Latar Belakang Masalah. PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Dalam setiap kitab fiqh, para fuqaha selalu membahas thaharah pada awal bab. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kebersihan atau kesucian dalam Islam. Seseorang tidak memenuhi syarat untuk beribadah saat ia memiliki hadats. Ia pun tidak dapat beribadah saat pakaian atau tempat yang akan dilaksanakannya peribadahan terkena najis. Karena urgensinya dalam penegakan tiang-tiang diin ini, Rasulullah Saw. bersabda tentang thaharah, “ath-Thahuur suci itu sebagian dari Iman ”. HR. Muslim 1 Thaharah memiliki urgensi yang sangat besar dalam Islam, baik yang hakiki, seperti kesucian pakaian, tubuh, dan tempat shalat dari najis, maupun yang hukmi, yaitu sucinya anggota wudhu dari hadats dan seluruh badan dari janabat. Hal ini dikarenakan thaharah merupakan syarat yang harus senantiasa terwujud demi kesahihan shalat yang minimal dilaksanakan lima kali sehari semalam. Disamping itu mengingat mendirikan shalat berarti berdiri dihadapan Allah SWT, maka melakukan thaharah berarti mengagungkan-Nya. Dengan demikian, melakukan thaharah berarti menyucikan ruh dan jasad sekaligus. Islam menempatkan kebersihan atau kesucian 1 Al-Iman Abi al-Husein Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, Jilid 1, Riyadh: Dar al-Salam, 1998M1419H sebagai sesuatu yang sangat penting, umpamanya saja kesahihan shalat ditentukan oleh kesucian. Ungkapan “Bersih Pangkal sehat” mengandung arti betapa pentingnya kebersihan bagi kesehatan manusia, baik perorangan, keluarga, masyarakat maupun lingkungan. Begitu pentingnya kebersihan menurut Islam, sehingga orang yang membersihkan diri atau mengusahakan kebersihan akan dicintai oleh Allah SWT. Ajaran kebersihan dalam Agama Islam berpangkal atau merupakan konsekusensi dari iman kepada Allah, berupaya menjadikan dirinya sucibersih supaya berpeluang mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan demikian kebersihan dalam Islam mempunyai aspek ibadah dan aspek moral. Disamping itu, thaharah dapat melindungi lingkungan dan masyarakat dari penjalaran penyakit, kelemahan, dan kelumpuhan, karena ia mencuci anggota badan yang lahir dan senantiasa akrab dengan debu, tanah dan kuman-kuman sepanjang hari. Kemudian memandikan seluruh badan setiap sehabis janabah juga cukup penting untuk melindungi badan dari berbagai kotoran, dan secara medis dapat dibuktikan bahwa upaya pencegahan berbagai penyakit adalah kebersihan. Pencegahan itu lebih baik daripada pengobatan. Thaharah merupakan hal yang sangat penting, tetapi dalam pelaksanaannya di masyarakat urgensi thaharah cenderung diabaikan. Misalnya, dalam hal pemahaman najis dan cara membersihkannya. Masih ada masyarakat yang mengangap sama antara air kencing bayi laki-laki maupun perempuan. Ada juga yang beranggapan bahwa air kencing bayi laki-laki dan bayi perempuan bukan termasuk najis. Padahal dalam pembahasan kitab fiqh jelas disebutkan bahwa kencing bayi laki-laki dan perempuan termasuk najis, serta berbeda tingkatan najis antara keduanya dan cara membersihkannya pun harus sesuai tingkatan najis tersebut. Melihat thaharah itu penting dan cenderung diabaikan dan bertentangan dengan signifikasi thaharah itu dalam pembahasan kitab kuning, penulis mau melihat seperti apa thaharah itu dipraktekkan oleh masyarakat. Maka pada skripsi ini, penulis akan membahas bagaimana pemahaman masyarakat tentang thaharah, dan bagaimana masyarakat menyikapi dan melaksanakannya. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengangkat tema thaharah dalam pembahasan sosiologi hukum . Berdasarkan pemikiran dan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut problematika tersebut dan mengadakan penelitian dengan judul “Perilaku Thaharah Bersuci Masyarakat Bukit Kemuning Lampung Utara “Tinjauan Sosiologi Hukum”.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah