Pemahaman tentang istilah dan makna thaharah

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas narasumber adalah masyarakat biasa, sedangkan tokoh agama hanya 2 orang. Di sini penulis ingin mengetahui perilaku thaharah masyarakat awam.

B. Pemahaman Masyarakat tentang Thaharah

Pada bagian kedua ini, penulis mendeskripsikan jawaban narasumber tentang pemahaman mengenai thaharah. Hal ini meliputi pemaknaan istilah thaharah, faktor yang terkait dengan pemaknaan thaharah, analisis makna menurut narasumber, dan kebermaknaan kegunaan thaharah dalam ibadah.

1. Pemahaman tentang istilah dan makna thaharah

Thaharah adalah aktivitas menghilangkan hadas atau najis yang menghalangi shalat dan ibadah-ibadah sejenisnya dengan air, atau menghilangkan hukumnya hadas dan najis dengan tanah. Dari pengertian tersebut dapat dilihat urgensi dari thaharah, yaitu sebagai satu sarana atau media untuk kesahihan ibadah sebagai proses dalam memperoleh pahala dan ridho Allah yang menjadi tujuan akhir dari ibadah. Thaharah tidak hanya bertujuan untuk memenuhi syarat atau prosedur yang ditetapkan dalam beribadah tetapi lebih dari itu, thaharah juga bertujuan untuk menciptakan kebersihan, keindahan dan kenyamanan dalam hubungannya dengan kita sebagai manusia dalam lingkungan masyarakat. Secara umum, masyarakat Kelurahan Bukit Kemuning dapat dikatakan kurang memahami konsep thaharah secara detail. Mereka lebih memahami istilah thaharah dengan istilah bersuci. Hal ini seperti diungkapkan oleh narasumber pertama Ibu Mediana umur 26 tahun yang latar belakang pendidikannya SMP dan kurang memiliki pengetahuan agama mencoba memahami thaharah sebagai berikut: Saya kurang memahami istilah thaharah. Tetapi saya lebih paham dengan menggunakan istilah bersuci. Karena istilah bersuci sudah dikenalkan sejak saya sekolah SMP oleh guru agama dan istilah thaharah juga tidak begitu dipahami oleh masyarakat khususnya orang awam seperti saya ini . 1 Pemahaman istilah bersuci lebih dikenal oleh masyarakat, karena bersuci merupakan istilah yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Gambaran narasumber tentang pemahaman terhadap istilah thaharah dapat di lihat pada tabel 4.6 berikut: Tabel 4.6 Distribusi narasumber berdasarkan pemahaman tentang thaharah No Alternatif Jawaban f 1 Sangat paham 4 16 2 Paham 8 32 3 Kurang paham 11 44 4 Tidak paham 2 8 Jumlah 25 100 Sumber: diolah dari data lapangan tahun 2010 Berdasarkan data yang tertera pada Tabel 4.6, dapat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman masyarakat mengenai istilah thaharah masih kurang. Hal ini 1 Wawancara pribadi dengan ibu Maediana, rabu 22 September 2010 pukul 15.00 WIB dapat kita lihat pada data tabel 4.6 di atas, sebanyak 44 narasumber kurang memahami istilah thaharah. Pemahaman masyarakat mengenai istilah thaharah dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu faktor pendidikan. Pengetahuan mengenai istilah thaharah ini didapatkan melalui proses belajar dalam pendidikan agama secara formal, atau secara khusus pernah mengikuti pembahasan thaharah dari pengajian atau dari pendidikan agama non-formal. Adapun pemahaman masyarakat mengenai makna thaharah bersuci terdapat perbedaan pendapat. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh peran masing-masing di dalam lingkungan masyarakat. Kelompok masyarakat biasa, memaknai thaharah atau bersuci sebagai upaya membersihkan diri dari hadats dan najis yang dapat menghalangi dalam melakukan ibadah shalat maupun ibadah-ibadah lainnya. Dalam pandangan mereka, thaharah dimaknai sebagai proses pemenuhan syarat untuk beribadah. Implikasi dari pemaknaan tersebut, banyak di antara mereka dalam tata cara membersihkan najis tidak sesuai dengan tata cara yang disebutkan dalam kitab-kitab fiqh. Tindakan yang dilakukan oleh masyarakat biasa ini dipengaruhi oleh pemahaman mereka terhadap najis, serta proses sosialisasi ilmu yang didapatkan oleh masyarakat. Kedua hal tersebut akan dibahas pada sub bab berikutnya. Berbeda dengan kelompok masyarakat awam, kelompok kedua yaitu tokoh agama memahami thaharah lebih mendalam. Mereka memahami thaharah tidak hanya sebatas proses pemenuhan syarat formal dalam beribadah mahdhoh saja, tetapi juga melihatnya dari aspek-aspek kebersihan, kesehatan, kesopanan dan kenyamanan dalam sudut pandang manusia 2 . Seseorang dikatakan bersih tidak hanya bersih dari kotoran yang termasuk dalam kategori najis, tetapi juga dari hal-hal yang dipandang kotor oleh manusia. Umpamanya saja, seorang petani setelah melakukan aktivitasnya di sawah badannya masih terlihat kotor oleh lumpur sawah kemudian dia shalat. Secara hukum petani tersebut sah dalam melakukan ibadah shalat. Tetapi jika dilihat dari sudut pandang kebersihan dan kesopanan manusia, maka petani tersebut harus membersihkan semua kotoran yang melekat di badannya baik yang bersifat najis atau tidak. Aspek kesehatan dan kenyamanan juga penting sebagai salah satu fungsi dari thaharah menurut kelompok agamawan, karena seperti diungkapkan dalam pepatah “di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. Apabila seseorang senantiasa menjaga kebersihan badan dan lingkungannya, maka badan dan lingkungannya tersebut akan terpelihara juga kesehatannya. Apabila tubuh dan lingkungan seseorang terjaga kesehatannya maka dia senantiasa memiliki jiwa yang kuat, tentunya untuk beribadah, serta senantiasa memiliki keteraturan baik dalam beribadah maupun dalam mejaga lingkunganya. Sehingga tercipta lingkungan yang sehat, bersih yang implikasinya memberikan kenyamanan bagi siapapun untuk beribadah dan bermuamalah. 2 Wawancara pribadi dengan tokoh agama, Jumat 1 Oktober 2010 pukul 14.00 WIB

2. Pemahaman masyarakat mengenai najis