakan oleh Konseler.

c. Upaya memecahkan masalah kesehatan dan psikologis lansia. d. Dapat berfungsi preventif, promotif, kuratif, maupun rehabilitatif. 4. Pendekatan individu maupun kelompok.

5. Home Care

6. Bentuk pelayanan kesehatan komprehensif yang dilakukan di rumah klien/lansia. 7. Melibatkan klien serta keluarga sebagai subjek untuk berpartisipasi dalam

kegiatan perawatan dalam bentuk tim (tenaga professional/non professional di bidang kesehatan maupun non kesehatan).

8. Bertujuan memandirikan klien dan keluarganya.

Dalam kegiatan pelayan kesehatan bagi lansia, maka dilaksanakan kegiatan di posyandu bagi lansia, agar lansia dapat mencapai hidup sehat sesuai dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia dan Indonesia Sehat 2010.

Kegiatan yang dilakukan di posyandu bagi lansia antara lain adalah:

1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.

2. Pemeriksaan status mental.

3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).

4. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.


(31)

6. Penyuluhan Kesehatan.

7. Pemberian makanan tambahan (PMT).

8. Kegiatan olah raga, antara lain senam usia lanjut, gerak jalan santai, dan sebagainya untuk meningkatkan kebugaran (Lasma, 2007).

Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk peningkatan kesehatan terutama dalam menunjang status gizi lansia dan pencegahan penyakit, dilakukan melalui pemantauan keadaan kesehatan para lansia secara berkala dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia,dengan harapan gangguan kesehatan lansia dapat dideteksi lebih dini untuk mendapatkan pertolongan secara cepat, tepat dan memadai sesuai dengan keinginan yang diperlukan (Depkes RI, 2003).

2.4.Upaya Untuk Meningkatkan Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia

Untuk meningkatkan pemanfaatan posyandu lansia dilakukan upaya-upaya berupa:

1. Memantapkan kerjasama dan partisipasi lintas program, lintas sector, lembaga swadaya masyarakat serta peran serta masyarakat melalui kesepakatan dan rencana kerja di setiap tingkat administrasi, antara lain dalam :

a. Pelayanan kesehatan di tingkat pelayanan dasar: Puskesmas termasuk Puskesmas Pembantu, Bidan di desa, Balai Kesehatan Masyarakat, Kelompok Lanjut Usia dan lain-lain.

b. Pemantapan kerjasama antara Dinas Kesehatan dan RS KKabupaten/ Kota Dati I agar tercipta system yang tertata rapi dan mantap dalam memberikan pelayanan bagi lanjut usia.


(32)

c. Membina kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat atau organisasi profesi yang bergerak dalam pembinaan kesehatan lanjut usia.

d. Peningkatan komitmen dan dukungan politis dari Gubernur, Bupati/Walikota, sektor dan program terkait dalam pemasaran sosial mengenai upaya kesehatan lansia, dukungan dana bersumber APBN dan APBD dalam penanganan lanjut usia termasuk biaya transportasi serta upaya rujukan bagi lansia yang tidak mampu.

2. Meningkatkan upaya komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) melalui : a. Pengembangan pesan-pesan dan pengembangan media penyuluhan tentang

kesehatan lansia.

b. Penyebarluasan informasi mengenai upaya kesehatan lansia kepada petugas penyuluhan dan sektor terkait.

c. Pengembangan upaya konseling dalam penanganan kasus lansia termasuk keluarganya.

3. Peningkatan upaya deteksi dini terhadap kasus lansia beresiko dan penanganannya dengan pelayanan kesehatan yang tepat dan memadai, melalui kegiatan :

a. Pendataan sasaran dan pemutakhiran data secara berkala.

b. Penggerakan Puskesmas dan jajarannya untuk memberikan pelayanan secara aktif terhadap sasaran lanjut usia, sehingga akan meningkatkan cakupan pelayanan secara bertahap.


(33)

c. Pemantauan secara berkesinambungan terhadap kesehatan lansia melalui kegiatan kelompok lansia dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.

d. Pemberdayaan masyarakat termasuk sasaran lansia dalam mengenal dan melakukan rujukan kasus resiko tinggi.

4. Peningkatan pembinaan teknis dan manejerial pengelola program lansia melalui:

a. Pembahasan rutin pelaksanaan program pembinaan lansia.

b. Pelatihan/pendidikan dan berkelanjutan mengenai penyakit degeneratif dan masalah kesehatan lansia.

c. Melakukan pembinaan/ supervise terhadap pelaksanaan kegiatan kelompok lansia di masyarakat maupun pelaksanaan pelayanan di tingkat pelayanan dasar.

5. Pemantapan kemampuan pengelola program lansia dalam perencanaan, penggerakkan pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan antara lain melalui:

a. Penentuan prioritas kegiatan berdasarkan masalah yang ada.

b. Membuat perencanaan/usulan kegiatan dengan memperhatikan prioritas masalah yang ada.

c. Meningkatkan kemampuan pengelola program lansia di Kabupaten melalui pendidikan dan latihan.


(34)

2.5. Kecukupan Gizi Pada Lansia

Kecukupan gizi lanjut usia berbeda dengan usia muda karena pada usia lanjut terjadi perubahan fisiologis dan psikososial sebagai akibat dari proses menua. Kebutuhan gizi setiap individu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dibawah ini :

1. Umur

Pada masa pertumbuhan kebutuhan semua zat gizi tinggi (bayi, anak-anak dan remaja), sedangkan makin tua seseorang maka kalori (karbohidrat dan lemak) yang dibutuhkan menurun. Namun kebutuhan protein, vitamin dan mineral cukup tinggi sebagai aktioksidan yang melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas yang dapat merusak sel.

2. Jenis Kelamin

Umumnya laki-laki memerlukan zat gizi lebih banyak (terutama kalori, proitein dan lemak) dibandingkan dengan wanita karena postur, otot dan luas permukaan tubuh lebih besar atau lebih luas daripada wanita. Namun kebutuhan Fe pada wanita cenderung lebih tinggi dibandingkan pria karena wanita mengalami menstruasi. Pada wanita yang sudah menopause kebutuhan Fe akan menurun kembali.

3. Aktivitas/kegiatan fisik dan mental

Orang yang melakukan kegiatan fisik (menggunakan otot) memerlukan zat gizi lebih banyak dibandingkan dengan orang yang hanya duduk atau tidur. Walaupun aktivitas fisik lebih memerlukan zat gizi lebih pada aktivitas mental, namun stress yang berkepanjangan dapat mengganggu proses metabolisme tubuh yang


(35)

membutuhkan zat gizi cukup (terutama zat gizi mikro). Orang yang sedang istirahat pun memerlukan zat gizi untuk proses metabolisme tubuh yang disebut Basal Metabolisme Rate (BMR).

4. Postur Tubuh

Tubuh yang tinggi dan besar memerlukan zat gizi lebih banyak dibandingkan dengan tubuh yang pendek, karena zat gizi dibutuhkan untuk mensuplai makanan sampai ke seluruh tubuh.

5. Pekerjaan

Kecukupan zat gizi seseorang sangat tergantung dari pekerjaan sehari-hari, apakah termasuk ringan, sedang atau berat. Makin berat kerja seseorang makin besar zat gizi yang dibutuhkan. Contoh : Pekerja lapangan membutuhkan zat gizi lebih besar dibandingkan orang yang bekerja di kantor.

6. Iklim/suhu udara

Orang yang tinggal di daerah dingin (pegunungan) memerlukan zat gizi yang lebih untuk mempertahankan suhu tubuh.

7. Kondisi fisik tertentu

Kebutuhan zat gizi setiap individu tidak selalu tetap. Kebutuhan zat gizi setiap orang bervariasi sesuai dengan kondisi fisik tertentu. Selain faktor-faktor diatas pada kondisi tertentu, misalnya sedang hamil atau sehabis sembuh dari sakit, memerlukan zat gizi yang lebih dari biasanya.

8. Lingkungan

Orang yang terus menerus berada di lingkungan berbahaya (misal : radioaktif, nuklir, dan bahan kimia lain) harus mendapatkan suplemen yang mengandung


(36)

protein, vitamin dan mineral untuk melindungi sel-sel tubuh dari efek seperti radiasi (Arifin, 2000).

2.6. Pengkajian Status Gizi

Keadaan gizi seseorang mempengaruhi penampilan, pertumbuhan dan perkembangannya, kondisi kesehatan serta ketahanan tubuh terhadap penyakit. Pengkajian status gizi adalah proses yang digunakan untuk menentukan status gizi, mengidentifikasi malnutrisi (kurang gizi atau gizi lebih) dan menentukan jenis diet atau menu makanan yang harus diberikan pada seseorang. Mengkaji status gizi usia lanjut sebaiknya menggunakan lebih dari satu parameter sehingga hasil kajian lebih akurat. Pengkajian status gizi pada usia lanjut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Anamnesis

Hal-hal yang perlu ditanyakan antara lain :

a. Identitas (nama, umur, agama, etnis, pendidikan, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, penghasilan).

b. Orang terdekat yang dapat dihubungi (keluarga/pengasuh)

c. Keluhan dan riwayat penyakit yang berhubungan dengan penyakit degeneratif (diabetes melitus, hipertensi, kegemukan/obesitas, osteoporosis, empedu, jantung, hati, kanker) atau saluran pencernaan (gastritis, colitis ulceroa) serta penyakit infeksi/kronis (TBC, diare, radang paru) dan dimentia (pikun). d. Riwayat asupan makanan : apakah ada perubahan karena kondisi usila seperti

gigi geligi yang tidak baik, tidak nafsu makan/menolak makan, tidak suka/alergi makanan, kesulitan makan, pantangan makan atau tabu.


(37)

e. Riwayat pengobatan (resep dokter/obat bebas) dan penggunaan obat yang berhubungan dengan asupan makanan dan zat gizi (megadosis vitamin, makanan kesehatan dan suplemen)

f. Riwayat operasi yang mengganggu asupan makanan seperti operasi usus, hernia.

g. Riwayat penyakit keluarga (diabetes mellitus, hipertensi)

h. Aktivitas sehari-hari yang menurun misalnya akibat osteoporosis dan depresi. i. Riwayat kebiasaan buang air besar dan buang air kecil misalnya sembelit

(konstipasi) dan beser (incontinentia urine).

j. Kebiasaan lain yang mengganggu asupan makanan : perokok berat, pecandu alkohol atau minuman keras lain dan ketergantungan obat.

2. Pemeriksaan Tanda Vital

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan tanda vital adalah : a. Derajat penurunan atau perubahan kesadaran

b. Pemeriksaan tekanan darah dan frekuensi jantung/nadi yang dilakukan dalam posisi berbaring, duduk dan berdiri (pada usia lanjunt sering terjadi hipotensi ortostatik).

c. Pemeriksaan frekuensi nafas untuk mengetahui apakah ada asidosis.

Pada lansia yang mengalami penurunan atau perubahan kesadaran sebelum dilakukan lebih lanjut, sebaiknya diatasi dengan memberikan infus atau bolus glukosa untuk menghindari terjadinya hipoglikemia. Untuk selanjutnya pemberian makanan pada usia lanjut diatas dapat diberikan melalui NGT (Naso Gastrik Tube). Pemberian makanan formula melalui NGT biasanya dikombinasi menderita penyakit


(38)

yang mengganggu masuknya makanan ke dalam lambung (seperti tumor oesophagus), pemberian makanan formula langsung ke dalam lambung (gastrotomy). 3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menentukan hubungan sebab akibat antara status gizi dan kondisi kesehatan lanjut usia serta menentukan terapi obat dan diet. Pemeriksaan fisik meliputi :

a. Tanda-tanda klinis kurang gizi atau gizi lebih 1. Kurang gizi: sangat kurus, pucat atau bengkak 2. Gizi lebih : gemuk atau sangat gemuk (obesitas) b. Sistem kardiovaskuler

c. Sistem pernafasan d. Sistem gastrointestinal e. Sistem genitourinarius f. Sistem muskuloskeletal g. Sistem metabolik/endokrin h. Sistem neurologik/psikiatik 4. Pengukuran Antropometri

Berbagai cara pengukuran antropometri dapat digunakan untuk menentukan status gizi. Cara yang paling sederhana dan banyak digunakan dengan menghitung indeks Massa Tubuh (IMT) dan Rumus Brocca. Cara lain yang dapat dilakukan sesuai dengan kondisi usila yaitu dengan mengukur tinggi lutut (knee high).


(39)

Untuk menilai status gizi usia lanjut seseorang perlu dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan, kemudian IMT dihitung dengan cara sebagai berikut :

IMT =

TBxTB kg BB( )

Ket :

IMT : Indeks Massa Tubuh BB : Berat Badan (kg) TB : Tinggi Badan (cm)

Pengukuran berat badan dilakukan dengan pakaian seminimal mungkin dan tanpa alas kaki dengan kepekaan 0,1 kg. Alat yang dianjurkan adalah Beam Balance Scale (tidak dianjurkan memakai timbangan kamar mandi).

Pengukuran tinggi badan dapat menggunakan alat pengukur tinggi badan dengan kepekaan 0,1 cm. pengukuran dilakukan pada posisi berdiri lurus dan tanpa menggunakan alas kaki (Supariasa, 2001).

Status gizi ditentukan bila IMT :

Untuk Wanita Untuk Laki-Laki

Normal Kegemukan Obesitas

17 – 23 23 – 27 >27

Normal Kegemukan Obesitas

18 – 25 25 – 27 >27

Sumber : Depkes RI, Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa 1996

b.Menggunakan Rumus Brocca

Cara ini digunakan untuk mengukur berat badan (BB) ideal dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


(40)

Batas ambang yang diperbolehkan adalah + 10%. Bila > 10% sudah kegemukan dan bila > 20% terjadi obesitas.

c. Menghitung Tinggi Lutut

Menghitung tinggi lutut digunakan pada usia lanjut yang tulang punggungnya terjadi osteoporosis (keropos), sehingga terjadi penurunan tinggi badan. Dari tinggi lutut dapat dihitung tinggi badan sesungguhnya dengan rumus :

Tinggi Badan (Laki-Laki) = 59,01 + (2,08 x TL) Tinggi Badan (Perempuan) = 75,00 + (1,91 x TL) Catatan : TL = Tinggi Lutut (cm)

5. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendukung diagnosa penyakit serta untuk menentukan intervensi gizi. Pemeriksaan laboratorium antara lain :

1. Darah : Hb, kolesterol total, HDL, LDL, gula darah, ureum, creatinin, asam urat dan trigliserida serta kadar vitamin dan mineral lain.

2. Urine : glukosa/kadar gula, albumin. 3. Faeces : fungsi pencernaan, serat, lemak.

Adapun masalah gizi yang sering timbul pada lanjut usia adalah : a. Gizi berlebihan

Gizi berlebihan pada lanjut usia banyak terdapat di negara barat dan di kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan yang berlebihan, apalagi pada lanjut usia penggunaan kalori berperan karena kekerangannya aktivitas fisik. Kelebihan makan tersebut sukat untuk dirubah walaupun disadari untuk mengurangi makanan. Kegemukan merupakan salah satu


(41)

pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung, diabetes millitus, penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi dan sebagainya.

b. Gizi kurang

Gizi kurang sering disebakan oleh masalah-masalah sosial, ekonomi dan juga keadaan gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi pada organ-organ tubuh.

c. Kekurangan vitamin

Bila konsumsi buah dan sayur-sayuran dalam makanan kurang, apabila ditambah kekurangan protein dalam makanan, maka akibatnya nafsu makan kurang, penglihatan mundur, mulut kering, lesu dan tidak semangat (Arifin Siregar, 2000).

Dalam merencanakan makanan untuk lansia, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang dan jangan terlalu sedikit. Porsi makan hendaknya diatur, merata dalam satu hari, sehingga dapat makan lebih sering dalam porsi yang kecil.

2. Banyak minum dan kurang makan garam, dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu usia akan memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya tekanan darah tinggi.


(42)

3. Membatasi penggunaan kalori, sehingga berat badan dalam keadaan normal, terutama makanan yang manis-manis/bergula, minyak dan makanan yang berlemak. Disarankan untuk usia di atas 50 tahun 1900 kalori, usia di atas 60 tahun 1700 kalori dan usia diatas 70 tahun 1500

4. Bagi para lansia dimana proses penuaannya sudah lanjut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Makanlah makanan yang sudah dicerna

b. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, goreng-gorengan dan sebagainya. c. Bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu kurang baik,

makanan harus lunak atau lembek atau dicincang. d. Makanlah dalam porsi yang kecil tetapi sering.

e. Makanan selingan atau snack, susu, buah, sari buah, dan sebagainya sebaiknya diberikan.

5. Batasi minum kopi dan teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan (Arifin Siregar, 2000)

2.7. Kebutuhan Zat Gizi Pada Lansia

Pada usia lanjut jumlah sel yang aktif menurun, jadi bukan karena metabolisme yang menurun. Penyelidikan menunjukkan dengan bertambahnya umur, organ-organ tubuhpun kehilangan jumlah sel-sel. Organ-organ yang diambil dari binatang percobaan dari binatang muda dan tua, menunjukkan kehilangan sel pada jaringan otot jantung binatang tua. Demikian pula pada otot anggota badan, ginjal, dan otak.


(43)

Sedangkan penyelidikan dengan pengukuran aktivitas enzim, menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara sel dari jaringan yang tua dan muda bila dihubungkan dengan jumlah DNA. Oleh karena itu penyusunan diet usia lanjutpun banyak faktor yang perlu diperhatikan.

Basal metabolisme yang menurun 10-15% dan bervariasi tergantung dari keaktifan perorangan. Penurunan Basal metabolisme ini karena menurunnya fungsi protoplasma dan juga karena menurunnya keaktifan tubuh. Keadaan ini juga menyebabkan menurunnya daya tahan terhadap infeksi, mudah timbul berbagai penyakit. Turunnya nafsu makan, karena menurunnya produksi asam lambung yang meliputi : volume, keasaman, dan jumlah pepsin. Sebaliknya tripsin normal dan kadang-kadang meninggi dan lipase sangat berkurang.

Menurunnya keasaman ini mempunyai efek kurang baik pada absorbsi kalsium dan mineral besi. Lemak sukar dicerna karena menurunnya daya lambung untuk pengosongan. Hal ini karena produk lipase yang jumlahnya menurun hingga hidrolisa kurang sempurna akibat berkurangnya sekresi empedu ke usus kecil.

Gigi geligi pada lanjut usia menjadi kurang lengkap, meskipun kadang-kadang sudah diberi gigi palsu. Pengaruhnya menjadikan pengunyahan yang kurang sempurna dan merasa sesuatu kurang lezat. Hal ini menyebabkan lanjut usia lebih memilih makanan yang lunak (yang biasanya terutama terdiri dari hidrat arang). Menu makanan ini jelas tidak seimbang.

Di samping itu menurunnya nafsu makan terhadap beberapa jenis makanan, bisa disebabkan alat sensoris indra penciuman dan perasaan menjadi berkurang.


(44)

Alat pencernaannya cenderung berubah tonus yang berkurang dari otot-otot lambung, usus kecil, dan usus besar sehingga menyebabkan gerakan psikiatrik berkurang, sering menimbulkan rasa penuh dibagian perut dan kadang-kadang susah buang air besar.

Adanya gangguan sirkulasi di ginjal karena menurunnya jumlah glumeruli, menyebabkan kadar ureum dan asam urat meninggi. Pembuangan hasil-hasil metabolismepun berkurang.

Ketidakseimbangan sistem hormonal usia lanjut pada wanita sering menyebabkan gangguan metabolisme kalsium dan nitrogen yang akan menyebabkan osteoporosis (pengeroposan tulang).

2.8. Perilaku Sehubungan dengan Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia

Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebahagian terletak di dalam diri individu itu sendiri yang disebut dengan factor intern dan sebahagian terletak di luar individu itu sendiri atau faktor ekstern yaitu faktor lingkungan.

1. Faktor-faktor Intern

Faktor intern yaitu faktor yang ada didalam individu itu sendiri, misalnya: karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, keyakinan) yang dimiliki seseorang. Selain itu juga dapat berupa pengalaman akan keberhasilan dalam mencapai sesuatu, pengakuan yang diperoleh, rasa tanggung jawab, pertumbuhan profesional dan intelektual yang dimiliki seseorang. Sebaliknya, apabila seseorang merasa ttidak puas dengan hasil dari pekerjaan yang telah dilakukannya, dapat dikaitkan dengan faktor-faktor yang sifatnya dari luar individu.


(45)

Faktor ekstern yaitu factor yang ada diluar individu yang bersangkutan. Factor ini mempengaruhi, sehingga di dalam diri individu timbul unsur-unsur dan dorongan/motif untuk berbuat sesuatu. Misalnya karakteristik lingkungan sosial. Lingkungan sosial termasuk didalamnya lingkungan social terdekat yaitu keluarga, tetangga dan fasilitas pelayanan kesehatan, alat-alat kesehatan yang menunjang kegiatan pelayanan kesehatan di posyandu lanjut usia tersebut.

Pada tingkat ini benar-benar terjadi tarik-menarik antar pribadi dan tujuan yang akan dicapai. Maka, pada saat pertentangan motif baik ini memaksa orang harus berpikir secara matang, mempertimbangkan baik-baik segala kemungkinan. Dalam pertimbangan ini orrang tidak terlepas dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dihayati pada saat tersebut.

2.9. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku manusia. (Notoatmodjo, 2005).

Terdapat 5 tingkatan pengetahuan yang tercakup di dalam domain kognitif yaitu:

1. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk juga mengingat kembali terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.


(46)

2. Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication) diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari dari situasi dan kondisi secara riil (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan suatu materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, tetapi masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis) adalah menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.\

2.10. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, namun merupakan suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu:

1. Menerima (Receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding) diartikan sebagai memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Menghargai (Valuing) yakni mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.


(47)

4. Bertanggung jawab (Responsible) yakni bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko.

Ciri-ciri sikap :

1. Sikap bukan bawaan lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek.

4. Objek sikapdapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tertentu.

Fungsi sikap yaitu sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri, alat pengatur tingkah laku, alat pengatur pengalaman-pengalaman, pernyataan kepribadian.

2.11. Tindakan

Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, yang berupa perbuatan (action) terhadap situasi dengan rangsangan dari luar.

Untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap untuk menumbuhkan hubungan yang baik.

Tingkatan- tingkatan tindakan :

1. Persepsi adalah mengenal dan memilh berbagai objek yang berhubungan dengan tindakan yang akan diambil.


(48)

Sikap Lansia tentang Pemanfaatan

Posyandu

2. Respon terpimpin, yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh

3. Mekanisme, apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

4. Adaptasi, adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.12. Kerangka Konsep

Kerangka konsep di atas menunjukkan bahwa karakteristik lansia yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan mempengaruhi pengetahuan, sikap dan tindakan lansia tentang pemanfaatan posyandu. Perilaku ini secara langsung mempengaruhi status gizi lansia.

Karakteristik Lansia - Umur

- Jenis Kelamin - Pendidikan - Pekerjaan - Penghasilan

Status gizi

Tindakan Lansia tentang Pemanfaatan Posyandu

Pengetahuan Lansia tentang Pemanfaatan


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional (sekat silang) yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat untuk mendapatkan gambaran mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan lansia tentang pemanfaatan posyandu lansia dalam menunjang status gizi.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Puskesmas Petisah Medan. Adapun alasan memilih Puskesmas Petisah Medan sebagai lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

a. Program Puskesmas Petisah bagi lansia berjalan rutin setiap bulannya.

b. Rata-rata penduduk di wilayah kerja Puskesmas Petisah mayoritas lanjut usia c. Kunjungan ke posyandu lansia masih sangat rendah (15,85%).

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai Januari 2010. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Petisah Medan sebanyak 529 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang mewakili populasi dengan kriteria sampel yaitu :


(50)

1. Umur responden 60 tahun keatas

2. Tidak cacat fisik (tuli, rabun) yang dapat diwawancarai/ yang dapat berkomunikasi langsung dengan peneliti.

Metode pengambilan sampel menggunakan rumus (Singarimbun,1985), yaitu sebagai berikut:

n

q p Zc N e q p Zc N . . ). 1 .( . . . 2 2 2  Keterangan:

n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi

Zc : Tingkat kepercayaan yang diinginkan dalam hal ini derajat kepercayaan 95%, Zc = 1,96

p : Proporsi dari populasi, ditetapkan p = 0,5 q : 1-p = 0,5

e : presisi pendugaan ditetapkan 10%, e = 0,1

n ≥

5 , 0 5 , 0 ) 96 , 1 ( ) 1 529 ( ) 1 , 0 ( 5 , 0 5 , 0 ) 96 , 1 ( 529 2 2 2 x x x x x x x  n ≥ 100

Jadi, jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 100 orang lansia.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti yaitu data mengenai karakteristik lansia yaitu mengenai umur, jenis kelamin, pendidikan,


(51)

pekerjaan, dan penghasilan yang dikumpulkan melalui wawancara. Sedangkan status gizi lansia diperoleh dengan menggunakan metode antropometri yaitu menggunakan IMT.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Petisah Medan tahun 2008 dan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2008.

3.5. Defenisi Operasional

1. Umur adalah usia responden berdasarkan ulang tahun terakhir 2. Jenis kelamin adalah laki-laki dan perempuan.

3. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang diselesaikan dan memiliki surat tanda tamat belajar/ijazah.

4. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan lansia sehari-hari.

5. Penghasilan adalah besarnya pendapatan lansia setiap bulan yang dihitung dengan uang.

6. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui lansia tentang pemanfaatan posyandu lansia dalam menunjang status gizi.

7. Sikap adalah pendapat atau pandangan lansia tentang pemanfaatan posyandu lansia dalam menunjang status gizi.

8. Tindakan adalah kegiatan yang dilakukan secara konkrit oleh lansia tentang pemanfaatan posyandu lansia dalam menunjang status gizi.

9. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun keatas.

10.Posyandu Lansia adalah suatu kegiatan yang terpadu yang ditujukan kepada lanjut usia untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia.


(52)

11.Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam tubuh yang diukur berdasarkan IMT.

3.6. Aspek Pengukuran

Pengetahuan, sikap dan tindakan diukur dengan memberikan nilai terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Selanjutnya dilakukan skoring untuk mengetahui total nilai yang diperoleh (Sugyono, 2004). Berdasarkan total nilai yang diperoleh kemudian diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu:

1. Baik apabila jumlah nilai responden (> 75%) 2. Sedang apabila jumlah nilai responden (40%-75%) 3. Rendah apabila jumlah nilai responden <(40%) a. Pengetahuan

Pengetahuan diukur melalui 12 pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan memilih jawaban a yang paling benar diberi skor 3 dan jawaban b yang kurang benar diberi skor 2, sedangkan jawaban c yang tidak benar diberi skor 1. Total skor pengetahuan tertinggi adalah 36. Pengukuran tingkat pengetahuan lansia terhadap pemafaatan posyandu lansia dalam menunjang status gizi terdiri atas 3 kategori yaitu:

1. Baik, apabila skor jawaban responden >27 atau dapat menjawab pertanyaan sekurang-kurangnya 28 pertanyaan dengan benar.

2. Sedang, apabila skor jawaban responden 14-27 atau dapat menjawab pertanyaan sekurang-kurangnya 14-27 pertanyaan dengan benar.

3. Kurang, apabila skor jawaban responden <14 atau dapat menjawab pertanyaan sekurang-kurangnya 15 pertanyaan dengan benar.


(53)

b. Sikap

Sikap diukur melalui 10 pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan memilih jawaban a diberi skor 2 dan jawaban b diberi skor 1. Total skor sikap tertinggi adalah 20. Pengukuran tingkat sikap terhadap pemanfaatan posyandu lansia dalam menunjang status gizi terdiri atas 3 kategori yaitu:

1. Baik, apabila skor jawaban responden >15 atau dapat menjawab pertanyaan sekurang-kurangnya 8 pertanyaan dengan benar.

2. Sedang, apabila skor jawaban responden 8-15 atau dapat menjawab pertanyaan sekurang-kurangnya 4-7 pertanyaan dengan benar.

4. Kurang, apabila skor jawaban responden <8 atau dapat menjawab pertanyaan sekurang-kurangnya 3 pertanyaan dengan benar.

c. Tindakan

Tindakan diukur melalui 10 pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan memilih jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Total skor tindakan tertinggi adalah 10.Pengukuran tingkat pengetahuan lansia dalam menunjang status gizi terdiri atas 3 kategori yaitu:

1. Baik, apabila skor jawaban responden >8 atau dapat menjawab pertanyaan sekurang-kurangnya 9 pertanyaan dengan benar.

2. Sedang, apabila skor jawaban responden 4-9 atau dapat menjawab pertanyaan sekurang-kurangnya 5-9 pertanyaan dengan benar.

3. Kurang, apabila skor jawaban responden <4 atau dapat menjawab pertanyaan sekurang-kurangnya 5 pertanyaan dengan benar.


(54)

d. Status Gizi

Status gizi diukur berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dimana IMT adalah alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Pengukuran IMT dapat dikategorikan sebagai berikut:

No Status Gizi Responden

Kategori IMT 1 Kurus Kekurangan berat badan tingkat

berat

< 17,0 Kekurangan berat badan tingkat

ringan

17,0-18,5

2 Normal > 18,5-25,0

3 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan

> 25,0-27,0 Kelebihan berat badan tingkat

berat

>27,0

3.7. Analisa Data

Data yang dikumpulkan dilakukan editing, coding, tabulating serta diolah secara manual dan menggunakan komputer yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan dianalisis secara deskriptif.

3.8. Instrumen Pengukuran

Adapun yang menjadi alat pengukuran pada penelitian ini yaitu dalam pengukuran pengetahuan, sikap dan tindakan dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Pengukuran berat badan dilakukan dengan Beam Balance Scale, dan pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan microtoise.


(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Puskesmas Petisah Medan 4.1.1. Lokasi Puskesmas

Puskesmas berada di Kecamatan Medan Petisah tepatnya di Jalan Rotan kompleks Petisah. Secara geografis, Puskesmas Petisah berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara : Rel kereta api atau Jalan Sekip.

b. Sebelah Selatan : Jalan Gajah Mada dan sebahagian Jalan K.H.Zairul Arifin. c. Sebelah Barat : Jalan Punak Gang Warga dan sebahagian Jalan Iskandar

Muda.

d. Sebelah Timur : Jalan Glugur By Pass. 4.1.2. Wilayah Kerja

Batasan wilayah kerja Puskesmas yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan berdasarkan keadaan geografis, demografis, sarana transportasi, masalah kesehatan setempat, sumber daya dan lain-lain.

Puskesmas Petisah terdiri dari 3 kelurahan yaitu :

a. Kelurahan Petisah Tengah : 17 lingkungan. b. Kelurahan Sekip : 11 lingkungan. c. Kelurahan Sei Putih Timur : 5 lingkungan. 4.1.3. Data Umum Puskesmas Petisah

a. Data geografis

Lokasi Puskesmas Petisah yang strategis dekat dengan pasar Petisah Medan. Luas wilayah kerja Puskesmas Petisah adalah 220 Ha, dengan masing-masing luas


(56)

kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Petisah : Kelurahan Petisah Tengah 127 Ha, Kelurahan Sekip 61 Ha dan Kelurahan Sei Putih Timur I 32 Ha.

b. Data Demografi

Kecamatan Medan Petisah terdiri dari 3 kelurahan dengan jumlah penduduk 28380 jiwa, dengan 5956 kepala lingkungan.

4.1.4. Tenaga Kesehatan Puskesmas Petisah Medan

Puskesmas Petisah Medan memiliki tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis, paramedik, dan staf administrasi lainnya.

4.1.5. Fasilitas Fisik Puskesmas Petisah Medan

Puskesmas Petisah Medan dalam menjalankan kegiatannya didukung oleh fasilitas meliputi :

1. Fasilitas gedung puskesmas permanen. 2. Fasilitas sumber daya manusia.

3. Fasilitas alat-alat. 4. fasilitas obat-obatan. 5. Fasilitas administrasi. 6. Fasilitas imunisasi. 7. Fasilitas laboratorium.

4.1.6. Posyandu Lansia di Puskesmas Petisah Medan a. Jumlah Posyandu Lansia di Puskesmas Petisah Medan

Adapun jumlah posyandu di Puskesmas Petisah Medan yang terdapat pada tiga kelurahan (Kelurahan Petisah Tengah, Kelurahan Sekip, Kelurahan Sei Putih Timur) terdiri dari lima posyandu lansia yaitu Posyandu Lansia Nirwana I, Posyandu


(57)

Lansia Nirwana II, Posyandu Lansia Nirwana III, Posyandu Lansia Sentosa I, Posyandu Lansia Sentosa II.

b. Jenis Kegiatan Posyandu Lansia di Puskesmas Petisah Medan.

Jenis kegiatan yang ada di posyandu lansia yaitu penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan gula darah, pencatatan pada buku KMS, penyuluhan kesehatan berupa penyakit degeneratif, makanan sehat, dan kegiatan olah raga yang diadakan setiap hari Selasa dan Jumat pada sore hari.

4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang dikumpulkan datanya pada penelitian ini adalah umur responden, jenis kelamin responden,berat badan responden, tinggi badan responden, Indeks Masa Tubuh responden, pendidikan responden, pekerjaan responden, dan penghasilan responden yang diperoleh dari hasil wawancara melalui kuisioner yang sudah disusun sebelumnya.

4.2.1. Umur Responden

Umur responden dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No Umur Frekuensi %

1 60- 69 tahun 87 87

2 70-80 tahun 11 11

3 >80 tahun 2 2


(58)

Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa distribusi responden berdasarkan umur, bahwa pada lansia sebagian besar dalam kategori 60-70 tahun (87,0%), sedangkan yang paling sedikit > 80 tahun (2,0%) yaitu 81 tahun 1% dan 82 tahun 1%.

4.2.2. Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin responden dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi %

1 Laki-laki 13 13

2 Perempuan 87 87

Jumlah 100 100

Tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, bahwa pada lansia sebagian besar pada jenis kelamin perempuan (87,0%) dan yang paling sedikit pada lansia laki-laki (13,0%).

4.2.3. Pendidikan Responden

Pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi %

1 SD 60 60

2 SLTP 29 29

3 SMU 7 7

4 Penguruan Tinggi 4 4

Jumlah 100 100

Tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa distribusi responden berdasarkan pendidikan, bahwa sebagian besar SD (Sekolah Dasar) (60,0%) dan yang paling sedikit adalah Perguruan Tinggi (4,0%).


(59)

4.2.4. Pekerjaan Responden

Pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi %

1 Pensiunan 9 9

2 Pegawai Swasta 10 10

3 Wiraswasta 81 81

Jumlah 100 100

Tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa distribusi responden berdasarkan pekerjaan, bahwa sebagian besar wiraswasta (81,%) dan yang paling sedikit adalah pensiunan (9,0%).

4.2.5. Penghasilan Responden

Penghasilan responden dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan

No Penghasilan Frekuensi %

1 Rp > 1.000.000 40 40

2 Rp 500.000-900.000 55 55

3 Rp < 500.000 5 5

Jumlah 100 100

Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa distribusi responden berdasarkan penghasilan, bahwa sebagian besar berpenghasilan Rp 500.000-900.000 (55,0%) dan yang paling sedikit adalah Rp < 500.000 (5,0%).

4.3. Pengetahuan Responden

Pengetahuan responden tentang pemanfaatan posyandu lansia dalam menunjang status gizi dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut


(60)

Tabel 4.6. Distibusi Pengetahuan Responden Tentang Pemanfaatan Posyandu Lansia Dalam Menunjang Status Gizi di Puskesmas Petisah Medan Tahun 2009

No Pengetahuan Frekuensi %

1 Pengetahuan Lansia tentang Pengertian Posyandu Lansia

a. Pembinaan kesehatan lansia 84 84

b. Tempat pengobatan 9 9

c. Tidak tahu 7 7

2 Pengetahuan Lansia Tentang Manfaat Posyandu

a. Meningkatkan kesehatan, kemampuan, untuk mandiri

dan produktif 85 85

b. Mendapatkan pengobatan gratis 15 15

c. Tidak tahu 0 0

3 Pengetahuan Lansia Tentang Jenis Kegiatan Posyandu Lansia

a. Pemeriksaan Kesehatan, Penyuluhan, PMT dan

Olahraga 98 98

b. Pencatatan KMS 2 2

c. Tidak tahu 0 0

4 Pengetahuan Lansia Tentang Penimbangan Berat Badan dan Pengukuran Tinggi Badan yang Dilakukan di Posyandu Lansia

a. Untuk pemeriksaan status gizi 74 74

b. Untuk pencatatan petugas Puskesmas 25 25

c. Tidak tahu 1 1

5 Pengetahuan Lansia Tentang Manfaat Pengukuran Tekanan Darah

a. Untuk mengetahui status kesehatan lansia 79 79 b. Untuk data pelengkap bagi petugas kesehatan 21 21

c. Tidak tahu 0 0

6. Pengetahuan Lansia Tentang Pemberian Makanan Tambahan yang Sesuai Untuk Dikonsumsi Lansia a. Jenis makanan yang memperhatikan aspek gizi dan

kesehatan 98 98

b. Jenis makanan yang enak dan murah 0 0

c. Tidak tahu 0 0

7 Pengetahuan Lansia Tentang Jenis Makanan Baik

a. Lunak 98 98

b. Padat/Keras 2 2

c. Tidak tahu 0 0

8 Pengetahuan Lansia Tentang Manfaat Mengkonsumsi Susu


(61)

b. Sumber energi 0 0

c. Tidak tahu 1 1

9 Pengetahuan Lansia Tentang Manfaat Olah raga

a. Untuk meningkatkan kebungaran 100 100

b. Untuk kekompakkan antar usia 0 0

c. Tidak tahu 0 0

10 Pengetahuan Lansia Tentang Manfaat Penyuluhan Kesehatan

a. Untuk memberi komunikasi, informasi dan edukatif 98 98 b. Untuk mendengarkan petugas kesehatan dalam

menyampaikan program kerja puskesmas 1 1

c. Tidak tahu 1 1

11 Pengetahuan Lansia Tentang Manfaat Pengisian Buku KMS Setiap Bulan

a Untuk mengetahui perkembangan kesehatan lansia 99 99

b. Untuk data pelengkap bagi petugas kesehatan 0 0

c. Tidak Tahu 1 1

12 Pengetahuan Tentang Manfaat Peran Serta Keluarga

a. Sebagai motivator bagi lansia 70 70

b. Sebagai pendamping bagi lansia 29 29

c. Tidak tahu 1 1

Dari tabel 4.6 di atas dapat dilihat, bahwa yang menyatakan pengertian posyandu lansia merupakan pembinaan kesehatan lansia sebesar 85 %, manfaat posyandu lansia untuk meningkatkan kesehatan, kemampuan untuk mandiri dan produktif sebesar 85 %, jenis kegiatan yang ada di posyandu lansia adalah pemeriksaan kesehatan, penyuluhan, PMT dan olah raga sebesar 98%, manfaat penimbangan berat badan untuk pemeriksaan status gizi sebesar 74%, manfaat pengukuran tekanan darah untuk mengetahui status kesehatan lansia sebesar 79%, pemberian makanan tamabahan yang sesuai untuk dikonsumsi lansia adalah jenis makanan yang memperhatikan aspek gizi dan kesehatan sebesar 98%, jenis makanan yang baik untuk lansia adalah makanan yang lunak sebesr 98%, manfaat mengkonsumsi susu adalah sebagai sumber kalsium sebesar 99%, manfaat kegiatan


(62)

olahraga untuk meningkatkan kebugaran sebesar 100%, manfaat penyuluhan kesehatan untuk memberi komunikasi, informasi dan edukatif sebesar 98%, manfaat pengisian buku KMS setiap bulan untuk mengetahui perkembangan kesehatan lansia sebesar 99% dan manfaat peran serta keluarga sebagai motivator bagi lansia sebesar 70%.

Berdasarkan aspek pengukuran, maka diperoleh pengukuran pengetahuan tentang pemanfaatan posyandu lansia yang dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.7 Distribusi Pengukuran Pengetahuan Tentang Pemanfaatan Posyandu Lansia Dalam Menunjang Status Gizi di Puskesmas Petisah Medan Tahun 2009

No Kategori Pengetahuan Frekuensi %

1 Baik 91 91

2 Sedang 7 7

3 Kurang 2 2

Jumlah 100 100

Dari tabel 4.7 di atas maka diperoleh pengukuran pengetahuan tentang pemanfaatan posyandu lansia yaitu dalam kategori baik sebesar 91%.

4.4. Sikap Responden

Sikap responden tentang pemanfaatan posyandu lansia dalam menunjang status gizi dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut

Tabel 4.8. Distibusi Responden Berdasarkan Sikap Responden Tentang Pemanfaatan Posyandu Lansia Dalam Menunjang Status Gizi di Puskesmas Petisah Medan Tahun 2009

No Sikap Frekuensi %

1

Sikap lansia dalam menghadiri posyandu tiap bulan

a. Setuju 100 100

b. Tidak Setuju 0 0

2

Sikap lansia dalam dilakukan posyandu setiap bulan

a. Setuju 100 100

b. Tidak Setuju 0 0


(1)

8. Menurut Bapak/Ibu, apakah manfaat mengkonsumsi susu?

a. Sumber kalsium (skor 3) b. Sumber energi (skor 2) c. Tidak tahu. (skor 1) 9. Menurut Bapak/ Ibu, apa manfaat dari jenis kegiatan dalam bentuk olah

raga yang pernah dilakukan di posyandu lansia ?

a. Untuk meningkatkan kebugaran. (skor 3) b. Untuk kekompakkan antar lansia lainnya. (skor 2) c. Tidak tahu. (skor 1) 10.Menurut Bapak/ Ibu, untuk apa dilakukan penyuluhan kesehatan pada saat

pelaksanaan posyandu lansia ?

a. Untuk memberikan komunikasi, informasi, dan edukatif pada

lansia. (skor 3)

b. Untuk mendengarkan petugas kesehatan dalam menyampaikan program kerja puskesmas. (skor 2) c. Tidak tahu. (skor 1) 11.Menurut Bapak/ Ibu, untuk apa buku KMS lansia diisi setiap bulannya ?

a. Untuk mengetahui perkembangan kesehatan pribadi lansia.(skor 3) b. Untuk data pelengkap bagi petugas kesehatan. (skor 2) c. Tidak tahu (skor 1)


(2)

12.Menurut Bapak/ Ibu, untuk apa peran serta keluarga dalam pelaksanaan posyandu lansia ?

a. Sebagai motivator untuk mengantar dan mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu lansia. (skor 3) b. Sebagai pedamping saja sewaktu berada di posyandu lansia(skor 2) c. Tidak tahu. (skor 1) II. SIKAP

1. Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu, dalam hal untuk menghadiri posyandu lansia setiap bulannya?

a. Setuju. (skor 2)

b. Tidak setuju. (skor 1) 2. Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu apabila posyandu lansia diadakan dan

bermanfaat bagi Bapak/ Ibu ?

a. Setuju (skor 2)

b. Tidak setuju. (skor 1) 3. Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu apabila dilakukan di posyandu lansia

berupa penyuluhan kesehatan?

a. Setuju. (skor 2)


(3)

4. Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu apabila dilakukan penimbangan berat badan pada saat Bapak/ Ibu menghadiri kegiatan posyandu lansia ?

a. Setuju. (skor 2) b. Tidak setuju. (skor 1) 5. Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu apabila dilakukan pengukuran tinggi

badan pada saat kegiatan posyadu lansia berlangsung ?

a. Setuju. (skor 2)

b. Tidak setuju. (skor 1) 6. Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu apabila dilakukan pengukuran tekanan

darah pada saat kegiatan posyadu lansia berlangsung ?

a. Setuju. (skor 2) b. Tidak setuju. (skor 1) 7. Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu apabila diadakan olah raga ringan pada

saat posyandu lansia ?

a. Setuju. (skor 2)

b. Tidak setuju. (skor 1) 8. Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu apabila diadakan pemberian makanan

tambahan pada saat kegiatan posyadu lansia berlangsung?

a. Setuju. (skor 2)


(4)

9. Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu apabila diberikan buku KMS (Kartu Menuju Sehat) oleh petugas posyandu lansia ?

a. Setuju. (skor 2)

b. Tidak setuju. (skor 1)

10.Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu apabila adanya keikut sertaan keluarga pada setiap kegiatan posyandu lansia ?

a. Setuju. (skor 2)

b. Tidak setuju. (skor 1)

III. TINDAKAN

1. Apakah Bapak/ Ibu pernah mengunjungi posyandu lansia ?

a. Ya. (jika “ya”, lanjut ke pertanyaan no.2) (skor 1)

b. Tidak. (skor 0)

2. Apakah Bapak/ Ibu memiliki KMS lansia ?

a. Ya. (skor 1)

b. Tidak. (skor 0)

3. Apakah setiap bulannya Bapak/ Ibu menghadiri posyandu lansia ?

a. Ya. (skor 1)


(5)

4. Apakah Bapak/ Ibu pada saat menghadiri posyandu lansia, Bapak/ Ibu mengikuti kegiatan berupa penimbangan berat badan ?

a. Ya. (skor 1)

b. Tidak. (skor 0)

5. Apakah Bapak/ Ibu pada saat menghadiri posyandu lansia, Bapak/ Ibu mengikuti kegiatan berupa pengukuran tinggi badan ?

c. Ya. (skor 1)

d. Tidak. (skor 0)

6. Apakah Bapak/ Ibu pada saat menghadiri posyandu lansia, Bapak/ Ibu mengikuti kegiatan berupa pengukuran tekanan darah ?

a. Ya. (skor 1)

b. Tidak. (skor 0)

7. Apakah Bapak/ Ibu pada saat menghadiri posyandu lansia, Bapak/ Ibu mengikuti kegiatan berupa olah raga ringan ?

a. Ya. (skor 1)

b. Tidak. (skor 0)

8. Apakah Bapak/ Ibu pada saat menghadiri posyandu lansia, Bapak/ Ibu mengikuti kegiatan berupa penyuluhan kesehatan ?

a. Ya. (skor 1)


(6)

9. Pada saat menghadiri posyandu, apakah Bapak/ Ibu didampingi oleh keluarga?

a. Ya. (skor 1)

b. Tidak. (skor 0)

10.Apakah Bapak/ Ibu mengkonsumsi susu setiap harinya ?

a. Ya (skor 1)


Dokumen yang terkait

Pengetahuan dan Sikap Lansia Tentang Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia di Kelurahan Pasar Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan

27 351 111

Hubungan antara kinerja kader Posyandu lansia terhadap kepuasan lansia di kelurahan Rempoa wilayah binaan kerja Puskesmas Ciputat Timur

2 14 127

Hubungan Status Gizi dan Hipertensi Terhadap Kemandirian Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Kedaton

0 4 60

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA DENGAN KEAKTIFAN LANSIA TERHADAP PEMANFAATAN Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Lansia Dengan Keaktifan Lansia Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa Windan Makamhaji Kartasura.

0 0 15

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 18

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 2

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 8

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 26

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 3

Dukungan Keluarga dalam Pemanfaatan Posyandu Lansia di Puskesmas Medan Deli

0 0 9