C. Luka bakar derajat III •
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam
• Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea mengalami kerusakan. •
Tidak dijumpai bula. •
Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar koagulasi protein pada lapis
epidermis dan dermis. •
Tidak dijumpai rasa nyeri, bahkan hilang sensasi karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakankematian.
• Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan
baik dari dasar luka, tepi luka maupun apendises kulit Yepta, 2003.
2.10. Penyembuhan luka
Tindakan yang dapat dilakukan pada luka bakar adalah dengan memberikan terapi lokal dengan tujuan mendapatkan kesembuhan secepat
mungkin, sehingga jumlah jaringan fibrosis yang terbentuk akan sedikit dan dengan demikian mengurangi jaringan parut. Diusahakan pula pencegahan
terjadinya peradangan yang merupakan hambatan paling besar terhadap kecepatan
penyembuhan Henderson M. A, 1997.
Proses penyembuhan luka yang dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, proliferasi dan penyudahan yang merupakan penyerupaan kembali remodeling
jaringan.
Universitas Sumatera Utara
1. Fase inflamasi Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai hari kelima.
Pembuluh darah yang terputus pada luka menyebabkan pendarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi. Pengerutan pembuluh
yang terputus retraksi dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket dan bersama dengan
jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah. Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin yang
meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan,
pembentukan sel radang disertai vasodilatasi setempat menyebabkan pembengkakan.
1. Fase proliferasi
Fase proliferasi disebut juga fibroplasia karena yang menonjol adalah proses proliferasi fibroblas. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai
kira-kira akhir minggu ketiga. Pada fase ini serat kolagen yang mempertautkan tepi luka.
3. Fase penyudahan Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan
kembali jaringan yang berlebih dan pembentukan jaringan baru. Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir kalau semua tanda radang
sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan Sjamsuhidajat. R dan Wim de jong, 1997.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian adalah metode eksperimental, meliputi identifikasi sampel, pengumpulan dan pengolahan sampel, pemeriksaan karakteristik
simplisia, skrining fitokimia, pembuatan ekstrak, karakteristik ekstrak, pemeriksaan ekstrak, pemeriksaan air mata air, pembuatan krim, pengujian efek
sediaan krim terhadap luka bakar dan stabilitasnya serta analisis data dengan menggunakan analisis varinsi ANAVA dan dengan uji beda rata-rata Duncan
menggunakan program Statistical Program Service Solution SPSS versi 17.
2.1. Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium, lemari pengering, blender Nasional, oven listrik Fisher
Scientitic, neraca kasar Ohaus, neraca analitis Mettler Toledo, pH meter Kent EIL 7020, mikroskop Nikon, pisau cukur, gunting, penangas air, termometer,
api bebas, lempeng logam berdiameter 2 cm, cawan porselin, spuit, pot plastik, mortir dan stamfer, jangka sorong, sudip, spatula.
2.2. Bahan-bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun senduduk, semua bahan-bahan kimia yang digunakan kecuali dinyatakan lain adalah
berkualitas pro analisis yaitu etilasetat dan air suling hasil detilasi. Raksa II klorida, kalium iodida, natrium hidroksida, iodium, bismut II nitrat, asam asetat
glasial, besi III klorida, asam klorida pekat, asam sulfat pekat, timbal II asetat, alfa naftol, asam nitrat, kloroform, isopropanol, natrium sulfat anhidrat, asam
Universitas Sumatera Utara