Mekanisme Terjadinya Inflamasi Jenis Inflamasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diprovokasioleh berbagai agen berbahaya, bahan asing, toxines, infeksi, bahan kimia, patogen, reaksi kekebalan tubuh dan luka fisik Sen et al, 2010.

2.9.2. Mekanisme Terjadinya Inflamasi

Terjadinya inflamasi adalah reaksi setempat dari jaaringan atau sel terhadap suatu rangsang atau cedera, terjadinya rangsangan untuk dilepaskannya zat kimia tertentu yang akan menstimulasi terjadinya perubahan jaringan pada reaksi radang tersbut, diantaranya histamin, serotonin, bradikinin, leukotrin, dan protaglandin. Histamin bertanggung jawab pada perubahan yang paling awal yaitu menyebabkan vasodilatasi pada arteriol yang didahului dengan vasokontriksi awal dan peningkatan permeabilitas kapiler, hal ini menyebabkan perubahan distribusi sel darah merah. Oleh karena aliran darah yang lambat, seldarah merah akan mengguumpal, akibatnya sel darah putih terdesak ke pinggir. Semakin lambat aliran darah maka sel darah putih akan menempel pada dinding pembuluh darah. Perubahan permeabilitas yang terjadi menyebabkan cairan keluar dari pembuluh darah dan berkumpul dalam jaringan. Bradikinin bereaksi lokal menimbulkan rasa sakit, vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas kapiler. Sebagai penyebab radang. Prostaglandin berpotensi kuat setelah bergabung dengan mediator lainnya Mansjoer, 1999. Proses inflamasi dimulai dari stimulus yang akan mengakibatkan kerusakan sel, sebagai reaksi terhadap kerusakan sel maka sel tersebut akan melepaskan beberapa fosfolipid yang diantaranya adalah asam arakidonat. Setelah asam arakidonat tersebut bebas akan diaktifkan oleh beberapa enzim, diantaranya siklooksigenase dan lipooksigenase. Enzim tersebut merubah asam arakidonat ke dalam bentuk yang tidak stabil hidroperoksid dan endoperoksid yang selanjutnya dimetabolisme menjadi leukotrin, protaglandin, prostasiklin, dan tromboksan. Bagian prostaglandin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan leukotrin bertanggung jawab terhadap gejala-gejala peradangan Katzung, 1998. Gambar 2.13 Alur mediator yang berasal dari asam arakidonat dan tempat kerja obat Katzung, 2012.

2.9.3. Jenis Inflamasi

Pada umunya inflamasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu inflamasi akut dan inflamasi kronis. a. Inflamasi akut Inflamasi akut merupakan tanggapan awal dari tubuh untuk mengambil faktor risiko seperti infeksi atau trauma. Hal UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut bersifat spesifik dan pertahan pertama tubuh terhadap bahaya Sen et al, 2010. Fitur utama dari peradangan akut antara lain: 1 Akumulasi cairan dan plasma di lokasi terkena dampak. 2 Aktivasi intravaskular datar atau memungkinkan. 3 Polymorph-nuklir neutrofil sebagai sel inflamasi. b. Inflamasi Kronis Inflamasi kronis terjadi bila faktor-faktor risiko yang memperpanjang dari inflamasi akut tidak dihapus. Hal ini terjadi untuk durasi yang lebih lama dan terkait dengan adanya makrofag, limfosit, sel darag proliferasi, fibrosis dan nekrosis jaringan. Makrofag menghasilkan beberapa produk biologis aktif yang menyebabkan kerusakan jaringan dan karakteristik fibrosis peradangan kronis Sen et al, 2010. Reaksi inflamasi terjadi dalam mekanisme yang berbeda pada tiap fase, seperti: 1 Fase akut: vasodilatasi lokal sementara dan penigkatan permeabilitas kapiler. 2 Fase sub-akut: infiltrasi atau leukosit dan fagositosis sel. 3 Fase kronis proleferatif: kerusakan jaringan dan fibrosis Sen et al, 2010.

2.9.4. Obat Antiinflamasi