68
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ishaaq : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Shaalih : Telah menceritakan kepada kami
Mu‟aawiyyah bin Sallaam, dari Yahyaa, ia berkata : Aku mendengar „Uqbah bin „Abdil-Ghaafir, bahwasannya ia mendengar Abu Sa‟iid Al-
Khudriy radliyallaahu „anhu berkata : “Bilaal datang menemui Nabi shallallaahu alaihi wa sallam dengan membawa kurma Barniy jenis
kurma terbaik. Maka Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda kepadanya : Dari mana kurma ini?. Bilaal menjawab : Kami
memiliki kurma yang jelek, lalu aku jual dua shaa kurma tersebut dengan satu shaa kurma yang baik agar kami dapat menghidangkannya
kepada Nabi shallallaahu alaihi wa sallam”. Mendengar hal itu, Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda : Celaka celaka, ini benar-
benar riba. Janganlah engkau melakukannya. Jika engkau ingin membelinya, maka juallah kurmamu dengan harga tertentu, baru
kemudian belilah kurma yang baik ini
34
Hadits ini juga memberi pengajaran bagi kita bagaimana praktek yang seharusnya dilakukan; yaitu menguangkan menjual terlebih dahulu barang yang
kita miliki, baru setelah itu kita beli barang sejenis yang lebih baik atau lebih rendah kualitasnya.
5. Kredit Menurut Perspektif Hukum Islam
Kredit merupakan aktifitas utama didalam PD.PK, kredit yang ada di PD.PK tergolong didalam katagori kredit konvensional yang sangat jelas
mengandung unsur riba, pada tulisan diatas kita bisa menyimpulkan bahwa riba sangat dilarang oleh Agama.
Jika kita mengamati pada Bab III kredit yang ada di PD.PK Parung adalah jenis kredit investasi, kredit investasi jika dikonversikan ke dalam
sistem syari‟ah,
34
Al-Bukhaariy no. 2312
69
maka PD.PK dapat menerapkan dengan pedoman produk- produk syari‟ah yang
sesuai atas pembiyayaan proyek tersebut. Kredit investasi ini dapat PD.PK terapkan pada prinsip syari‟ah dengan
pola Musyarakah maupun Mudharabah yang melandaskan pada prinsip Profit dan Loss sharing.
a. PolaBentuk Musyarakah
Menurut Wahbah Az-Zuhaili dalam kitabnya Fiqih Islam wa Adillatuh mengutuip pendapat Imam Hanafi bahwa musyarakah merupakan suatu
bentuk akad yang dilakukan oleh dua pihak yang melakukan kerjasama atas modal pokok dan keuntungan yang diperoleh.
35
Landasan hukum musyarakah ini ditetapkan berdasarkan Al-Quran, Hadis dan Ijma.
Adapun landasan Al-Quran adalah Surat Shaad: 24
24
Artinya: Dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini
Adapun landasan hadis diambil dari hadis qudsi sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Abu Hurairuh, RA:
35
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuh, Damaskus: Daar Fikr, 1989 Vol, IV, h. 793
70
Artinya: Abi Hurairah, Rasulullah SAW, bersabda: “sesungguhnya Allah
Azza wa Jala berfirman: aku pihak ketiga dari dua orang yang beserikat selama mereka tidak menghianati satu sama lain, apabila
salah satu menghianatinya aku keluar diantara keduanya yang berserikat,
“HR. Abu Dawud dan Hakim.
36
Adapun Ijma ‟ adalah berdasarkan penjelasan Ibnu Qudamah dalam
kitabnya, Al-Mugni bahwa kaum muslim telah berkonsensus terhadap dalam beberapa elemen darinya.
37
Akada musyarakah menurut Accounting and Auditing Standar Of Islamic Financial Instition adalah suatu bentuk kemitraan diantara bank Islam
dan para nasabahnya, dimana masing-masing bagian akan memberikan sumbangsihnya kepada modal tersebut dengan tingkat yang setara atau
berbeda-beda untuk mendirikan suatu proyek yang telah ada, dimana masing- masing mereka akan menjadi pemegang saham modal atas dasar tetap atau
menurun, dan akan memperoleh bagian keuntungan sebagaimana mestinya. Dalam akad musyarkah ini, pihak bank dan nasabah melakukan
kesepakatan pembiayaan atas proyek tertentu. Masing-masing pihak tersebut memberikan kontribusi modal atas proyek tersebut berdasarkan proposi modal
masing-masing yang sama atau berdasarkan kesepakatan.
36
Ibid, h. 793
37
Abdullah Ibn Ahmad ibn Qudamah, “Mugni Syarh Kabir” Beirut Daar Fila, 1979 Vol, V,
h. 109
71
b. PolaBentuk Mudharabah
Menurut ulama Fiqih mudharabah merupakan penyertaan modal atau harta yang dimiliki pada seseorang untuk diperniagakan pada suatu usaha
sehingga menghasilkan suatu keuntungan atas modal tersebut. Adapun kerugian atas usaha tersebut ditanggung seluruhnya oleh pemilik hartamodal,
sedangkan pengelola usaha mengalami kerugian atas waktu dan kesempatan usaha serta tenaga.
38
Landasan hukum atas mudharabah adalah brdasarkan pada Al-Quran dan hadis serta Ijma
‟ulama atas kebolehannya. Landasan Al-Quran surat Al-Muzammil:20 :
20
Artinya: “dan sebagaian dari mereka orang-orang berjalan di muka bumi
mencari karunia Allah SWT, “Q.S, Al-Muzammil:20
10
Artinya: “ Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak- banyak supaya kamu beruntung
” Q.S, Al-Jumu‟ah: 10
1
Artinya: “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia rezki hasil
perniagaan dari Tuhanmu” Q.S, Al-Baqarah: 198
38
Wahbah Az-Zuhaili, op.cit, h. 873
72
Adapun landasan Hadis yang diriwayatkan oleh Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: Tiga bentuk usaha yang mendapat berkah dari Allah SWT, yaitu: menjual dengan kredit, mudharabah, hasil keringat sendiri. HR
Ibnu Maja
Landasan Ijma, adalah berdasarkan sonsensus kaun muslimin atas kebolehan mudharabah sebagai bagian dari kegiatan muamalah dan tidak ada
pertentangan seseorang atas mudharabah ini, dan mudharabah itu sendiri telah lama dikenal sejak masa jahiliyah, yaitu sejak sebelum diangkatnya nabi
Muhammad SAW atas kenabian beliau, pada waktu itu bangsa arab telah banyak melakukan perdagangan, khususnya kaum Quraisy, mereka telah
melakukan perkongsian usaha baik dengan cara Musyarakah maupun Mudharabah,
39
kemudian Islam menetapakannya atas kebolehan mudharabah tersebut karena mengandung unsur kemaslahatan.
40
6. Pendapat Faqaha Terhadap Bank Konvensional