UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.2.1. Senyawa A
Senyawa hasil amidasi etil p-metoksisinamat dengan etanolamin memiliki karakteristik sebagai berikut:
Warna : krem
Bau
: Tidak berbau
Bentuk : Serbuk Pengukuran titik leleh dilakukan menggunakan alat melting
point. Rentang titik leleh senyawa A hasil amidasi etil p- metoksisinamat dengan etanolamin ada pada 121
o
C-125
o
C. Elusidasi struktur senyawa A dilakukan dengan analisa
menggunakan Spektrofotometri IR, GCMS,
1
H NMR, dan
13
C NMR. Hasil analisis Spektrofotometri IR menunjukkan penafsiran spektrum
IR senyawa A dari berbagai bilangan gelombang absorbansi gugus fungsi yang spesifik seperti yang tertera pada tabel 4.1 Lampiran 7.
dari data tersebut dapat dilihat pita absorbansi pada bilangan gelombang ν 3000-2500 cm
-1
menandakan adanya CH pada aromatik. Selain itu keberadaan aromatik juga ditandai dengan munculnya pita
absorbansi pada bilangan gelombang ν 1596,16 cm
-1
C=C. Pada bilangan gelombang ν 886,33 cm-1 menandakan bahwa gugus
aromatik tersebut tersubtitusi para. Pada bilangan gelombang ν 1648,24 cm
-1
menandakan adanya gugus karbonil C=O pada senyawa A dan juga terdapat gugus eter C-O yang ditandai oleh pita
absorbansi pada bilangan gelombang ν 1250,89 cm
-1
. Kemudian ditemukan pita absorbansi pada bilangan gelombang ν 3500-2500 cm
-1
yang merupakan frekuensi serapan spesisfik dari OH yang terdapat pada etanolamin. Keberadaan NH ditandai oleh pita absorbansi pada
bilangan gelombang ν 3411,29 cm
-1
dan pada bilangan gelombang ν 1067,5 cm
-1
menandakan keberadaan C-N. Hal ini memperkuat bahwa etil p-metoksisinamat telah bereaksi dengan etanolamin membentuk
amida.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.1 Daftar daerah spektrum IR senyawa A
Ikatan Daerah Absorpsi ν, cm
-1
O-H 3500-2500
N-H 3411,29
C-N 1067,5
C-H 3000-2500
C=C 1596,16
C=O 1648,24
C-O 1250,89
Aromatik posisi para 886,33
Selanjutnya analisa menggunakan GCMS. Hasil interpretasi Gas Chromatography-Mass Spectroscopy GCMS menunjukkan bahwa
senyawa A muncul pada waktu retensi 12,714 dan memiliki berat molekul 221,0 gmol dengan fragmentasi massa 176; 161; 133; 102;
dan 77 Lampiran 8. Adapun pola fragmentasi yang terjadi pada senyawa tersebut dapat dilihat pada gambar 4.7.
Gambar 4.7 Pola fragmentasi massa senyawa A
Data analisa spektrum IR dan Interpretasi GCMS selanjutnya dikonfirmasi dengan analisa
1
H NMR dan
13
C NMR. Interpretasi analisa NMR berupa nilai pergeseran kimia δ dalam satuan ppm
Pavia et al, 2008. Adapun hasil analisis senyawa A dengan
1
H NMR Lampiran 9 ditunjukkan pada tabel 4.2 dengan panduan gambar 4.8.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.8 a senyawa A; b etil p-metoksisinamat
Tabel 4.2 Data pergeseran kimia δ spektrum
1
H NMR senyawa A CD
3
OD, 500 MHz
Senyawa A Etil p-metoksisinamat Mufidah, 2014
Posisi Pergeseran Kimia δ,
ppm Posisi
Pergeseran Kimia δ, ppm
- -
15 1,33 t, 3H, J = 7,15
- -
14 4,25 q, 2H, J = 7,15
14 3,34 t, 2H, J = 5,85
- -
15 3,65 t, 2H, J = 5,85
- -
2 6,49 d, 1H, J = 15,6
2 6,31 d, 1H, J = 15,6
3 7,48 d, 1H, J = 15,5
3 7,65 d, 1H, J = 16,25
5 9 6,94 d, 2H, J = 8,45
5 9 6,90 d, 2H, J = 9,05
6 8 7,50 d, 2H, J = 9,05
6 8 7,47 d, 2H, J = 8,45
11 3,81 s, 3H
11 3,82 s, 3H
Dari data di atas, pergeseran kimia pada 1,33 ppm dan 4,25 ppm sudah tidak muncul dimana itu menandakan senyawa A sudah tidak
memiliki gugus ester. Spektrum
1
H NMR memberikan sinyal pada pergeseran kimia 3,34 ppm dan 3,65 ppm yang masing-masingnya
berbentuk triplet dengan integrasi 2 proton. Hal ini menandakan bahwa senyawa A memiliki gugus alkana CH
2
CH
2
dimana satu CH
2
berikatan dengan NH dan satunya lagi berikatan dengan OH. Sinyal
a a
b
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
CH
2
yang berikatan dengan OH akan muncul lebih downfield dibandingakan dengan sinyal CH
2
yang berikatan dengan NH. Hal ini disebabkan atom oksigen O lebih elektronegatif dari pada atom
nitrogen N. Kemudian pada pergeseran kimia 6,49 ppm dan 7,48 ppm berbentuk singlet dengan integrasi 1 proton dengan nilai
konstanta kopling 15,6 dan 15,5. Sinyal tersebut menunjukkan gugus olefin pada senyawa A. Suatu puncak dengan konstanta kopling J
11-18 Hz dapat mengindikasikan bahwa proton tersebut memiliki konfigurasi trans Pavia et al, 2008. Kemudian pada pergeseran
kimia 6,94 ppm-7,50 ppm 4H merupakan proton-proton dari benzen dengan dua subtitusi. Pola sinyal ini menunjukkan bahwa 2 proton
ekivalen terkopling secara orto dengan 2 proton ekivalen lainnya, yang menunjukkan bahwa sinyal ini adalah sinyal H59 dan H68.
Kemudian pada pergeseran kimia 3,81 ppm berbentuk singlet dengan integrasi 3 proton. Sinyal ini menunjukkan CH
3
yang berikatan dengan oksigen -OCH
3
, metoksi, sehingga sinyal lebih downfield. Selanjutnya hasil analisa menggunakan
13
C NMR senyawa amidasi ditunjukkan pada tabel 4.3 dengan panduan gambar 4.8.
Tabel 4.3 Data pergeseran kimia δ spektrum
13
C NMR senyawa A CD
3
OD, 500 MHz
Senyawa A etil p-metoksisinamat Hasali et al, 2013
Posisi Pergeseran Kimia δ,
ppm Posisi
Pergeseran Kimia δ, ppm etil p
-metoksisinamat Hasali et al, 2013
14 43,26
- -
- -
15 14,60
11 55,93
11 55,89
15 61,82
- -
- -
14 60,77
6 8 115,45
6 8 114,77
2 119,38
2 116,28
4 128,98
4 127,65
5 9 130,52
5 9 130,19
3 141,63
3 144,12
7 162,72
7 161,29
1 169,48
1 167,55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dari data di atas menunjukkan bahwa senyawa A memiliki 10 sinyal atom karbon C dimana 4 atom karbon C pada benzen
muncul dengan 2 sinyal saja karena ekivalen. Pada pergeseran kimia 169,48 ppm adalah karbon quartener pada gugus karbonil C=O.
Pergeseran kimia pada 119,38 ppm dan 141,63 ppm menunjukkan karbon-karbon yang terdapat pada gugus olefin. Pada pergeseran
kimia 115,45 ppm, 128,98 ppm, 130,52 ppm dan 162,72 ppm merupakan karbon pada benzen dimana pada pergeseran 115,45 ppm
dan 130,52 ppm merupakan sinyal 4 karbon yang ekivalen. Kemudian pergeseran kimia 55,93 merupakan karbon yang berikatan pada
oksigen -OCH
3
, metoksi. Pergeseran kimia pada 43,26 ppm dan 61,82 ppm merupakan karbon pada etanolamin dimana karbon pada
pergeseran kimia 43,26 ppm berikatan dengan amina NH dan karbon pada pergeseran kimia 61,82 ppm berikatan dengan hidroksi OH.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa karbon yang terikat pada gugus amina akan memberikan nilai pergeseran kimia antara 30-60 ppm
Pavia et al, 2008.
4.2.2. Senyawa B