UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dari data di atas menunjukkan bahwa senyawa A memiliki 10 sinyal atom karbon C dimana 4 atom karbon C pada benzen
muncul dengan 2 sinyal saja karena ekivalen. Pada pergeseran kimia 169,48 ppm adalah karbon quartener pada gugus karbonil C=O.
Pergeseran kimia pada 119,38 ppm dan 141,63 ppm menunjukkan karbon-karbon yang terdapat pada gugus olefin. Pada pergeseran
kimia 115,45 ppm, 128,98 ppm, 130,52 ppm dan 162,72 ppm merupakan karbon pada benzen dimana pada pergeseran 115,45 ppm
dan 130,52 ppm merupakan sinyal 4 karbon yang ekivalen. Kemudian pergeseran kimia 55,93 merupakan karbon yang berikatan pada
oksigen -OCH
3
, metoksi. Pergeseran kimia pada 43,26 ppm dan 61,82 ppm merupakan karbon pada etanolamin dimana karbon pada
pergeseran kimia 43,26 ppm berikatan dengan amina NH dan karbon pada pergeseran kimia 61,82 ppm berikatan dengan hidroksi OH.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa karbon yang terikat pada gugus amina akan memberikan nilai pergeseran kimia antara 30-60 ppm
Pavia et al, 2008.
4.2.2. Senyawa B
Senyawa hasil amidasi etil p-metoksisinamat dengan dietanolamin memiliki karakteristik sebagai berikut:
Warna : krem
Bau
: Tidak berbau
Bentuk : Serbuk Pengukuran titik leleh dilakukan menggunakan alat melting
point. Rentang titik leleh senyawa B hasil amidasi etil p- metoksisinamat dengan etanolamin ada pada 92
o
C-95
o
C. Elusidasi struktur senyawa B dilakukan dengan analisa
menggunakan Spektrofotometri IR, GCMS,
1
H NMR, dan
13
C NMR. Hasil analisis Spektrofotometri IR menunjukkan penafsiran spektrum
IR senyawa B dari berbagai bilangan gelombang absorbansi gugus fungsi yang spesifik seperti yang tertera pada tabel 4.4 Lampiran 11.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dari data tersebut dapat dilihat pita absorbansi pada bilangan gelombang ν 2958,93-2841,27 cm
-1
menandakan adanya CH pada aromatik. Selain itu keberadaan aromatik juga ditandai dengan
munculnya pita absorbansi pada bilangan gelombang ν 1585,55 cm
-1
C=C. Pada bilangan gelombang ν 886,33 cm
-1
menandakan bahwa gugus aromatik tersebut tersubtitusi para. Pada bilangan gelombang ν
1648,24 cm
-1
menandakan adanya gugus karbonil C=O dan juga terdapat gugus eter C-O yang ditandai oleh pita absorbansi pada
bilangan gelombang ν 1259,57 cm
-1
. Kemudian ditemukan pita absorbansi pada bilangan gelombang ν 3500-3000 cm
-1
yang merupakan frekuensi serapan spesisfik dari OH yang terdapat pada
etanolamin. Keberadaan C-N ditandai oleh pita absorbansi pada bilangan gelombang ν 1195,92 cm
-1
. Hal ini memperkuat bahwa etil p- metoksisinamat telah bereaksi dengan dietanolamin membentuk amida.
Tabel 4.4 Daftar daerah spektrum IR senyawa B
Ikatan Daerah Absorpsi ν, cm
-1
O-H 3500-3000
C-N 1195,92
C-H 2958,93-2841,27
C=C 1585,55
C=O 1648,24
C-O 1259,57
Aromatik posisi para 886,33
Selanjutnya analisa menggunakan GCMS. Hasil interpretasi Gas Chromatography-Mass Spectroscopy GCMS menunjukkan bahwa
senyawa B muncul pada waktu retensi 14,334 dan memiliki berat molekul 265,1 gmol dengan fragmentasi massa 220,1; 161; 133; 103;
dan 77 Lampiran 12. Adapun pola fragmentasi yang terjadi pada senyawa tersebut dapat dilihat pada gambar 4.9.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.9 Pola fragmentasi massa senyawa B
Data analisa spektrum IR dan Interpretasi GCMS selanjutnya dikonfirmasi dengan analisa
1
H NMR dan
13
C NMR. Interpretasi analisa NMR berupa nilai pergeseran kimia δ dalam satuan ppm
Pavia et al, 2008. Adapun hasil analisis senyawa B dengan
1
H NMR Lampiran 13 ditunjukkan pada tabel 4.5 dengan panduan gambar
4.10.
Gambar 4.10 a senyawa B; b etil p-metoksisinamat
a
b
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.5 Data pergeseran kimia δ spektrum
1
H NMR senyawa B CD
3
OD, 500 MHz
Senyawa B Etil p-metoksisinamat Mufidah, 2014
Posisi Pergeseran Kimia δ,
ppm Posisi
Pergeseran Kimia δ, ppm
- -
15 1,33 t, 3H, J = 7,15
- -
14 4,25 q, 2H, J = 7,15
14 3,62 t, 2H, J = 5,85
- -
17 3.72 t, 2H, J = 5,20
- -
15 18 3.76 t, 4H, J = 5,85
- -
2 7,00 d, 1H, J = 15,6
2 6,31 d, 1H, J = 15,6
3 7,53 d, 1H, J = 14,9
3 7,65 d, 1H, J = 16,25
5 9 6,93 d, 2H, J = 9,10
5 9 6,90 d, 2H, J = 9,05
6 8 7,55 d, 2H, J = 9,10
6 8 7,47 d, 2H, J = 8,45
11 3,82 s, 3H
11 3,82 s, 3H
Dari data di atas, pergeseran kimia pada 1,33 ppm dan 4,25 ppm sudah tidak muncul dimana itu menandakan senyawa B sudah tidak
memiliki gugus ester. Kemudian pada pergeseran kimia 7,00 ppm dan 7,53 ppm berbentuk singlet dengan integrasi 1 proton dengan nilai
konstanta kopling 15,6 dan 14,9. Sinyal tersebut menunjukkan gugus olefin pada senyawa B. Suatu puncak dengan konstanta kopling J
11-18 Hz dapat mengindikasikan bahwa proton tersebut memiliki konfigurasi trans Pavia et al, 2008. Kemudian pada pergeseran
kimia 6,93 ppm-7,55 ppm 4H merupakan proton-proton dari benzen dengan dua subtitusi. Pola sinyal ini menunjukkan bahwa 2 proton
ekivalen terkopling secara orto dengan 2 proton ekivalen lainnya, yang menunjukkan bahwa sinyal ini adalah sinyal H59 dan H68.
Kemudian pada pergeseran kimia 3,82 ppm berbentuk singlet dengan integrasi 3 proton. Sinyal ini muncul lebih downfield yang
menunjukkan CH
3
pada metoksi -OCH
3
. Kemudian pada pergeseran kimia 3,62 ppm – 3,76 ppm merupakan sinyal proton yang terdapat
pada dietanolamin.
Selanjutnya hasil analisa menggunakan
13
C NMR senyawa amidasi ditunjukkan pada tabel 4.6 dengan panduan gambar 4.10.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.6 Data pergeseran kimia δ spektrum
13
C NMR senyawa B CD
3
OD, 500 MHz
Senyawa B etil p-metoksisinamat Hasali et al, 2013
Posisi Pergeseran Kimia δ,
ppm Posisi
Pergeseran Kimia δ, ppm etil p
-metoksisinamat Hasali et al, 2013
14 51,40
- -
17 52,75
- -
- -
15 14,60
11 55,92
11 55,89
15 61,18
- -
18 61,50
- -
- -
14 60,77
6 8 115,77
6 8 114,77
2 116,61
2 116,28
4 129,29
4 127,65
5 9 130,76
5 9 130,19
3 143,72
3 144,12
7 162,77
7 161,29
1 170,09
1 167,55
Dari data di atas menunjukkan bahwa senyawa B memiliki 12 sinyal atom karbon C dimana 4 atom karbon C pada benzen
muncul dengan 2 sinyal saja karena ekivalen. Pada pergeseran kimia 170,09 ppm adalah karbon quartener pada gugus karbonil C=O.
Pergeseran kimia pada 116,61 ppm dan 143,72 ppm menunjukkan karbon-karbon yang terdapat pada gugus olefin alkena. Pada
pergeseran kimia 115,77 ppm, 129,29 ppm, 130,76 ppm dan 162,77 ppm merupakan karbon pada benzen dimana pada pergeseran 115,77
ppm dan 130,76 ppm merupakan sinyal 4 karbon yang ekivalen. Kemudian pergeseran kimia 55,92 merupakan karbon yang berikatan
pada oksigen -OCH
3
, metoksi. Kemudian pada pergeseran kimia 51,40 ppm dan 52,75 ppm merupakan karbon dari dietanolamin yang
terikat dengan nitrogen N. Dan pada pergeseran kimia 61,18 ppm dan 61,50 ppm merupakan karbon dari dietanolamin yang terikat
dengan hidroksi OH. Sinyal karbon yang terikat pada OH lebih downfield dari pada karbon yang terikat pada N karena O lebih
elektronegatif dibandingkan dengan N.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.3. Pengujian Aktivitas Antiinflamasi dan Hubungan Struktur Aktivitas Senyawa Hasil Modifikasi