Krim Stabilitas Krim TINJAUAN PUSTAKA

yaitu skualena. Senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal. Senyawa ini merupakan komponen aktif dalam tumbuhan obat yang telah digunakan untuk penyakit diabetes, gangguan menstruasi, beberapa senyawa triterpenoida menunjukkan aktivitas antibakteri atau antivirus Robinson, 1995.

2.4. Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair yang diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air atau lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika Depkes RI, 1995. Krim digunakan sebagai: a. Bahan pembawa obat untuk pengobatan kulit b. Bahan pelembut kulit c. Pelindung kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan merangsang kulit Anief, 2000. Krim dapat digunakan pada kulit dengan luka yang basah, karena bahan pembawa minyak dalam air cenderung untuk menyerap cairan yang diproduksi luka tersebut. Basis yang dapat dicuci dengan dengan air akan membentuk suatu lapisan tipis yang semi permiabel, setelah air menguap dari tempat yang digunakan. Dipihak lain, emulsi air di dalam minyak dari sediaan semipadat cenderung membentuk lapisan hidrofobik pada kulit Lachman, dkk., 1994. Universitas Sumatera Utara

2.5. Stabilitas Krim

Pertimbangan yang terpenting bagi sediaan emulsi seperti krim di bidang farmasi dan kosmetika adalah stabilitas dari produk jadi. Menurut Anief. M, 2000, ketidakstabilan emulsi farmasi dapat digolongkan menjadi: a. Flokulasi atau creaming b. Koalesensi atau pecahnya emulsi breaking, cracking. c. Macam-macam perubahan fisika dan kimia. d. Inversi. Creaming adalah terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana lapisan yang satu mengandung butir-butir tetesan fase terdispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming merupakan proses bolak-balik, sedangkan pemecahan merupakan proses searah. Krim yang menggumpal bisa diemulsikan kembali dengan mudah dan dapat terbentuk kembali suatu campuran yang homogen dari suatu emulsi yang membentuk krim dengan pengocokan, karena bola-bola minyak masih dikelilingi oleh suatu lapisan pelindung dari zat pengemulsi. Jika terjadi pemecahan, pencampuran biasa tidak bisa mengemulsikan kembali bola-bola tersebut dalam suatu emulsi yang stabil Martin, dkk., 1993. Inversi adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi dari tipe minyak dalam air menjadi tipe air dalam minyak atau sebaliknya. Inversi dapat dipengaruhi oleh suhu, atau inversi merupakan fungsi suhu. Faktor-faktor yang dapat memecah emulsi digolongkan dalam: 1. Pemecahan emulsi secara kimia, contohnya; penambahan zat yang dapat menarik air seperti CaCl 2 eksikatus dan CaO. Universitas Sumatera Utara 2. Pecahnya emulsi secara fisika, yaitu: - Kenaikan suhu, dapat menyebabkan perubahan viskositas, mengubah sifat emulgator dan menaikkan benturan butir-butir tetesan. - Pendinginan menyebabkan terpisahnya air dari sistem emulsi. - Pengenceran emulsi yang berlebihan. - Pemutaran dengan alat sentrifugal. 3. Efek elektrolit terhadap stabilitas emulsi, tergantung dari jenis emulgator yang ada. Bila ada reaksi dari elektrolit dengan emulsi maka emulsi akan pecah Anief, 2000.

2.6. Pembuatan Krim