PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan kegiatan keantariksaan telah menunjukkan peranan yang cukup besar dalam memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah
tertentu dalam pembangunan negara-negara baik yang dapat kita lihat dari segi kesejahteraan, segi penyediaan informasi maupun dilihat dari segi keamanan.
Melihat besarnya perananan tersebut maka penting juga bagi kita untuk mengetahui atau minimal mengenal apa itu kegiatan di ruang angkasa.
Kita harus mengetahui apa itu pengertian dan bentuk kegiatan ruang angkasa, apa itu benda ruang angkasa, siapa yang disebut dengan negara peluncur
dan tanggung jawab apa yang dikenakan kepada negara peluncur tersebut. Lewat penulisan ilmiah ini penulis ingin memberikan suatu pengertian dan kajian
mengenai hal-hal tersebut diatas. Setelah menyusun penulisan ilmiah ini maka penulis dapat mengambil
beberapa kesimpulan antara lain : 1.
Proses perkembanganpembentukan Hukum Ruang Angkasa didasarkan terutama kepada Hukum Internasional itu sendiri. Oleh karena itu, peranan
Hukum Internasional sangat menentukan. Hukum internasional yang berlaku diterapkan pada bagian-bagian yang masih kurang atau belum diatur
mengenai pihak-pihak yang berhubungan atas suatu kepentingan tertentu. Proses pembentukan Hukum Ruang Angkasa bergerak ke arah dua tahap.
Tahap pertama ditandai oleh pengajuan serentetan resolusi oleh Majelis Umum. Resolusi ini meliputi petunjuk-petunjuk dan cara-cara meningkatkan
kerja sama internasional serta penetapan prinsip-prinsip dasar tentang pengaturan kerjasa sama internasional itu sendiri.
Sebagai tahapan selanjutnya dari pembentukan Hukum Ruang Angkasa ini adalah dengan diterimanya deklarasi prinsip-prinsip hukum untuk mengatur
kegiatan-kegiatan negara di ruang angkasa yang berhubungan dengan penyelidikan dan penggunaan ruang angkasa.
2. Tiap-tiap negara secara internasional bertanggungjawab atas kegiatan-kegatan
spasial yang dilakukannya. Negara juga harus mengawasi prakarsa-prakarsa swasta dan menjaga agar kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan
ketentuan perjanjian Ruang Angkasa. Tanggung jawab negara telah dinyatakan secara tegas dibatasi pada pertanggungjawaban negara bagi
tindakan–tindakan yang secara internasional tidak sah. Hal ini merupakan tanggung jawab negara secara tegas , sumber dari tanggung jawab tersebut
adalah suatu tindakan atau tindakan-tindakan yang melanggar hukum internasional.
3. Bentuk-bentuk tanggung jawab negara peluncur itu dibagi atau dirumuskan
menjadi empat macam untuk pertanggungjawaban yaitu pertanggungjawaban secara mutlak absoluted liability, tanggung jawab berdasarkan atas
kesalahan liability based on fault, tanggung jawab antara gabungan atau beberapa negara joint and several liability dan suatu pembebasan dari
tanggung jawab exoneration from liability. Empat macam bentuk pertanggungjawaban ini telah dijabarkan dalam Liability Convention 1972
dan dapat dikatakan merupakan inti dari Liability Convention.
Mengenai tata cara pengajuan ganti rugi yang dilakukan oleh pihak yang menderita kerugian pada negara peluncur, hal ini telah diatur secara jelas
dalam Liability Convention 1972. Hal-hal yang diatur mengenai tata cara pengajuan ganti rugi ini adalah mengenai bagaimana cara mengajukan
tuntutan ganti rugi ini melalui saluran diplomatik. Kemudian mengenai mata uang negara manakah yang digunakan untuk penggantian kompensasi,
mengingat perbedaan nasionalitas antara pihak yang dirugikan dan pihak negara peluncur. Kemudian diatur juga mengenai jangka waktu untuk
pengajuan klaim ganti rugi, standar pemberian ganti rugi yang sesuai dengan prinsip keadilan, dan diatur juga mengenai pembentukan suatu komisi
penuntut yang dimana tugas dari komisi penuntut ini adalah untuk mencari jalan keluar atau keputusan untuk menyelesaikan masalah ini.
B. Saran