UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Pembuatan BSA 0,2 wv
Sebanyak 0.2 g BSA dilarutkan dalam TBS 100 mL Williams et al., 2008.
3.3.4 Uji In vitro Antiinflamasi Williams et al., 2008
Pengujian Aktivitas Senyawa Hasil Modifikasi Terhadap denaturasi BSA :
a. Pembuatan Larutan Uji
Larutan Uji 5 mL terdiri dari 50 µL larutan sampel yang kemudian ditambah dengan BSA hingga volume 5 mL
sehingga didapatkan variat konsentrasi menjadi 100, 10, 1, 0.1 dan 0.01 ppm.
b. Pembuatan Larutan Kontrol Positif
Larutan kontrol positif 5 mL terdiri dari 50 µL larutan natrium diklofenak yang kemudian ditambah dengan BSA
hingga volume 5 mL sehingga didapatkan variat konsentrasi menjadi 100, 10, 1, 0.1 dan 0.01 ppm.
c. Pembuatan Larutan Kontrol Negatif.
Larutan kontrol negatif 5 mL terdiri dari 50 µL methanol yang kemudian ditambah dengan BSA hingga volume 5 mL.
Setiap larutan di atas dipanaskan selama 5 menit pada suhu 72±1
o
C. Lalu didinginkan dan diukur turbiditasnya dengan spektrofotometer HITACHI diukur pada gelombang 660 nm.
Persentase inhibisi dari denaturasi atau presipitasi BSA dikalkulasikan dengan rumus berikut:
100 negatif
kontrol Abs
sampel Abs
- negatif
kontrol Abs
Inhibisi
Pada uji BSA, jika senyawa sampel menghambat denaturasi
dengan persen inhibisi 20 maka dianggap memiliki aktivitas antiinflamasi Williams et al., 2008.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 32
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dilakukan modifikasi senyawa etil p-metoksisinamat menjadi senyawa amida. Modifikasi dilakukan bertujuan untuk melihat pengaruh
gugus fungsi amida terhadap aktivitas antiinflamasi dari kerangka asam p- metoksisinamat. Uji antiinflamasi dilakukan secara in vitro dengan melihat daya
inhibisi terhadap denaturasi protein menggunakan Bovine Serum Albumin BSA.
4.1. Amidasi Etil p-Metoksisinamat
Hubungan struktur dan aktivitas senyawa antiinflamasi non steroid AINS pada turunan asam arilasetat menunjukkan bahwa dengan
pembentukan gugus amida dapat mempengaruhi aktivitas antiinflamasi Siswandono, 2008. Amidasi pada ibuprofen, indometasin, dan asam
meklofenamat dapat meningkatkan aktivitas antinflamasi Kumar, Manoj et al, 2010; S. Kalgutkar, Amit et al, 2000. Etil p-metoksisinamat telah
diketahui memiliki aktivitas antiinflamasi Umar et al, 2012. Untuk meningkatkan aktivitas antiinflamasi dari etil p-metoksisinamat, dipandang
perlu untuk merubah gugus ester pada etil p-metoksisinamat menjadi bentuk amidanya, karena dari beberapa penelitian di atas terbukti bahwa gugus
amida berperan penting terhadap aktivitas antiinflamasi suatu obat. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan modifikasi senyawa etil p-
metoksisinamat yang mempunyai gugus ester menjadi bentuk amida.
Reaksi amidasi etil p-metoksisinamat dilakukan dengan mereaksikan langsung etanolamin dan dietanolamin dengan etil p-metoksisinamat melalui
iradiasi microwave tanpa menggunakan katalis dan pelarut pada suhu tinggi. Reaksi amidasi ini didasari oleh prinsip HSAB hasd soft acid base. Dimana
H
+
dari gugus NH dari etanolamin dan dietanolamin merupakan asam kuat hard acid yang mudah bereaksi dengan –OC
2
H
5
dari etil p-metoksisinamat yang merupakan basa kuat hard base. NH
-
pada gugus NH dari etanolamin dan dietanolamin merupakan basa lunak soft base yang akan bereaksi