Pengertian Sunnah Sunnah Sebagai Sumber Hukum

18 itu akan kembali kepada Al- Qur‟an. Al-Ghazali 11 bahkan mengatakan, pada hakikatnya sumber hukum itu satu, yaitu firman Allah SWT. Sebab sabda Rasulullah bukanlah hukum, tetapi sabda beliau merupakan pemberitaan tentang bermacam-macam hukum Allah SWT.

B. Sunnah Menjadi Sumber Hukum Islam Setelah Al-Quran

1. Pengertian Sunnah

Para ulama ahli hadits dan para lama ahli ushul fikih memberikan ta‟rif kata sunnah, demikian: Artinya: Apa-apa yang datang dari Nabi SAW berupa perkataan- perkataannya perbuatan-perbuatannya, taqrirnya dan apa-apa yang beliau cita-citakan untuk mengerjakannya. 12 Abdul Wahab Khallaf, menegaskan yang dimaksud dengan As-Sunnah ialah :  Artinya: “Sunnah ialah apa-apa yang bersumber dari Rasulullah saw baik berupa perkataan, perbuatan maupun penetapannya ”. 13 11 Al-Ghazali, al- Mustasfa Min „Ilmi al-Ushul, Mesir: Maktabah al-Jumdiyah, 1971, hal. 118. 12 Ibid, hal. 230 13 Abdul Wahab Khallaf, Usul Fiqih, Pustaka Firdaus. Cet. VIII: Jakarta, 2003, hal. 65 19 Adapun pembagaian sunnah sebagai berikut : a. Al-Sunnah Qauliah ucapan yaitu: Hadis-Hadis Rasulullah SAW, yang diucapkannya dalam berbagai tujuan dan persesuaian situasi, seperti sabda Rasulullah SAW. b. Al-Sunnah fi‟liyah, yaitu: perbutan-perbuatan nabi Muhammad SAW, seperti pekerjaan melakukan shalat lima kali sehari semalam dengan sunnah kaifiyah, tata cara dan rukun-rukunya, pekerjaan menunaikan ibadah haji dan pekerjaanya, mengadili dengan satu saksi dan sumpah dari pihak penuduh. c. Al-Sunnah taqririyah, yaitu: perbutan sebagaian para sahabat Nabi yang telah diikrarkan oleh Nabi SAW, baik perbutan itu berbentuk ucapan atau perbutan, sedangakan ikrar itu adakalanya dengan cara mendiamkannya, atau tidak menunjukan tanda-tanda ingkar atau menyetujuinya, dan atau melahirkan anggapan baik tehadap perbutan itu, sehingga dengan adanya ikrar dan persetujuan ini perbutan tersebut dianggap sebagai perbuatan yang dilakukan Rasul SAW, sendiri. 14

2. Sunnah Sebagai Sumber Hukum

Umat Islam sepakat bahwa apa saja yang datang dari Nabi SAW baik ucapan, perbuatan atau taqrir, membentuk suatu hukum atau tuntutan yang disampaikan kepada kita dengan sanad yang shahih dan mendatangkan yang 14 Abdul Wahab Khallaf, Kaidah – Kaidah Hukum Islam, P.T. Rajagrafindo Persada, Cet,VIII, Jakarta: 2002 hal.46-47 20 qath‟i atau zhanny. 15 Karenanya, dengan kebenaran itu adalah sebagai hujjah bagi umat Islam dan sebagai sumber pembentukan hukum Islam yang oleh para mujtahid dijadikan sebagai rujukan istinbath dan hukum- hukum syari‟at bagi mukallaf. Dengan kata lain, hukum-hukum yang ada pada As-Sunnah adalah hukum-hukum yang ada didalam Al- Qur‟an, sebagai peraturan perundangan yang harus ditaati. Ada beberapa alasan yang kuat yang mendukung pemakaian As-Sunnah sebagai hujjah atau sumber hukum, yaitu sebagai berikut : a. Adanya nash-nash Al-Qur‟an yang memerintahkan agar patuh dan tunduk kepada Nabi. Sebagaimana firman Allah :            4 59 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya, dan ulil amri diantara kamu. QS. An- Nisa‟ : 59 b. Sunnah Nabi SAW pada dasarnya adalah penyampaian tabligh risalah Tuhan dan Allah menugaskan kepada Nabi agar menyampaikannya kepada Umatnya. Maka menerapkan dalil- dalil sunnah berarti sama dengan menerapkan syari‟at Allah SWT. Allah berfirman : 15 Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Usul Fiqih, Gema Risalah Press.. Cet. II: Bandung, 1997, hal. 15. 21                  5 67 Artinya: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan apa yang diperintahkan itu, berarti kamu tidak menyampaikan amanat-Nya QS. Al- Maidah5 : 67. c. Ada nash Al-Qur‟an yang menerangkan bahwa Nabi berbicara atas nama Allah, sebagaimana firman Allah :           53 3 4 Artinya: Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya. QS. An-Najm53 : 3-4. d. Ijma‟ para sahabat juga menentukan demikian. Mereka, sesudah Rasulullah wafat, melakukan ketentuan-ketentuan Al-Quran dan juga ketentuan As Sunnah. Ini terlihat jelas terhadap sikap Khulafa Rasyidin Abu Bakar apa bila mendapatkan suatu masalah beliu tidak hafal dan tidak mengetahui sunnah makan beliu mencari sahabat yang mengetahui sunnah tersebut. 16 e. Didalam A-Qur‟an, Allah SWT telah mewajibkan kepada umat manusia untuk melakukan ibadah fardhu dengan lafadz „am tanpa penjelasan secara detail, baik mengenai hukumnya atau cara melaksanakannya. Seperti firman Allah :       4 77 16 Drs. H. Kamal Muchtar, Ushul Fiqih, PT. Dana Bhakti Wakaf : Yogyakarta, 1995 Jilid 2, hal, 92 22 Artinya: Dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat QS. An- Nisa‟4 : 77. Pada ayat diatas hanya ada perintah mendirikan sholat tidak ada penjelasan bagaimana cara sholat maka sunnahlah yang menjelaskan bagaimana cara melakukan sholat seperti hadis Nabi: Artinya: Sabda Rasulullah saw : “Shalatlah kalian sebagaimana kalian lihat aku melakukan shalat” Shahih Bukhari 17

C. Ijtihad