UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
etanolamin Merck, ditenolamin Merck, dan Bovine Serum Albumin SIGMA-ALDRICH. Pelarut dan bahan
pembantu lain seperti aquades, etil asetat, n-heksan, methanol.
3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1 Amidasi Etil p-metoksisinamat
a. Reaksi Amidasi Etanolamin
Sebanyak 1,060 gram EPMS 5 mmol dilarutkan ke dalam 10 mL etanolamin kemudian diiradiasi dalam microwave oven
tanpa modifikasi dengan kekuatan 600 watt selama 5 menit dalam erlenmeyer tertutup. Kemudian hasil reaksi dipartisi
dengan aquades dan etil asetat. Lapisan etil asetat dikeringkan dengan Na
2
SO
4
anhidrat lalu diuapkan dan dimurnikan dengan pelarut heksan Modifikasi Khalafi et al, 2003.
b. Reaksi Amidasi Dietanolamin
Sebanyak 1,030 gram EPMS 5 mmol dilarutkan ke dalam 10 mL dietanolamin kemudian diiradiasi dalam microwave oven
tanpa modifikasi dengan kekuatan 300 watt selama 6 menit dalam erlenmeyer tertutup. Kemudian hasil reaksi dipartisi
dengan aquades dan etil asetat. Lapisan etil asetat dikeringkan dengan Na
2
SO
4
anhidrat lalu diuapkan dan dimurnikan dengan pelarut heksan Modifikasi Khalafi et al, 2003.
3.3.2 Identifikasi Senyawa a. Identifikasi Organoleptis
Senyawa yang didapat dari hasil modifikasi diidentifikasi warna, bentuk dan juga bau.
b. Pengukuran titik leleh
Senyawa yang didapat dari hasil modifikasi diidentifikasi titik lelehnya menggunakan alat apparatus melting point.
c. Identifikasi Senyawa Menggunakan FTIR
Sedikit sampel padat kira-kira 1 - 2 mg, kemudian ditambahkan bubuk KBr murni kira-kira 200 mg dan diaduk
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
hingga rata. Kemudian sampel pelet KBr yang terbentuk diambil dan kemudian ditempatkan dalam tempat sampel pada
alat spektroskopi inframerah untuk dianalisis Hidayati, 2012.
d. Identifikasi Senyawa Menggunakan GCMS
Kolom yang digunakan adalah HP-5MS 30 m × 0,25 mm ID × 0,25 µm; suhu awal 70
o
C selama 2 menit, dinaikkan ke suhu 285
o
C dengan kecepatan 20
o
Cmin selama 20 menit. Suhu MSD 285
o
C. Kecepatan aliran 1,2 mLmin dengan split 1:100. Parameter scanning dilakukan dari massa paling rendah
yakni 35 sampai paling tinggi 550 Umar et al, 2012.
e. Identifikasi Senyawa Menggunakan
1
H-NMR dan
13
C- NMR
Sedikit sampel padat kira-kira 10 mg, kemudian dilarutkan dalam pelarut kloroform bebas proton khusus NMR, setelah
dilarutkan kemudian dimasukkan ke dalam tabung khusus NMR untuk kemudian dianalisis.
3.3.3 Pembuatan Reagen untuk Uji Antiinflamasi
a.
Larutan TBS Tris Buffer Saline pH 6.3 Sebanyak 1,21 g Tris base dan 8,7 g NaCl dilarutkan dalam
1000 mL aquades. Kemudian adjust pH sampai 6,3 menggunakan asam asetat glacial Mohan, 2003.
b. Penyiapan variat konsentrasi Na Diklofenak
Pembuatan larutan induk sebesar 10000 ppm Na dikolfenak dengan pelarut Metanol. Kemudian dilakukan pengenceran
menjadi 1000, 100, 10 dan 1 ppm.
c.
Penyiapan variat konsentrasi EPMS dan senyawa hasil modifikasi sampel.
Pembuatan larutan induk sebesar 10000 ppm baik senyawa hasil modifikasi maupun EPMS dengan pelarut metanol.
Kemudian dilakukan pengenceran menjadi 1000, 100, 10 dan 1 ppm.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Pembuatan BSA 0,2 wv
Sebanyak 0.2 g BSA dilarutkan dalam TBS 100 mL Williams et al., 2008.
3.3.4 Uji In vitro Antiinflamasi Williams et al., 2008
Pengujian Aktivitas Senyawa Hasil Modifikasi Terhadap denaturasi BSA :
a. Pembuatan Larutan Uji
Larutan Uji 5 mL terdiri dari 50 µL larutan sampel yang kemudian ditambah dengan BSA hingga volume 5 mL
sehingga didapatkan variat konsentrasi menjadi 100, 10, 1, 0.1 dan 0.01 ppm.
b. Pembuatan Larutan Kontrol Positif
Larutan kontrol positif 5 mL terdiri dari 50 µL larutan natrium diklofenak yang kemudian ditambah dengan BSA
hingga volume 5 mL sehingga didapatkan variat konsentrasi menjadi 100, 10, 1, 0.1 dan 0.01 ppm.
c. Pembuatan Larutan Kontrol Negatif.