Faktor yang terkait dengan pemaknaan thaharah

kita harus rapi dan bersih apalagi ketika kita ketemu dengan Allah sudah pasti kita harus bersih dan suci. 9 Hal senada juga, diungkapkan oleh narasumber selanjutnya. yakni, bersuci disini sangat berfungsi sekali dalam kehidupan yaitu: Bersuci dapat meningkatkan kesadaran manusia untuk beribadah dan keimanan kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama dan juga dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan Rohani. 10 Dari jawaban tersebut tergambar masyarakat menilai bahwa thaharah memiliki tempat yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Thaharah dipandang penting baik dari segi ketuhanan maupun dari segi kebersihan, kesehatan dan kesopanan dalam kaitannya dengan penilaian dari manusia. Dalam beribadah tidak hanya harus terpenuhi ketentuan thaharah, tetapi juga aspek pendukung yang juga sangat penting yaitu kerapian dan kesopanan. Fungsi thaharah tidak hanya untuk bersuci dalam pemenuhan kesahihan ibadah tetapi lebih dari itu, yaitu sebagai pembersih diri dari hal-hal yang mengotori hati.

4. Faktor yang terkait dengan pemaknaan thaharah

Sebagaimana telah disebutkan dalam uraian sebelumnya, bahwa perbedaan pemahaman masyarakat Bukit Kemuning mengenai thaharah atau bersuci dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya : 9 Wawancara pribadi dengan ibu Apri umur 23 Tahun latar belakang pendidkan pendidikan terakhir S1 dan memiliki pengetahuan agama, Selas, 5 Oktober 2010 pukul 17.00 WIB 10 Wawancara pribadi dengan ibu Rohani umur 43 tahun, latar belakang pendidikan SD dan memiliki pengetahuan agama. Minggu, 3 Oktober 2010 pukul 16.00 WIB a. Pendidikan Pendidikan merupakan proses sosialisasi nilai dari orang dewasa terhadap anak-anak atau proses sosialisasi ilmu yang turunkan oleh orang dewasa kepada yang belum dewasa. Ringkasnya pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Pendidikan dalam kaitannya dengan pembahasan thaharah ini dibedakan menurut jenis dan tingkatannya. Jenis pendidikan menentukan proses pembelajaran mengenai thaharah dari segi keilmuan dan tingkat pendidikan mempengaruhi proses penalaran terhadap suatu fenomena keilmuan. Dilihat dari jenisnya, pendidikan terbagi dalam dua kategori, yaitu pendidikan agama dan pendidikan umum. Orang yang memiliki latar belakang pendidikan agama cenderung lebih tepat dalam memaknai thaharah. Mereka lebih banyak mendapatkan pembelajaran teori tentang thaharah. Pembelajaran tersebut memiliki implikasi pada pemahaman terhadap thaharah dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi pengertian, pemahaman teori yang cukup membuat mereka mampu memberikan pengertian yang lebih sesuai dengan penjelasan dalam kitab fiqih. Mereka juga lebih memahami dari segi tujuan dan hal-hal yang berkenaan dengan thaharah serta dari segi konsekuensi hukumnya. Berbeda dengan masyarakat dengan latar belakang pendidikan agama, masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan umum, memperoleh pembelajaran teori mengenai thaharah hanya sekelumit saja. Pembelajaran yang didapat hanya dari mata pelajaran agama islam yang diajarkan pada sekolah tingkat dasar dan tingkat menengah. Pembelajaran yang didapatkan hanya sebatas pengertian harfiah jenis dan macamnya saja. Hal tersebut berpengaruh pada implementasi dari pelaksanaan thaharah yang terkadang masih didapat dari pengalaman dari orang tua atau dari lingkungan. Sehingga mereka memberikan pengertian dan makna thaharah sebatas dari yang pernah dipelajarinya pada saat sekolah. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh ibu Hartini umur 36 tahun latar belakang pendidikan SMA yang hanya mendapatkan pendidikan agama di bangku sekolah, 11 “saya kurang faham mengenai thaharah, yang saya tahu hanya membersihkan sesuatu benda dari najis atau kotoran. Cara-cara membersihkan benda yang terkena najis, saya dapatkan dari orang tua. Saya melihat bagaimana orang tua saya melakukannya.” Keterbatasan pemahaman masyarakat Bukit Kemuning mengenai thaharah atau bersuci karena dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan mereka yang umumnya tidak memiliki latar belakang pendidikan agama. Hal 11 Wawancara pribadi dengan ibu Hartini Senin 4 Oktober 2010, pukul 13.00 WIB ini dapat dilihat dari uraian sebelumnya yakni sebanyak 76 narasumber tidak memiliki latar belakang pendidikan agama. Selain dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, yang umumnya hanya memiliki latar pendidikan umum, kurangnya pemahaman mereka mengenai thaharah atau bersuci juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang mereka alami yang mayoritas hanya lulusan SDMI dan SMPMTS yakni sebanyak 52 . Pengaruh pendidikan menurut tingkatannya adalah pada proses penalaran dalam memahami suatu fenomena ilmu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin baik penalarannya dalam memahami makna thaharah. Orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memandang fungsi thaharah tidak hanya sebagai syarat dalam beribadah, tetapi juga memenuhi aspek kebersihan, kesehatan dan kesopanan dari sudut pandang manusia secara umum. b. Pengetahuan Agama Faktor pengetahuan agama juga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pemahaman makna thaharah di masyarakat. pengetahuan agama ini dapat diperoleh dari mengikuti pengajian sewaktu belajar mengaji di surau atau guru ngaji, mengikuti pengajian di majelis taklim, mengikuti pesantren kilat dan mengikuti pengajian umum di masyarakat maupun di tempat kerja. Pengaruh dari pengetahuan agama ini dapat digambarkan dari jawaban narasumber yang diwawancarai ketika ditanya mengenai makna thaharah dan makna najis serta tata cara pembersihan najis. Umumnya mereka mengemukakan argumentasi dari pendapatnya dengan mengatakan bahwa jawaban mereka itu didasarkan pada pelajaran yang mereka dapat sewaktu belajar mengaji atau sewaktu mengikuti pengajian baik di majelis taklim ataupun pengajian umum. Misalnya jawaban yang disampaikan oleh ibu Yustini umur 35 tahun yang latar belakang pendidikannya SMP sebagai berikut: Kata ustadz di tempat saya mengaji, najis itu adalah kotoran buang air besar dan kecil, bangkai, darah, nanah, dan lain-lain. 12 Hal senada juga disampaikan oleh ibu Linda yang aktif mengikuti kegiatan pengajian di beberapa majlis ta’lim, Dalam mencuci pakaian harus dipisahkan dulu, pakaian yang terkena najis dan yang tidak, baik menyucinya dengan tangan ataupun mesin cuci. Karena supaya kotoran atau najisnya tidak bercampur. 13

C. Perilaku bersuci masyarakat