Signifikansi Thaharah terhadap Kebersihan, Kesehatan dan Keindahan

11

BAB II KAJIAN TEORI TENTANG THAHARAH DAN PERILAKU HUKUM

Bab II ini akan membahas beberapa persoalan. Ada tiga hal yang dibahas. Pertama signifikansi thaharah terhadap kebersihan, kesehatan dan keindahan lingkungan. Kedua yaitu kerangka teori thaharah yang mencakup pengertian thaharah, jenis-jenis thaharah, cara membersihkan najis dan standar suci. Adapun ketiga yaitu memahami perilaku hukum, mencakup motif dan tingkah laku seseorang, kesadaran hukum, kepatuhan dan ketaatan hukum, dan budaya hukum.

A. Signifikansi Thaharah terhadap Kebersihan, Kesehatan dan Keindahan

Lingkungan Kata bersih sering diungkapkan untuk menyatakan keadaan lahiriyah suatu benda, seperti air bersih, lingkungan bersih, tangan bersih dan sebagiannya. Terkadang kata bersih memberikan pengertian suci, seperti air suci. Tetapi biasanya kata suci digunakan untuk ungkapan sifat batiniyah, seperti jiwa suci. Dalam hukum Islam setidaknya ada tiga ungkapan yang menyatakan “kebersihan” yaitu 1 , 1. Nazhâfah dan Nazîf, yaitu meliputi bersih dari kotoran dan noda secara lahiriyah, dengan alat pembersihnya benda yang bersih seperti air. 1 A. Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997, h. 52. 2. Thahârah, yaitu mengandung pengertian yang lebih luas meliputi kebersihan lahiriyah dan batiniyah. 3. Tazkiyah penyucian 2 , mengandung arti ganda yaitu membersihkan diri dari sifat atau perbuatan tercela dan menumbuhkan atau memperbaiki jiwa dengan sifat-sifat yang terpuji. Dalam syariat Islam, pelaksanaan thaharah dapat membawa kebersihan lahir dan batin. Orang yang bersih secara syara’ akan hidup dalam kondisi sehat. Karena hubungan antara kebersihan dan kesehatan sangat erat. Dalam suatu pepatah dikatakan “kebersihan pangkal kesehatan”. Di samping itu, thaharah juga dapat melindungi lingkungan dan masyarakat dari penularan penyakit, kelemahan, dan kelumpuhan, karena thaharah mencuci anggota badan yang lahir dan senantiasa akrab dengan debu, tanah, dan kuman-kuman sepanjang hari. Begitu pentingnya kebersihan menurut Islam, sehingga orang yang membersihkan diri atau mengusahakan kebersihan akan dicintai oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya :       ۺرق۹݆ا ٢ : ٢٢٢ Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”. Al-Baqarah2: 222 Syariat Islam mengajarkan beragam thaharah. Umat Islam dalam thaharah disyariatkan beristinja’, berkumur-kumur, memasukan air ke hidung, menggosok gigi siwak, mencukur rambut dan lain-lain sebagainya. Seluruh kegiatan ini 2 Yusuf al-Qardhawi, Fiqhu at-thaharah, Penerjemah Samson Rahman Jakarta: Pustaka al- Kautsar, 2004, h. 13 mewujudkan kebersihan lahiriyah sekaligus mengantisipasi kedatangan penyakit. Kemudian, untuk melaksanakan shalat, dan ibadah ghairu mahdhah lainnya, orang Islam diwajibkan berwudhu. Wudhu di samping membersihkan lahiriyah juga membersihkan diri secara batiniyah, karena shalat merupakan pendekatan diri kepada Allah SWT yang menuntut kebersihan lahir dan batin. Selain itu, thaharah mempunyai implikasi terhadap keindahan lingkungan. Ada tiga lingkungan yang mempengaruhi kehidupan manusia, yaitu lingkungan alam, lingkungan manusia dan lingkungan keluarga. Lingkungan alam adalah alam yang berada di sekitar kita. Lingkungan manusia adalah orang-orang yang melakukan interaksi dengan kita baik langsung maupun tidak langsung, dan dalam skala lebih kecil lagi adalah lingkungan keluarga yang sangat mempengaruhi kehidupan seseorang terutama pada masa-masa awal kehidupannya 3 . Dalam hubungan dengan hukum Islam, kebersihan dan keindahan lingkungan ini merupakan wujud nyata dari ajaran thaharah. Sebagai contoh, menurut syara’ seseorang dilarang melakukan buang air besar atau kecil di tempat-tempat tertentu, seperti di bawah pohon tempat orang berteduh, di dalam saluran air dan di tengah jalan. Hal tersebut bertujuan untuk menyelamatkan kenyamanan dan kebersihan lingkungan. 3 A.Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, h. 26

B. Kerangka Thaharah 1.