Permasalahan Manfaat Penelitian Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia

kesehatan usia lanjut sudah mulai ada di beberapa daerah. Sebagai contoh pemerintah kabupaten menyediakan fasilitas gratis bagi lanjut usia yang berobat ke puskesmas Agate, 1999. Berdasarkan jumlah kunjungan lansia ke posyandu, jumlah lansia yang dibina masih kurang dari target pencapaian cakupan pelayanan kesehatan lansia pada tahun 2010 berdasarkan Standar Pelayanan Minimal SPM yaitu sebesar 70, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan gambaran perilaku lansia tentang pemanfaatan posyandu lansia dalam menunjang status gizi di posyandu lansia.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana Perilaku Lansia Tentang Pemanfaatan Posyandu Lansia Dalam Menunjang Status Gizi di Puskesmas Petisah Medan pada tahun 2009. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perilaku lansia tentang pemanfaatan posyandu lansia dalam menunjang status gizi di Puskesmas Petisah Medan pada tahun 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan lansia tentang pemanfaatan posyandu lansia dalam menunjang status gizi. 2. Untuk mengetahui sikap lansia tentang pemanfaatan posyandu lansia dalam menunjang status gizi. 3. Untuk mengetahui tindakan lansia tentang pemanfaatan posyandu lansia dalam menunjang status gizi. Universitas Sumatera Utara 4. Untuk mengetahui status gizi lansia yang diukur berdasarkan IMT Indeks Masa Tubuh.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi petugas puskesmas dan kader kesehatan dalam meninggkatkan kualitas pelayanan kesehatan lanjut usia. 2. Sebagai bahan masukan bagi anggota keluarga dan bagi lansia tersebut untuk lebih memperhatikan kesehatan lansia dengan memanfaatkan sarana yang telah ada di setiap tempat pelayanan kesehatan yaitu bentuk pelayanan posyandu lansia. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lanjut Usia 2.1.1. Proses Menua Menua menjadi tua = aging adalah proses menghilangnya secara perlahan- lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki dirimengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Semua orang yang dikaruniai umur yang panjang, pada suatu saat pasti akan mengalami suatu proses penuaan. Proses penuaan ini tidak hanya terjadi pada suatu bagian-bagian tertentu saja, tetapi seluruh bagian di tubuh kita akan mengalami proses penuaan. Hal ini dapat dilihat misalnya dengan menjadi kisutnya pipi, tumbuhnya uban pada rambut, berkurangnya proses pendengaran, mundurnya daya ingat dan kemampuan berpikir, serta berkurangnya daya penglihatan sehingga memerlukan bantuan kacamata untuk membaca Gallo, 1998. Sebenarnya lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan, sebab manusia sebagai mahluk hidup, umurnya terbatas oleh suatu peraturan alam. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua, dan masa tua merupakan masa hidup yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial sedikit demi sedikit sampai tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari. Sehingga bagi kebanyakan orang, masa tua itu merupakan masa yang kurang menyenangkan Gallo, 1998 Universitas Sumatera Utara Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua, antara lain : 1. Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan jumlah cairan tubuh juga berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis yang menetap. Oleh karena itu, pada usia lanjut seringkali terlihat kurus. 2. Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada usia lanjut sehingga dihubungkan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat. Sedangkan gangguan pada indera pengecap yang dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn dapat menurunkan nafsu makan. Penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel saraf pendengaran. 3. Dengan banyaknya gigi geligi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi mengunyah yang berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut. 4. Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan lanjut usia. Penurunan mobilitas usus dapat juga menyebabkan susah buang air besar yang dapat menyebabkan wasir. 5. Kemampuan motorik yang menurun, selain menyebabkan lanjut usia menjadi lamban, kurang aktif dan kesulitan untuk menyuap makanan, dapat mengganggu aktivitas kegiatan sehari-hari. Universitas Sumatera Utara 6. Pada lanjut usia terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa, kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas bertujuan apraksia dan gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan sehari-hari dan perilaku yang berulang- ulang, dapat juga disertai delusi paranoid atau perilaku anti-sosial lainnya. 7. Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga berkurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran Natrium sampai dapat terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah. 8. Incontintia Urine IU adalah pengeluaran urine di luar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok lanjut usia, sehingga usia lanjut yang mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat menyebabkan dehidrasi. Kemunduran psikologis pada lanjut usia juga terjadi yaitu ketidakmampuan untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain : sindroma lepas jabatan, sedih yang berkepanjangan Depkes RI, 2000 Kemunduran sosiologi pada lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pemahaman lanjut usia itu atas dirinya sendiri. Status sosial seseorang sangat penting bagi kepribadiannya di dalam pekerjaan. Perubahan status sosial lanjut usia akan membawa akibat bagi yang bersangkutan dan perlu dihadapi dengan persiapan yang baik dalam menghadapi perubahan tersebut. Aspek sosial ini Universitas Sumatera Utara sebaiknya diketahui oleh lanjut usia sedini mungkin sehingga dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin.

2.1.2. Arti dan Batasan Usia Lanjut

Menurut ilmu Gerontologi, lanjut usia bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup manusia yang merupakan kelanjutan dari usia dewasa dan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut tersebut. Beberapa pendapat tentang batasan umur lanjut usia yaitu: 1. Menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia pasal 1 ayat 2 adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. 2. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun ke atas yang karena mengalami penuaan berakibat menimbulkan berbagai masalah kesejahteraan di hari tua, kecuali bila sebelum umur tersebut proses menua itu terjadi lebih awal, dilihat dari kondisi fisik, mental dan sosial. 3. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, lanjut usia meliputi: a. Usia pertengahan Middle Age adalah orang yang berusia 45-59 tahun b. Usia Lanjut Elderly adalah orang yang berusia 60-74 tahun c. Usia Lanjut Tua Old adalah orang yang berusia 75-90 tahun d. Usia Sangat Tua Very Old adalah orang yang berusia 90 tahun Menurut Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992, manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan dokumen pelembagaan lanjut usia dalam kehidupan bangsa yang diterbitkan oleh Departemen Sosial Republik Indonesia 1996 dalam rangka perancangan Hari Lanjut Usia Nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh Preseiden RI, menetapkan batasan usia lanjut adalah 60 tahun ke atas. Lanjut usia dapat dikelompokkan dalam beberapa tipe tergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan dan kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Dalam program posyandu lansia, sasaran terkategori atas 3 macam berdasarkan ukuran kemandirian Activities of Daily Live untuk mampu melakukan aktifitas sehari-hari, yaitu “kemandiriaan A” lansia yang tidak bisa datang ke posyandupuskesmas, “kemandirian B” yaitu lansia yang datang ke posyandupuskesmas dengan dibantu orang lain atau dipapah dan “kemandirian C” lansia yang bisa datang sendiri ke posyandu. Depkes RI, 2005. 2.2. Posyandu Lanjut Usia 2.2.1. Pengertian Posyandu Lansia Posyandu lanjut usia perlu diupayakan dan mendapat perhatian dari pemerintah, keluarga dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan meringankan beban masyarakat khususnya lanjut usia. Menurut Depkes RI bahwa pelayanan kesehatan terpadu yandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana yang dilaksanakan di tingkat dusun desa dalam wilayah kerja puskesmas. Tempat pelayanan program terpadu ini disebut posyandu. Dalam suatu posyandu dikembangkan beberapa kegiatan terpadu. Kegiatan yang terpadu dan saling mendukung dalam mencapai tujuan dan sasaran yang Universitas Sumatera Utara disepakati bersama. Dengan keterpaduan tersebut dapat berkembang dan meluas dari dua program menjadi lebih banyak program. Keterpaduan dapat berupa aspek sasaran, aspek lokasi, kegiatan maupun petugas penyelenggara. Sesuai dengan prinsip posyandu adalah suatu kegiatan yang dikelola masyarakat dan ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Adapun lanjut usia adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap lanjut usia di tingkat desakelurahan dalam masing-masing wilayah kerja puskesmas. Dasar pembentukan posyandu adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama lanjut usia. Kita dihadapkan pada beberapa masalah yaitu jumlah lanjut usia yang semakin meningkat, mahalnya harga dan biaya pengobatan, tingginya angka kesakitan, rendahnya jangkauan pelayanan kesehatan dan lain-lain Depkes RI, 2000.

2.2.2. Tujuan Penyelenggaraan

Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain : a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.

2.2.3. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada Universitas Sumatera Utara yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut: - Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi badan - Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh IMT. Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II. - Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan pelayanan pojok gizi.

2.2.4. Kendala Pelaksanaan Posyadu Lansia

Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain: a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu. Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia. b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau Universitas Sumatera Utara Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan yang terjadi pada lansia d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu. Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan Universitas Sumatera Utara kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.

2.3. Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia

Kebijakan Departemen Kesehatan dalam pembinaan kesehatan lansia merupakan upaya yang ditujukan untuk peningkatan kesehatan, kemampuan untuk mandiri, produktif dan berperan aktif dalam komprehensif, azas kekeluargaan, pelaksanaan sesuai protap, dan kendali mutu Depkes RI, 2003. Kebijakan tersebut dilakukan dengan pendekatan holistic, pelaksanaan terpadu, pembinaan komprehensif tersebut terdiri dari: 1. Pembinaan kesehatan yang mencakup kegiatan: a. Promotif, antara lain penyuluhan tentang PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, penyakit pada lansia, gizi, upaya meningkatkan kebugaran jasmani, kesehatan mental, dan kemandirian produktifitas. b. Preventif, antara lain deteksi dini dan pemantauan kesehatan lansia yang dapat dilakukan POKSILApuskesmas dengan menggunakan KMS Lansia, buku pemantauan kesehatan pribadi lansia. 2. Pelayanan kesehatan yang mencakup kegiatan; a. Kuratif, antara lain pengobatan bagi lansia yang sakit baik di Poksila, Pustu, PuskesmasRumah Sakit. b. Rehabilitatif, antara lain upaya medis, psikososial, edukatif untuk dapat mengembalikan kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lansia. 3. Konseling yang mencakup kegiatan: a. Tidak sama dengan penyuluhan. Universitas Sumatera Utara b. Dilaksanakan oleh Konseler. c. Upaya memecahkan masalah kesehatan dan psikologis lansia. d. Dapat berfungsi preventif, promotif, kuratif, maupun rehabilitatif. 4. Pendekatan individu maupun kelompok. 5. Home Care 6. Bentuk pelayanan kesehatan komprehensif yang dilakukan di rumah klienlansia. 7. Melibatkan klien serta keluarga sebagai subjek untuk berpartisipasi dalam kegiatan perawatan dalam bentuk tim tenaga professionalnon professional di bidang kesehatan maupun non kesehatan. 8. Bertujuan memandirikan klien dan keluarganya. Dalam kegiatan pelayan kesehatan bagi lansia, maka dilaksanakan kegiatan di posyandu bagi lansia, agar lansia dapat mencapai hidup sehat sesuai dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia dan Indonesia Sehat 2010. Kegiatan yang dilakukan di posyandu bagi lansia antara lain adalah: 1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makanminum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besarkecil dan sebagainya. 2. Pemeriksaan status mental. 3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh IMT. 4. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit. 5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat Universitas Sumatera Utara 6. Penyuluhan Kesehatan. 7. Pemberian makanan tambahan PMT. 8. Kegiatan olah raga, antara lain senam usia lanjut, gerak jalan santai, dan sebagainya untuk meningkatkan kebugaran Lasma, 2007. Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk peningkatan kesehatan terutama dalam menunjang status gizi lansia dan pencegahan penyakit, dilakukan melalui pemantauan keadaan kesehatan para lansia secara berkala dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat KMS lansia,dengan harapan gangguan kesehatan lansia dapat dideteksi lebih dini untuk mendapatkan pertolongan secara cepat, tepat dan memadai sesuai dengan keinginan yang diperlukan Depkes RI, 2003.

2.4. Upaya Untuk Meningkatkan Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia

Dokumen yang terkait

Pengetahuan dan Sikap Lansia Tentang Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia di Kelurahan Pasar Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan

27 351 111

Hubungan antara kinerja kader Posyandu lansia terhadap kepuasan lansia di kelurahan Rempoa wilayah binaan kerja Puskesmas Ciputat Timur

2 14 127

Hubungan Status Gizi dan Hipertensi Terhadap Kemandirian Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Kedaton

0 4 60

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA DENGAN KEAKTIFAN LANSIA TERHADAP PEMANFAATAN Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Lansia Dengan Keaktifan Lansia Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa Windan Makamhaji Kartasura.

0 0 15

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 18

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 2

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 8

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 26

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 3

Dukungan Keluarga dalam Pemanfaatan Posyandu Lansia di Puskesmas Medan Deli

0 0 9