Menghitung Indeks Massa Tubuh IMT Menggunakan Rumus Brocca

yang mengganggu masuknya makanan ke dalam lambung seperti tumor oesophagus, pemberian makanan formula langsung ke dalam lambung gastrotomy. 3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menentukan hubungan sebab akibat antara status gizi dan kondisi kesehatan lanjut usia serta menentukan terapi obat dan diet. Pemeriksaan fisik meliputi : a. Tanda-tanda klinis kurang gizi atau gizi lebih 1. Kurang gizi: sangat kurus, pucat atau bengkak 2. Gizi lebih : gemuk atau sangat gemuk obesitas b. Sistem kardiovaskuler c. Sistem pernafasan d. Sistem gastrointestinal e. Sistem genitourinarius f. Sistem muskuloskeletal g. Sistem metabolikendokrin h. Sistem neurologikpsikiatik 4. Pengukuran Antropometri Berbagai cara pengukuran antropometri dapat digunakan untuk menentukan status gizi. Cara yang paling sederhana dan banyak digunakan dengan menghitung indeks Massa Tubuh IMT dan Rumus Brocca. Cara lain yang dapat dilakukan sesuai dengan kondisi usila yaitu dengan mengukur tinggi lutut knee high.

a. Menghitung Indeks Massa Tubuh IMT

Universitas Sumatera Utara Untuk menilai status gizi usia lanjut seseorang perlu dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan, kemudian IMT dihitung dengan cara sebagai berikut : IMT = TBxTB kg BB Ket : IMT : Indeks Massa Tubuh BB : Berat Badan kg TB : Tinggi Badan cm Pengukuran berat badan dilakukan dengan pakaian seminimal mungkin dan tanpa alas kaki dengan kepekaan 0,1 kg. Alat yang dianjurkan adalah Beam Balance Scale tidak dianjurkan memakai timbangan kamar mandi. Pengukuran tinggi badan dapat menggunakan alat pengukur tinggi badan dengan kepekaan 0,1 cm. pengukuran dilakukan pada posisi berdiri lurus dan tanpa menggunakan alas kaki Supariasa, 2001. Status gizi ditentukan bila IMT : Untuk Wanita Untuk Laki-Laki Normal Kegemukan Obesitas 17 – 23 23 – 27 27 Normal Kegemukan Obesitas 18 – 25 25 – 27 27 Sumber : Depkes RI, Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa 1996

b. Menggunakan Rumus Brocca

Cara ini digunakan untuk mengukur berat badan BB ideal dengan menggunakan rumus sebagai berikut : BB Ideal = TB – 100 – 10 TB – 100 Universitas Sumatera Utara Batas ambang yang diperbolehkan adalah + 10. Bila 10 sudah kegemukan dan bila 20 terjadi obesitas. c. Menghitung Tinggi Lutut Menghitung tinggi lutut digunakan pada usia lanjut yang tulang punggungnya terjadi osteoporosis keropos, sehingga terjadi penurunan tinggi badan. Dari tinggi lutut dapat dihitung tinggi badan sesungguhnya dengan rumus : Tinggi Badan Laki-Laki = 59,01 + 2,08 x TL Tinggi Badan Perempuan = 75,00 + 1,91 x TL Catatan : TL = Tinggi Lutut cm 5. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendukung diagnosa penyakit serta untuk menentukan intervensi gizi. Pemeriksaan laboratorium antara lain : 1. Darah : Hb, kolesterol total, HDL, LDL, gula darah, ureum, creatinin, asam urat dan trigliserida serta kadar vitamin dan mineral lain. 2. Urine : glukosakadar gula, albumin. 3. Faeces : fungsi pencernaan, serat, lemak. Adapun masalah gizi yang sering timbul pada lanjut usia adalah : a. Gizi berlebihan Gizi berlebihan pada lanjut usia banyak terdapat di negara barat dan di kota- kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan yang berlebihan, apalagi pada lanjut usia penggunaan kalori berperan karena kekerangannya aktivitas fisik. Kelebihan makan tersebut sukat untuk dirubah walaupun disadari untuk mengurangi makanan. Kegemukan merupakan salah satu Universitas Sumatera Utara pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung, diabetes millitus, penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi dan sebagainya. b. Gizi kurang Gizi kurang sering disebakan oleh masalah-masalah sosial, ekonomi dan juga keadaan gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi pada organ-organ tubuh. c. Kekurangan vitamin Bila konsumsi buah dan sayur-sayuran dalam makanan kurang, apabila ditambah kekurangan protein dalam makanan, maka akibatnya nafsu makan kurang, penglihatan mundur, mulut kering, lesu dan tidak semangat Arifin Siregar, 2000. Dalam merencanakan makanan untuk lansia, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang dan jangan terlalu sedikit. Porsi makan hendaknya diatur, merata dalam satu hari, sehingga dapat makan lebih sering dalam porsi yang kecil. 2. Banyak minum dan kurang makan garam, dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu usia akan memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya tekanan darah tinggi. Universitas Sumatera Utara 3. Membatasi penggunaan kalori, sehingga berat badan dalam keadaan normal, terutama makanan yang manis-manisbergula, minyak dan makanan yang berlemak. Disarankan untuk usia di atas 50 tahun 1900 kalori, usia di atas 60 tahun 1700 kalori dan usia diatas 70 tahun 1500 4. Bagi para lansia dimana proses penuaannya sudah lanjut perlu diperhatikan hal- hal sebagai berikut : a. Makanlah makanan yang sudah dicerna b. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, goreng-gorengan dan sebagainya. c. Bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu kurang baik, makanan harus lunak atau lembek atau dicincang. d. Makanlah dalam porsi yang kecil tetapi sering. e. Makanan selingan atau snack, susu, buah, sari buah, dan sebagainya sebaiknya diberikan. 5. Batasi minum kopi dan teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan Arifin Siregar, 2000

2.7. Kebutuhan Zat Gizi Pada Lansia

Dokumen yang terkait

Pengetahuan dan Sikap Lansia Tentang Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia di Kelurahan Pasar Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan

27 351 111

Hubungan antara kinerja kader Posyandu lansia terhadap kepuasan lansia di kelurahan Rempoa wilayah binaan kerja Puskesmas Ciputat Timur

2 14 127

Hubungan Status Gizi dan Hipertensi Terhadap Kemandirian Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Kedaton

0 4 60

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA DENGAN KEAKTIFAN LANSIA TERHADAP PEMANFAATAN Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Lansia Dengan Keaktifan Lansia Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa Windan Makamhaji Kartasura.

0 0 15

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 18

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 2

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 8

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 26

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 3

Dukungan Keluarga dalam Pemanfaatan Posyandu Lansia di Puskesmas Medan Deli

0 0 9