sesuatu di katakan sucibersih. Dalam hal ini, kajian-kajian fiqh khususnya dalam bab thaharah tidak menjelaskan secara konkrit apa yang disebut dengan standar thaharah.
Adapun disebut standar thaharah atau yang menjadi tolak ukuran sesuatu itu dikatakan sucibersih harus terhindar dari tiga sifat yaitu:
a. Warna. Apabila wujud najis itu sudah tidak terlihat lagi oleh pancaindra;
b. Bau. Apabila aroma bau yang terdapat dalam najis sudah tidak tercium;
c. Bentuk atau wujudnya.
Maka dari itu, tiga sifat tersebut harus terpenuhi jika seseorang akan membersihkan najis yang merupakan suatu tolak ukur dikatakan sucibersih.
C. Memahami Perilaku Hukum
1. Faktor dan Motif Tingkah Laku Seseorang
Motivasi dapat diartikan suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan organnya.
Sedangkan kata motif adalah suatu alasandorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatumelakukan tindakan tertentu. Dalam suatu motif umumnya terdapat
dua unsur pokok, yaitu unsur dorongankebutuhan dan unsur tujuan. Proses interaksi timbal balik antara kedua unsur di atas terjadi di dalam diri manusia, namun ia dapat
dipengaruhi hal-hal di luar diri manusia, misalnya keadaan cuaca, kondisi lingkungan dan sebagainya. Oleh karena itu dapat saja terjadi suatu perubahan motivasi dalam
waktu yang relatif singkat, jika terjadi motivasi yang pertama mendapat hambatan atau tidak mungkin dipenuhi.
21
Adapun pengertian perilaku dalam kamus ilmiah adalah tindakan, perbuatan, atau sikap.
22
Oleh sebab itu setiap manusia memiliki apa yang dinamakan perilaku behavior, yaitu suatu totalitas dari gerak motoris, persepsi dan fungsi kognitif dari
manusia. Salah satu unsur perilaku adalah gerak sosial social action, yakni suatu gerak yang terikat dalam empat syarat,
23
yaitu: a.
Diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, b.
Terjadi pada situasi tertentu, c.
Diatur oleh kaedah-kaedah tertentu, d.
Terdorong oleh motivasi tertentu Adapun beberapa teori yang menjelaskan tentang motivasi dan perilaku
sebagai berikut.
24
1 Teori Kognitif
Manusia adalah makhluk rasional. Berdasarkan rasionya manusia bebas memilih dan menentukan apa yang akan dia perbuat, entah baik maupun buruk.
Tingkah laku manusia semata-mata ditentukan oleh kemampuan berfikirnya.
21
Martin Handoko, Motivasi Daya Penggerak Tingkah laku, Yogyakarta: Kanisus, 1992, h. 10.
22
Achmad Maulana, Kamus Ilmiah Populer lengkap, h. 394
23
Soerjono Soekanto dan Soleman B.Taneko, Hukum Adat Indonesia, Jakarta:Rajawali Pers,1983, h. 6.
24
Martin Handoko, Motivasi Daya Penggerak Tingkah laku, h. 11.
Makin intelegen dan berpendidikan, seseorang otomatis akan semakin lebih baik perbuatan-perbuatannya, dan dia secara sadar pula melakukan perbuatan-
perbuatan untuk mematuhi keinginankebutuhan tersebut. Dalam teori ini, tingkah laku tidak digerakkan oleh motivasi, melainkan oleh rasio. Setiap perbuatan yang
dilakukannya sudah dipikirkan alasan-alasannya. Oleh karena itu setiap orang sungguh-sungguh bertanggungjawab atas segala perbuatannya.
2 Teori Hedonistis
Bila di dalam teori kognitif sangat ditekankan soal rasio dan kehendak, di dalam teori hedonistis hal itu justru tidak dihiraukan. Teori ini mengatakan bahwa
segala perbuatan manusia, baik disadari maupun tidak baik itu timbul dari kekuatan luar maupun dari kekuatan dalam, pada dasarnya mempunyai tujuan
tunggal yaitu mencari hal-hal yang menyenangkan dan menghindari hal-hal yang menyakitkan.
Di dalam teori ini tingkah laku seseorang itu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tingkah laku mendekati rangsangan yang dirasa akan membawa kenikmatan
dan tingkah laku menjauhi rangsang yang dirasa akan membawa rasa tidak enak. Unsur pokok motivasi adalah antisipasi. Teori hedonistis ini menggunakan
“affective arousal model” yang intinya mengatakan bahwa setiap rangsang pada
hakikatnya telah membawa keadaan yang menimbulkan rasa enak atau tidak enak.
25
3 Teori Insting
Setiap orang telah me mbawa “kekuatan biologis” sejak lahirnya. Kekuatan
biologis ini membawa seseorang bertindak menurut cara tertentu. Demikianlah dasar pemikiran naluri. Kekuatan naluriah yang seolah-olah memaksa seseorang
untuk berbuat dengan cara tertentu, untuk mengadakan pendekatan kepada rangsang dengan jalan tertentu. Kesadaran nurani, disebut dengan nilai-nilai
batiniyah dan sikap-sikap yang terkait, pemahaman mengenai apa yang sah dan yang tidak dan apa yang layak dan tidak pantas dipatuhi.
26
4 Teori Keseimbangan
Teori keseimbangan homeostasis berpendapat bahwa tingkah laku manusia terjadi karena adanya ketidakseimbangan di dalam diri manusia. Teori ini sangat
erat hubungannya dengan teori dorongan yang akan dibahas kemudian. Bila digali lebih jauh teori keseimbangan ini menghasilkan dua bentuk tingkah laku yaitu
tingkah laku mendekat untuk mencari keseimbangan, dan tingkah laku menjauh untuk menghindari terjadinya keadaan tidak seimbang. Misalnya seorang yang
terkena panas sinar matahari, akan pergi ketempat teduh untuk menghindari
25
Martin Handoko, Motivasi Daya Penggerak Tingkah laku, h. 12
26
Lawrence M Friedmann. Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, Penerjemah M. Khozim Bandung: Nusa Media.2009, h.80
panasnya matahari, menjauh, tetapi sekaligus mencari keseimbangan baru mendekat.
5. Teori Dorongan Teori dorongan ini diperkenalkan oleh Robert Woodworth pada tahun 1918.
Pada waktu itu Woodworth mengartikan dorongan sebagai suatu tenaga dari dalam diri kita yang menyebabkan kita berbuat sesuatu. Oleh karena itu kata
motif juga mempunyai arti dorongan yang menimbulkan dan mengarahkan tingkah laku manusia.
Pada penjelasan di atas, proses terjadinya tingkah laku, dan juga peran motif di dalam menggerakkan tingkah laku manusia, secara singkat dapat dikatakan bahwa
kejadian tingkah laku dapat disebabkan oleh adanya kebutuhan yang dirasakan oleh individu. Individu bertingkah laku, karena dia ingin memuaskan kebutuhan yang
dirasakannya. Kebutuhan yang dirasakan individu ditimbulkan oleh suatu dorongan tertentu, dan kebutuhan yang terdapat dalam diri individu tersebut menimbulkan
motif untuk berbuat memenuhi kebutuhan. Motif diarahkan pada suatu tujuan konkrit yang diduga dapat memuaskan kebutuhan yang dirasakan, maka individu berbuat
sesuatu untuk mencapai tujuan konkrit itu .
Dengan demikian dapatlah dibuat skema proses terjadinya tingkah laku
27
.
27
Martin Handoko, Motivasi Daya Penggerak Tingkah laku, h. 51
Diagram: Skema Alur Prilaku
2. Kesadaran Hukum